Chapter 6

119 22 7
                                    

Setelah jam istirahat aku masuk ke kelas terakhirku, pelajaran terakhir ini sedikit membosankan karena tidak ada Niall.
Mr. Anderson menjelaskan rumus matematika yang benar-benar sulit untuk di cerna oleh otakku yang sedang memikirkan Niall ini.

*NETT NETT*

Bel sekolah yang menyatakan pelajaran hari ini telah selesai pun berbunyi. (Ok, suaranya jelek banget) aku merapihkan buku-buku ku dan memasukkan nya ke dalam tas, setelah memberi salam kepada guru aku bangun dari bangku ku. Tapi sulit karena rok ku menempel dengan bangku, oh great, ternyata seseorang telah melakukannya dengan sengaja. Apa aku mempunyai musuh? Mengapa mereka selalu melakukan ini kepada anak-anak yang lemah? Beberapa orang di kelas ku masih berada di kelas, tapi tak seorang pun mau membantuku. Sebaliknya, mereka menertawaiku.

Satu per satu dari mereka pun pergi hingga kelas kosong. Aku berpikir, haruskah aku membawa bangku ini pulang dan membiarkannya menempel terus di bokongku sampe aku di rumah? Tapi tidak mungkin, bangku ini berat dan orang-orang akan melihatku aneh. Atau aku harus melepas ro-tidak! Apa jadinya nanti? Walaupun Aku memakai celana lagi tapi tetap saja itu dalaman. Aku terus mencoba agar aku bisa lepas dari bangku ini, sampai sekolah pun mulai sepi.

Oh ibu, apa yang harus aku lakukan? Aku kehabisan cara, karena otakku saja dipenuhi oleh Niall. Aku harap Niall lewat, lalu Aku bisa memanggilnya untuk membantuku, lalu aku terlepas dari kesialan ini, lalu dia menawariku untuk mengantarku pulang, lalu kami mampir untuk makan malam, lalu aku-

"EMILY!" Oh ya Tuhan terima kasih, kau menjawab doaku. Seseorang dengan suara yang familiar Memanggilku, tapi... Tapi Itu bukan Niall, itu Harry.

Bukannya menjawab atau memanggilnya aku malah terdiam melihat Harry, sedikit kecewa memang tapi tidak apa setidaknya ada orang yang bisa membantuku. Setelah sadar dari mimpi sesaatku Harry menghampiriku.

"Harry, tolong bantu aku hmm rokku.... Hmm... Menempel," Harry membelalakan matanya terlihat terkejut juga terlihat seperti menahan tawa.

"Oh baiklah Harry, kau bisa tertawa dulu." Ujarku sedikit malu.

"Haha tidak tidak mil, maafkan ok?" Dia terlihat berpikir.

"Coba kau goyang-goyangkan sedikit, siapa tau akan lepas,"

"Aku sudah mencobanya, Harry." Ujarku sambil mencobanya lagi, sedikit lebih keras.

*brekkk*

Rokku pun terlepas dari bangku, namun kain rokku ada yang masih menempel di bangku. Oh great rokku robek.

Dengan cepat aku menutupi bagian bokongku yang tidak tertutup oleh kain rokku, Tawa Harry pun meledak melihat tingkah dan wajahku yang konyol.

"Oh my god, bagaimana ini? Tasku tidak cukup untuk menutupi bagian yang robek," ujarku seraya mencoba menutupi bokongku dengan tangan.

"Ahaha calm down mily, kau bisa memakai celana basketkku," Ujar Harry sambil memberikan celana basketnya dengan tawanya yang meledak.

"Aku sangat malu, kenapa kau harus melihatku dalam keadaan seperti ini." Ujarku, ujung bibirku pun berkedut menahan tawa.

"Sudah cepat pakai saja,"

"Berbalik! Kau jangan mengintip, awas kau!" Aku pun memakai celana yang Harry berikan sambil mengawasinya agar tidak mengintip.

"Aku tidak ingin mengintip, tenang saja." Ujar Harry seakan-akan bisa membaca pikiranku.

"Sudah belum?"

"Sudah cerewet," ujarku sambil melipat rokku.

"Baiklah, kau pulang dengan siapa? Mau aku antar?" Tawar Harry.

"Hmm apa tidak apa? Aku sudah sering merepotkanmu kan,"

"Ya sudah kalau tidak mau," ujar Harry searaya meninggalkanku.

"I-iya tunggu aku mau." Ujarku mengejarnya.

Aku melihat sebuah senyuman di wajahnya yang cheeky. Kami pun pergi menuju parking lot untuk pulang.

"Kau mau langsung pulang? Aku lapar, kau mau makan tidak?" Tawar Harry saat kami sedang di perjalanan pulang.

Andai Harry itu Niall...... Tapi lumayan, aku juga lap-

*krucukk krucukk*
(Suara perut laper mily, HAHA)

"Hahaha jelas sekali, kau sangat lapar ya?" Tawa Harry lagi-lagi meledak, saat mendengar bunyi perutku yang teriak minta di isi.

Aku hanya menunduk menahan malu, namun sebenarnya aku ingin tertawa karena kebodohanku sendiri.

"Hey mil, maafkan aku ya? Aku tidak bermaksud seperti it-" "HAHAHAHA betapa bodohnya aku," potongku.

Harry terdiam, ia melihatku bingung. Mulutnya pun terbuka membentuk huruf 'O'. Namun tiba-tiba tawanya meledak lagi bahkan lebih keras Dari sebelumnya.

"HAHAHAHA memang, dasar kau bodoh!" Ujar Harry sambil mengacak-acak rambutku hingga berantakan.

"Baiklah tertawalah sepuasmu. tapi cepat beri makan aku, aku sudah lapar," ujarku sedikit merengek.

"Iya mily milo, makanya kau jangan membuatku tertawa. Aku susah untuk fokus mengemudi," Ujar Harry belum berhenti dengan tawanya.

Lalu kami berhenti di sebuah restoran jepang terdekat.

TO BE COUNTINUED

Haha terakhirnya ngeselin banget.

Kenapa susah banget buat gua update cepet ya?😔
I'm really sorry about that, but wey hey I really work so damn hard, please kindly appreciate it.
It would mean the world to me, Thank you!

Happy Ramadan, Semoga lancar terus. Amin.

All the love as always A.😁😘

THE PRINCE CHARMINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang