New York City, United State
Di sinilah sekarang seorang Apo Nattawin berada. Untuk memulai hidup baru serta menyembuhkan luka dihatinya.
Tempat ini di pilihnya untuk menjalani hidup. Jauh dari hingar bingar dunia entertain serta jauh dari orang - orang tercinta. Tempat dimana tak ada yang mengenalnya sebagai sosok aktor muda dengan segala prestasinya.
Karena kini hanya ada sosok Apo Nattawin seorang pemuda biasa yang memulai hidup barunya sebagai bartender di sebuah bar kecil di tengah kota New York.
Dengan bantuan seorang teman Apo bisa mendapatkan pekerjaan itu. Kini ia tinggal di sebuah apartment sederhana di dekat bar tempatnya bekerja.
Tak terasa sudah 2 bulan Apo meninggalkan negara nya dan menetap di New York. Mungkin awalnya memang terasa sulit. Kala rasa rindu pada orang terkasih mendera hati ia hanya bisa melakukan panggilan suara / video untuk sedikit mengurangi rasa rindu tersebut.
Walau kadang kala rasa ingin menyerah dan kembali ke negaranya muncul di pikirannya. Namun pada saat yang bersamaan rasa sakit itu juga muncul kala mengingat semua yang telah ia lalui selama ini. Membuat ia kembali menguatkan diri dan mendapatkan tekatnya kembali.
Hingga akhirnya kini Apo sudah sangat menikmati hari - harinya di tempat tinggal barunya ini.
Apo POV
Pagi ini aku bangun sangat terlambat, mungkin karena semalam bar sangat ramai dan berakhir aku harus lembur hingga pukul 3 pagi. Jadi saat aku membuka mata hari ini waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 waktu setempat.
Aku segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku ingat semalam begitu sampai apartment aku langsung tertidur tanpa membersihkan diri karena merasakan tubuhku yang sudah sangat lelah. Setelah membersihkan diri dan mengenakan pakaian aku menuju dapur. Dan membuat sarapan sederhana untuk diriku sendiri. Atau harus kusebut ini makan siang mengingat kini sudah pukul 11.30 siang.
Terserahlah mau disebut apa yang penting aku harus mengisi perutku yang sudah keroncongan ini. Sambil makan aku memilih untuk menghubungi ibuku.
"Sawadee mae" sapaku saat panggilan itu tersambung dengan ibu.
"Wadee. Sabai dee mai luk?" Terdengar suara ibu dari seberang telepon.
"Po sabai dee khap. Mae Pho sabai dee mai?"
"Sabai dee. Kau makan tepat waktu kan?" Tanyanya padaku.
"Khab mae. Ini Po sedang makan sebelum berangkat kerja" ujarku dengan nada ceria agar ia tak khawatir.
"Syukurlah. Jaga kesehatanmu na, disana tak ada mae yang akan merawatmu saat sakit"
"Khab mae" jawabku.
Dan saat makananku habis akupun mencuci piring bekasku makan masih dengan sambungan telepon yang masih tersambung. Kami pun mengobrol banyak hal sebelum aku berangkat ke bar nanti. Hari ini aku harus masuk kerja pukul 2 siang dan pulang tengah malam nanti. Dan akan lebih lama jika aku harus kembali lembur seperti tadi malam.
Setelah aku selesai merapikan alat makan yanh tadi kugunakan. Aku pun menuang air kedalam gelas dan meminumnya. Kami terus mengobrol dengan ayah yang ikut bergabung dalam obrolan kami hingga obrolan itu harus terhenti saat aku pamit untuk berangkat bekerja.
Setelah panggilan itu selesai aku segera bersiap untuk berangkat ke bar. Jarak bar dari apartment tempat aku tinggal tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu 10 menit berjalan kaki.
Begitu sampai di bar aku disambut oleh salah satu rekam kerjaku. Pria tinggi asal New York itu menyapaku. Sambil tangannya sibuk mengelap meja.
"Hi, Nat" sapanya padaku begitu aku memasuki bar.
"Hi, David" sapaku kembali sembari berjalan menuju meja bar.
Dan obrolan ringan pun terjadi diantara aku dan David. Sedikit informasi tentangnya, David adalah sahabatku setelah aku mulai bekerja disini. Dia 1 tahun dibawahku dan hal yang membuat kami nyaman dan akhirnya berteman adalah sifatnya yang easy going yang sama sepertiku.
Setelah semuanya rapi, kamipun bersiap untuk membuka bar. Bar ini buka mulai pukul 3 sore dan tutup pukul 3 pagi. Biasa aku bekerja mulai pukul 3 sore hingga pukul 11 malam kecuali aku harus lembur seperti kemarin malam.
Dan nampaknya malam inipun aku harus kembali lembur melihat bagaimana ramainya pengunjung yang datang. Suasana clum malam itu begitu sesak dan semakin malam semakin ramai saja. Hahhhhh sudahlah beginilah resiko bekerja ditempat seperti ini.
Apo pov
Ok mari kita tinggalkan Apo dengan kesibukannya sebagai bartender dan kita beralih ke pria Kalasin kita yang juga baru memulai hidup baru nya setelah kepergian sang kekasih.
Bangkok, Thailand
Mile yang kini sudah bisa menerima dan mengiklaskan kepergian sang kekasih nampak jauh lebih baik dari sebelumnya. Setelah kemarin menghabiskan waktu berlibur bersama kakak serta orangtuanya. Kini Mile sudah mulai sibuk lagi dengan pekerjaannya.
Sebagai pewaris keluarga Romsaithong Mile memang harus bertanggung jawab akan Romsaithong's Corp. Karena orangtuanya hanya memiliki 2 anak . Dan sang kakak lebih memilih untuk menggapai mimpinya sebagai seorang dokter. Maka sebagai satu - satunya kandidat mau tak mau ia harus mengambil tanggung jawab tersebut.
Karena hal tersebut pula Mile lebih sering stay di Bangkok. Sedangkan orangtuanya memilih tinggal di Kalasin bersama keluarga besarnya. Sebagai upaya untuk mengobati luka kehilangannya, Mile juga melakukan banyak aktifitas diwaktu luangnya.
Karena menurutnya semakin sering dia bersosialisasi dengan banyak orang maka luka itu akan semakin cepat pulih. Dia mulai menekuni kembali kebiasaannya yang telah lama ia tinggalkan yaitu ngegym. Maka kini ia akan selalu datang ke gym di waktu luangnya. Selain itu dia juga mulai terjun ke dunia modeling.
Hal tersebut nyatanya benar - benar berhasil ia lakukan. Kini hatinya sudah benar - benar pulih serta lapang. Sehingga ia bisa menjalani hari - harinya dengan lebih ringan tanpa beban.
Sosok mendiang sang kekasih memang tak mungkin bisa ia lupakan, karena bagaimanapun kenangan itu akan tetap menjadi bagian dari kisah perjalanan hidupnya. Ia akan selalu mengingatnya serta menyimpan kenangan itu di dalam hatinya yang paling dalam.
Tapi paling tidak dengan keadaan nya saat ini, ia sudah siap untuk memulai kisah yang baru. Sehingga bila dia menemukan orang yang nantinya akan menemani sepanjang hidupnya. Ia sudah tak akan lagi terbayang - bayang oleh kisah masa lalu serta rasa bersalah dan penyesalan.
Namun nampaknya hal itu tak akan terjadi dalam waktu dekat ini. Karena saat ini fokusnya hanya satu. Yaitu bagaimana caranya agar ia bisa membahagiakan keluarganya terutama sang ibu. Karena ia tahu saat ia terpuruk waktu itu, ibunya adalah orang yang juga merasakan kesakitan yang sama seperti yang ia rasakan.
Bagaimana tidak putra kesayangannya yang biasanya ceria dan manja berubah menjadi layaknya raga tanpa jiwa. Raganya ada tapi nampak kosong seakan jiwanya ikut pergi bersama kematian sang calon menantu.
Maka dari itu, kini Mile tak ingin lagi membuat sang ibu bersedih. Kini ia akan menjalani hidup barunya dengan semangat yang baru. Untuk masalah asmara ia akan biarkan mengalir layaknya air di sungai Chao Phraya. Karena siapa yang tahu akan takdir seseorang seperti takdir Mile sebelumnya. Yang harus ditinggal pergi sang kekasih padahal kala itu mereka telah merencanakan masa depan bersama.
Tapi itulah takdir kadang kala apa yang kita rencanakan tak sesuai dengan jalan takdir yang sudah ditentukan. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalani dan menerima semua itu dengan lapang dadad. Dan itulah yang kini sedang dilakukan oleh pria Kalasin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Destiny
FanfictionMereka yang di persatukan oleh takdir setelah melalui banyak kesakitan. Saling menjadi obat untuk satu sama lain dan berjuang untuk kebahagiaan. Perjuangan mereka tak mudah tapi mereka dapat melaluinya bersama. Dengan saling bergandengan tangan mer...