Benarkah?

28 3 0
                                    

Suvarnabhumi Airport, Thailand

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 20 jam, Apo akhirnya mendarat dengan selamat di negara kelahirannya. Kini waktu menunjukkan pukul 11.30 siang waktu bangkok.

Setelah urusan bagasi selesai, Apo pun bergegas meninggalkan bandara menggunakan taksi online yang telah ia pesan sebelumnya. Tak terlintas sedikit pun fikiran untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak, yang dia fikirkan kini hanya ibu dan adiknya yang kini membutuhkan kehadirannya.

.

.

.

15 Menit kemudian taksi pun berhenti di depan rumah sakit tempat ayah Apo di rawat. Setelah menyelesaikan pembayaran dengan sopir taksi Apo pun bergegas memasuki rumah sakit tersebut, di tariknya koper dengan tangan kanannya sementara ransel berada di balik punggungnya.

Langkah Apo kian cepat hingga nampak sedikit berlari. Di hampirinya bagian informasi untuk menanyakan diruangan manakah sang ayah di rawat. Setelah itu kembali berlari menuju ruang rawat sang ayah setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih pada petugas rumah sakit.

Kini Apo telah sampai di depan ruang rawat sang ayah. Ayahnya telah keluar dari ruang ICU setelah di pantau 24 dan telah melewati masa kritis.

Di bukanya pelan pintu didepannya itu dan dari balik pintu dapat ia lihat keadaan di dalamnya. Nampak sang ibu tengah duduk di samping bankar sang ayah dengan tatapan sayu menatap sang suami.

Terlihat tatapan nya yang kosong hingga tak menyadari kehadiran sang putra. Sementara sang adik nampak tertidur di sofa yang memang di sediakan pihak rumah sakit mengingat ruangan yang di pesan merupakan ruangan vip.

Perlahan di langkahkan kakinya mendekati sang ibu, di letakkannya koper serta ransel yang ia bawa di lantai lalu dengan pasti memeluk tubuh rapuh sang ibu. Sementara sang ibu yang mendapatkan pelukan secara tiba - tiba itu pun tersadar dari lamunannya dan menoleh ke belakang.

Dan saat melihat siapa yang memeluknya maka pecahlah tangis yang ia tahan - tahan sejak tadi. Ia tumpahkan semua rasa sakit serta takut akan kehilangan di dalam pelukan sang putra.

Putra nya yang 7 bulan lalu pamit untuk meninggalkan kehidupan di sini untuk memulai kehidupan baru di negeri orang. Tapi harus kembali karena berita duka seperti ini. Cukup lama mereka larut dalam suasana tersebut dan tak sengaja suara tangis sang ibu berhasil membangunkan tidur sang adik.

Rin yang melihat sang kakak telah datang pun ikut mendekat dan bergabung dalam pelukan menenangkan itu. Setelah sang ibu mulai tenang pelukan itu pun terlepas. Nampak mata sembab serta lelah sang ibu yang dikarenakan banyaknya air mata yang terus mengalir serta kurangnya istirahat.

Di hapusnya bekas air mata sang ibu dan pandangan Apo kini beralih pada sang adik yang nampak tak jauh beda dengan keadaan sang ibu.

"Sudah Mae. Po yakin Pho akan baik - baik saja. Bukannya operasinya berhasil. Jadi tak ada yang perlu di khawatirkan lagi. Po yakin tak lama lagi Pho akan sadar dan kembali sehat" ujar Apo menenangkan sang ibu, padahal hatinya sendiri kini juga tengah gelisah dan takut.

Tapi jika bukan ia yang menguatkan ibu dan adiknya maka siapa lagi yang akan melakukannya. Kini ia harus bisa mengesampingkan perasaannya dan menjadi penopang untuk kedua bidadari nya tersebut.

"Mae dan N'Rin sudah makan? Ini sudah waktunya makan siang" tanya Apo berusaha mengalihkan fokus ibu dan adiknya dari kondisi sang ayah.

"Belum phi. Mae selalu menolak saat di ajak makan" jawab Rin dengan suara sumbang nya.

"Mae tidak lapar, kalian saja yang makan. Mae nanti saja" ujar ibu nya tak mau sang anak khawatir.

"Mae, jangan begini na. Mae harus makan dan istirahat yang cukup na. Kalau tidak mae akan sakit juga. Jika mae sakit, mae tidak akan bisa merawat pho nanti" ujar Apo memberi pengertian pada sang ibu.

Beautiful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang