❃.✮:▹06◃:✮.❃

783 112 8
                                    

Semua orang sudah pulang menyisakan Seokmin yang masih menunggu Minghao untuk bangun. Minghao sudah dipindahkan ke kamar Seokmin. Bahkan sudah sekitar 2 jam Seokmin menunggu, tapi sang adik belum bangun dari tadi. Ia jadi semakin khawatir sekarang.

"Abang?."

Seokmin yang merasa di panggil menolehkan kepalanya. Melihat sang mommy dan daddy yang berada di ambang pintu kamarnya. Dan orang tuanya mulai menghampiri Seokmin.

"Kamu kenapa?." Tanya sang mommy.

"Adek pingsan, mom. Abang udah nunggu adek sadar, tapi ini sudah 2 jam. Adek belum bangun dari tadi." Jawab Seokmin.

Joy dan Sungjae menatap khawatir sang anak yang terbaring lemah di atas kasur.

"Kamu udah panggil dokter?."

"Udah, dad. Kata dokter, mungkin ada memori yang masuk, makanya adek pingsan. Tapi ini udah 2 jam, aku khawatir." Seokmin memegang tangan Minghao.

Sungjae tersenyum. "Adek baik-baik saja. Mungkin sebentar lagi adek sadar. Kamu terlalu mengkhawatirkannya."

"Daddy ini gimana sih? Jelas abang khawatir sama adek. Adek itu berharga buat abang. Apalagi sekarang adek udah mau terbuka sama kita." Gerutu Seokmin pada sang daddy.

"Sudahlah. Lebih baik kita ke kamar kita. Biar adek sama abang." Ucap Joy dan Sungjae mengangguk.

Keduanya meninggalkan Seokmin dan juga Minghao.

"Cepat bangun, dek. Kamu gak kasihan sama abang? Abang khawatir banget sama kamu." Gumamnya.

Seokmin berdiri, kemudian ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sembari menunggu sang adik bangun, ia akan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Setelah itu, ia akan menunggu sang adik bangun.

•••••

"Gimana? Udah mendingan?." Tanya Seokmin.

Baru saja dia selesai membersihkan tubuhnya dan keluar, dia melihat sang adik sudah sadar dari pingsannya. Dengan segera, ia menghampiri Minghao dan duduk di tepi kasur.

"Ada yang sakit? Atau bagaimana? Cepat bilang ke abang." Tanyanya khawatir.

Minghao terkekeh melihat Seokmin. Sedangkan sang empu merasa bingung karena Minghao tertawa kecil. Hey, dia ini khawatir, tapi kenapa di tertawakan?

"Kenapa kau malah ketawa? Aku ini khawatir padamu, tau!."

"Hao tidak apa-apa. Hanya kepalaku yang sedikit sakit. Tidak perlu terlalu khawatir berlebihan." Jawabnya.

"Berlebihan? Aku itu sangat menyayangimu lebih dari apapun. Dan kau bilang berlebihan? Parah sekali. Bahkan jika aku mempertaruhkan nyawaku untukmu, aku akan menyerahkannya dengan senang hati. Kamu itu orang spesial di hati abang. Dan kamu orang pertama yang menempati itu. Kamu, mommy, setelah itu kak Shua. Ingat, kamu yang pertama. Jelas abang khawatir sama kamu. Jadi jangan mengatakan bahwa abang berlebihan. Okey?."

Minghao terdiam mendengar kata yang keluar dari mulut Seokmin. Kata-kata ini adalah kata-kata yang sangat ingin ia dengar sewaktu menjadi Myungho. Tapi itu semua hanya angan-angan saja. Sampai kapanpun juga, ia tidak akan pernah mendapat perhatian dari kakaknya itu.

Ia terharu dengan ucapan Seokmin. Bahkan kini matanya sudah berkaca-kaca. Apakah ia salah jika menginginkan untuk lebih lama di dunia ini? Dia hanya ingin mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga ini.

"Dek? Hey, kamu kenapa?." Seokmin panik melihat Minghao yang seperti ingin menangis.

"Abang salah bicarakah? Atau apa? Bilang sama abang."

TRANSMIGRASI MINGHAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang