❃.✮:▹10◃:✮.❃

468 82 9
                                    

Minghao kini berada di parkiran sekolah. Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Dan kini dia sedang menunggu kakaknya yang sedang ada urusan. Entahlah sampai kapan dia akan menunggu kakaknya. Dia ingin cepat-cepat pulang agar bisa melepas rindu dengan kasur empuknya.

"Udah 10 menit tapi bang Dikey belum kesini. Gue harus nunggu berapa menit lagi?," gumamnya mengeluh.

"Hai, cantik!"

Minghao menolehkan kepalanya dan melihat seseorang yang tidak ia kenal mulai mendekatinya. Dengan was-was, ia menatap datar orang itu.

"Siapa kau?," tanya Minghao.

"Kau tidak mengenalku? Ah, aku lupa bahwa kau terkena amnesia sementara," ucapnya.

'Orang gila'

"Kenapa kau sendirian disini? Dimana kakakmu dan teman-temannya itu?,"

"Bukan urusanmu!," Minghao melenggang pergi tapi tangannya ditahan oleh orang itu.

Minghao melihat tangannya yang di pegang oleh orang itu. Menatap sang empu dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Ehh, aku masih belum selesai berbicara. Dan kau malah pergi? Tidak sopan sekali," ucapnya.

"Lepaskan tanganmu dari tanganku. Kau ingin mati?," tatapan tajam terlihat di mata Minghao.

"Boleh. Kau ingin membunuhku? Kalau begitu bagaimana kalau kita mati bersama?," tawarnya.

"Lepas!!" Minghao mencoba melepaskan tangannya tetapi tidak bisa karena tangannya di cengkram dengan kuat.

"Mumpung kakakmu tidak ada, sebaiknya kau ikut aku!." Orang itu menarik kasar Minghao dan membawanya menjauh dari sana.

"Tidak mau!! Cepat lepaskan aku!! LEPAS!!!" Minghao yang berusaha memberontak merasa sia-sia karena ia sulit menjauhkan tangannya.

"ABANG, TOLONG!!! TOLONGIN HAO!!!" teriak Minghao mencoba meminta tolong kepada kakaknya.

"DIAMLAH, SIALAN!! BERHENTI BERTERIAK ATAU AKU AKAN MEMATAHKAN PITA SUARAMU!!" Bentak Orang itu membuat Minghao seketika terdiam. Ia takut dengan suara bentakan. Mengingat dikehidupan aslinya, dia selalu di bentak dan di pukul oleh keluarganya sendiri.

Ia bahkan sekarang menundukkan kepalanya dan menahan diri untuk tidak menangis.

"Bangsat!!!"

BUGH!

Mendengar suara umpatan dan pukulan, membuat Minghao mendongak. Ia melihat Jun yang memukul orang itu dengan membabi buta. Bahkan wajah Jun memerah karena terlalu emosi. Minghao yang tau sedikit menjauh dari sana.

Jun menatap Minghao. "Abang kamu nunggu di mobil. Segera kesana, biar dia jadi urusan aku," ucapnya.

Minghao mengangguk sekilas lalu segera berlari dari sana menuju sang kakak. Ia merasa takut sekarang. Bayang-bayang di kehidupan aslinya muncul membuat ia takut secara berlebihan. Apalagi mendengar suara bentakan yang keras yang keluar dari mulut orang yang tidak dia kenal itu.

"Minghao!!," teriak Seokmin saat tau Minghao mendekat kearahnya.

"Abang!!"

Grep!

Minghao langsung memeluk tubuh Seokmin dan menenggelamkan wajahnya di dada sang kakak.

"Gakpapa, ada abang disini. Gak usah takut lagi." Seokmin mencium rambut Minghao berkali-kali dan menenangkannya.

Saat akan menuju parkiran, Seokmin dan Jun mendengar teriakan dari seseorang yang mereka kenal. Dengan segera mereka lari dan melihat Minghao yang ditarik oleh seseorang. Seokmin hendak mengejar, tapi Jun menahannya dan mengatakan bahwa dia saja yang mengejarnya. Jadi dengan terpaksa Seokmin menunggu di mobil dengan perasaan gelisah dan khawatir.

TRANSMIGRASI MINGHAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang