2. PENGHINAAN

40 14 11
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Hari itu, Aruna tidak mengira hidupnya akan berantakan dalam hitungan detik. Pikirnya, segalanya akan baik-baik saja. Ia telah berusaha berdamai dengan dirinya sendiri, menerima kenyataan bahwa Eksa memang bukan miliknya. Tapi sepertinya, takdir masih ingin bermain-main dengan perasaannya.

Sore itu, di sebuah kafe kecil tempat mereka biasa nongkrong, Dila mengajaknya bertemu. Aruna mengira itu akan menjadi obrolan santai seperti biasa, membicarakan masa depan, atau sekadar gosip ringan. Tapi nyatanya, sesosok yang tak diinginkan muncul.

 Tapi nyatanya, sesosok yang tak diinginkan muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nata. Dengan senyum sinis dan tatapan merendahkan, cewek yang berhasil memenangkan hati Eksa itu mendekati meja mereka.

"Oh, lo juga di sini, Aruna?" sapa Nata dengan nada sok ramah, seakan-akan mereka teman baik. Padahal, Aruna tahu betul maksud tersembunyi di balik kata-kata itu. Dila langsung menyadari atmosfer yang berubah tegang, sementara Aruna hanya bisa menggenggam gelas kopinya erat-erat, mencoba menahan diri agar tidak pecah di tempat.

Nata tidak berhenti di sana. "Lo tau gak, Eksa sering cerita tentang lo." Ia duduk di kursi kosong tanpa dipersilahkan. "Katanya lo itu temen yang baik banget, selalu ada buat dia, hahaha... Kasian ya, lo udah kayak anjing yang setia sama majikannya, padahal gak dapet apa-apa."

Tawa Nata menusuk langsung ke jantung Aruna. Dila hendak bangkit, tapi Aruna menarik lengannya. Ini urusannya dengan Nata, bukan Dila. Meski begitu, Aruna tetap tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Ia hanya menunduk, merasakan amarah dan sakit hati bercampur aduk, sementara Nata terus saja berbicara.

"Kebayang sih, lo pasti berharap dia bakal milih lo, ya kan? Aduh, kasian banget. Gue sampe gak tau harus kasian atau ngakak, sumpah! Lo tuh gak lebih dari pelarian buat dia, ngerti gak? Lo cuma temen buat Eksa, gak lebih!"

Di saat itu, Aruna ingin sekali membela dirinya, Tapi apa gunanya? Eksa sudah jelas memilih Nata. Dan yang lebih menyakitkan adalah kenyataan bahwa Eksa tidak pernah memberitahu Aruna tentang hubungan barunya. Semua ini datang tiba-tiba, menghancurkan harapan-harapan kecil yang dulu ia pertahankan.

Namun yang paling menghancurkan adalah diamnya Eksa. Dari pojok ruangan, Eksa hanya duduk melihat, seolah ini bukan urusannya. Mata mereka sempat bertemu, tapi Eksa segera mengalihkan pandangannya. Itu adalah pukulan telak bagi Aruna. Eksa, orang yang ia percaya, orang yang selalu ia pikir akan ada untuknya, justru membiarkan Nata menginjak-injak harga dirinya di depan umum.

ANAGAPESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang