Chapter 8

119 16 8
                                    

A/N: semoga masih ada yang baca cerita ngebosenin ini hahaha, walau pun ga ada gue bakal terusin terus sih hehehe.

Enjoy^^,

Saat aku pulang sekolah lagi-lagi, beberapa anak mengerjai ku. Mereka menyelengkat ku hingga terjatuh, lalu menumpahkah isi tempat sampah di atas tubuhku yang terjatuh. Tentu, aku tidak berani melawan karena mereka banyak, di tambah lagi jika aku melawan mereka akan semakin me-bully ku. Tak terasa, air mataku sudah membasahi pipiku. I'm lucky, tempat sampah ini isinya sampah kering bukan basah, walau pun kotoran pensil ini menyangkut di rambutku, batinku.

Aku tidak tau apa motif mereka, mengapa mereka senang sekali menindas? Aku bahkan sama sekali tidak tahu siapa mereka. kecuali satu, yang berambut brunette itu adalah anak terpintar di kelasku.

"Mil, what happened to you?" Ujar Niall yang tiba-tiba datang sambil membantuku bangun dan membersihkan tubuhku dari sampah.

Aku terpaku dengan mata birunya, bukannya menjawab aku malah terus diam. Hingga tidak terasa mulutku terbuka.

"Mil, siapa yang melakukannya? Katakan padaku," Niall lagi-lagi membuka mulutnya. Aku pun tersadar saat Niall menyentuh pipiku dan mengelap air mataku.

"Ah-eh-hm aku-a tidak apa-apa," aku bangun dan membersihkan diriku.

"Tidak mungkin, kau menangis dan... Banyak sampah disini,"

Aku hanya menunduk sambil menahan air mataku agar tidak menetes lagi, mengapa juga aku harus menjadi cengeng, aku benci diriku sendiri.

"Ayo, aku akan mengantarmu," ujar Niall seraya membawakan tasku dan merangkulku menuju mobilnya.

Kehangatan menjalar saat Niall memper-erat dekapannya.
Banyak murid-murid melihat ke arahku sinis, mungkin mereka iri padaku. Oh there, murid-murid yang baru saja mengerjaiku. Mereka terlihat sangat kesal, karena aku bersama Niall. Di tambah lagi aku masuk ke dalam mobilnya, dan ya batinku merasa puas karena itu.

"Apa kau sungguh tidak mau menceritakannya, mil?" Ujar Niall saat kami sudah di mobilnya dalam perjalanan pulang.

"Aku sudah katakan padamu, aku tidak apa-apa. Ok?"

"Aku tidak percaya! mengapa sih kau tidak mau mengatakannya?" Niall menoleh kepadaku sedikit membentak, dengan tatapannya yang tajam, alisnya saling bertautan, matanya seperti mengartikan sesuatu tetapi aku tidak mengerti apa itu.

Aku hanya terdiam menatapnya.

Tiba-tiba raut wajahnya berubah, dia menghela nafas dan terlihat lemas juga pasrah. "A-aku khawatir,"

Mengapa dia menghawatirkan ku? Dia terlihat begitu tulus, dadaku seperti terserang sesuatu.

"Mengapa kau menghawatirkanku?" Aku memberanikan diri untuk menanyakan salah satu pertanyaan yang ada di otakku saat ini.

"Ah-eh hmm itu karena..." Kini dia terlihat gugup. Aku mengangkat kedua alisku. Mungkin kah Niall.......?

"Hm you know.. Itu karena kau ini kan temanku, a-aku tidak ingin sesuatu terjadi pada temanku," timpalnya.

Oh iya benar, teman.

Mengapa juga aku memikirkan yang lainnya. Walaupun aku senang Niall peduli kepadaku, tapi hatiku tetap saja terasa sakit karena mengharapkan lebih dari itu.

"Oh," aku hanya mengangguk, untuk memberi isyarat bahwa aku mengerti.

Setelah itu dia berhenti menanyakanku dan perjalanan kami menjadi canggung, dan sepi sampai dirumahku.

"Sekali lagi terima kasih Niall, kau selalu baik. Kau akan datang ke rumah Harry nanti malam kan?"

"Hmm tentu, sampai jupa nanti malam Mil," Ujar Niall seraya menjalankan mobilnya meninggalkan halaman rumahku.

•••

"Hey, ada apa?" Ujarku menghampiri Niall yang sedang duduk di tangga.

"Tidak, aku hanya bingung dan sedikit khawatir," tangannya menggosok-gosok kepala dan leher belakangnya.

"Mengapa? Kau bisa cerita padaku,"

"Ini tentang kuliah, nilaiku belum ada peningkatan. Aku takut-"

"Aku kan sudah bilang, kalau aku-akan-membantumu, kau tidak pernah memintaku," aku mengerenyit.

"Ya aku tau, tapi aku takut mengganggumu," jelasnya, oh benar-benar indah! Mata Niall sangat indah, aku tidak bisa berhenti melihatnya.

"Kan aku yang menawarkannya, jadi itu-itu tidak mungkin," kataku sedikit gagap.

"Baiklah, bagaimana kalau besok? Kau bisa?" Matanya terbuka lebar, wajahnya yang baby face membuatku semakin membeku.

"Hmm ya... Tentu saja,"

Pun kami mengobrol lebih banyak tentang banyak hal, seperti cerita Niall saat dia latihan football di sekolah wimbledon dan di kejar oleh banyak gadis, dan cerita-cerita ringan lainnya.

"Ni, aku ingin berdansa. Ayo berdansa," tiba-tiba seseorang gadis datang memeluk Niall dari belakang dan mengajak Niall berdansa, aku tidak mengenalinya. Apakah dia salah satu dari fans Niall? Tapi mereka terlihat dekat.

"Baiklah, see you later Mil." Niall tersenyum dan pergi meninggalkanku sambil merangkul gadis itu.

Firasatku tidak enak, siapa itu? Mungkinkah dia Kekasih Niall? Apakah dia Ari? Tapi dia berbeda dengan gadis di toko buku, atau Niall selingkuh? Beribu pertanyaan pun menghantui pikiranku.

Tidak lama, Harry menghampiriku dan mengajakku ke ruang tengah bersama yang lain. Oh sebenarnya aku sangat tidak mau, bahkan aku sudah berpamitan untuk pulang tapi Harry memaksaku untuk tinggal. kalau bukan Harry yang memintanya pasti aku sudah kabur.

"Aku harap Niall tidak berhubungan dengan gadis jalang lagi," ceplos Liam yang menurutku sedikit kasar, walau pun aku suka kata-kata itu.

"Yes budd, dia sangat baik. Kasian dia selalu di sakiti," Timpal Zayn.

Jadi gadis itu adalah kekasih Niall? Sekeras mungkin aku menahan air mataku yang sedang memberontak ingin keluar.

Jarak kami dari lantai dansa tidak dekat, di tambah lagi musik yang berdentum keras. Jadi ucapan Liam dan Zayn pasti tidak terdengar, aku harap gadis itu mendengarnya.

Pesta ini yang ku harap akan menyenangkan menjadi sangat boring dan menyebalkan, lebih baik aku berdiam diri di kamar selama seminggu dari pada melihat Niall berdansa dengan gadis itu. Bahkan lelucon-lelucon yang di lantarkan Louis pun tidak bisa menghiburku.

"Harry? Hm aku lupa kalau aku memiliki tugas dari Mr. Green, aku harus pulang," ujar ku mencoba sekali lagi.

"Oh Mily, please. You can done that tomorrow."

"Aku tidak bisa,"

"Baiklah, satu jam lagi. Aku akan mengantarmu, Bagaimana?" Tawarnya.

"15 menit,"

"30 menit?"

"Baiklah," Harry pun tersenyum penuh kemenangan. Dan aku berhasil keluar dari suasana yang menyedihkan itu dan kembali pulang beberapa menit kemudian.

Liat mulmednya deh, duuuh😍😍😍😍😍
MAKASIH BGT BUAT KALIAN YANG BACA DAN VOMMENTS, BUAT SIDERS JUGA MAKASIH YA. MWAH!

Btw, ceritanya makin boring aja ya hehehe. Maaf kalo ga sesuai ekspetasi, Cari idenya susah:(

All the fkn love, A😁😘

THE PRINCE CHARMINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang