Keluarga Kecil

57 6 0
                                    

Bangkok, Thailand 2042

Seorang pria terlihat sedang berdiri di sebuah balkon. Tatapannya menerawang lurus kedepan. Rambutnya yang sebagian susah memutih itu beterbangan di terpa angin sore. Tubuh tegapnya yang dulu begitu di gandrungi oleh banyak orang masih tampak gagah di usianya yang sudah hampir setengah abad itu.

Sudut bibirnya terangkat untuk membentuk senyum kecil di bibir tipisnya. Dan semakin lebar saat ingatan masa lalu terlintas di kepalanya. Kenangan tentang kisah yang membawanya sampai pada titik ini. Tepatnya kisah 23 tahun yang lalu.

Saat tengah asyik dengan lamunannya. Ia dikagetkan dengan sepasang tangan yang melingkar di perutnya. Dan tanpa harus melihat ia langsung tau pemilik lengan tersebut.

Ia pegang kedua lengan tersebut dan ia longgarkan agar ia bisa berbalik dan memandang sang empunya. Dapat ia lihat sosok yang meski di usianya kini tak pernah berkurang kadang kecantikannya. Masih sama seperti 23 tahun yang lalu. Sosok yang telah ia perjuangkan. Sosok yang dulu selalu menghiasi layar televisi dan di idolakan oleh banyak orang.

Sosok itu tengah tersenyum manis padanya. Membuatnya tak tahan untuk kembali merengkuh dan menenggelamkan sosok tersebut kedalam pelukan hangatnya.

Sosok yang telah menemaninya lebih dari 20 tahun hidupnya. Sosok yang kembali membawa warna dalam hidupnya yang abu - abu. Sosok yang terus berada di sampingnya serta memberikan dukungan dalam keadaan apapun.

Tak peduli rintangan seberat apapun, sosok tersebut tak pernah sekalipun melepaskan genggaman tanggannya atau pun berfikir untuk meninggalkannya. Sosok yang begitu ia cintai yang telah menempati tahta tertinggi di hati. Sosok yang telah memberikannya keturunan sebagai pelengkap kebahagian mereka.

Kisah cinta mereka tak semudah yang terlihat oleh orang - orang. Telah banyak pengorbanan yang mereka lakukan untuk mempertahankan dan memperjuangkan kebahagiaan mereka. Sudah tak terhitung banyaknya tetes air mata yang tumpah dari keduanya.

Belum lagi dengan kesehatan mental mereka yang begitu di pertaruhkan. Tapi karena cinta mereka yang begitu kuat satu sama lain. Mereka  saling menggenggam erat tangan satu sama lain. Terus berjalan di tengah badai yang terus berusaha menghentikan mereka.

Karena mereka percaya bahwa jika mereka mampu bertahan untuk melewati itu semua. Akan ada hal indah yang akan menyambut mereka. Dan itu telah mereka buktikan kini.

Kehidupan mereka kini hanya di penuhi oleh kebahagian. Terutama saat putra mereka lahir 20 tahun yang lalu. Kebahagiaan mereka menjadi semakin lengkap dengan suara tangis dan tawa dari bayi mungil tersebut.

Tapi kisah itu sudah lama terlewati. Kini mereka berdua telah menui buah dari kesabaran mereka selama ini. Mereka pun kini sudah tak lagi aktif di dunia entertaiment dan fokus pada bisnis keluarga.

Seperti kata pepatah,

Saat hidupmu penuh dengan rasa bahagia serta suka cita, waktu pun seakan berjalan lebih cepat. Bayi mungil yang dulu mereka gendong kemana - mana. Kini sudah tumbuh menjadi pemuda cerdas dan tampan.

Kadang mereka pun rindu dengan bagaimana anak itu bersikap manja dan merengek pada mereka. Sejak duduk di bangku kuliah, anak mereka memilih untuk tinggal di apartement alih - alih pulang kerumah. Alasannya karena lebih dekat dengan kampus.

"Daddy lagi mikirin apa dari tadi? Po perhatiin dari tadi senyum - senyum sendiri" sosok dalam pelukan pria itu pun membuka suaranya setelah puas menghirup aroma tubuh pasangannya. Wajahnya menyembul dan menatap pria itu dengan mata kucingnya. Membuat pria yang lebih besar merasa sangat gemas.

"Daddy nggak lagi mikir apa - apa. Hanya teringat dengan kisah kita berdua" jawab pria itu dengan menatap wajah ayu di bawahnya dengan tatapan mendamba. Ia bubuhkan kecupan kecil di ujung hidung pasangannya membuat sosok yang lebih kecil terkikik kecil.

Beautiful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang