Pilihan

21 4 0
                                    

"Cukup nong. Mau sampai kapan kau akan melakukan ini? Kau tak kasihan pada mae dan pho? Kau akan sakit jika terus memaksakan dirimu" ujar Man yang sudah mulai lelah dengan kelakuan adiknya itu. Mile yang dengar itu hanya bisa diam dan menunduk.

.

.

.

.

.

.

.

.

Melihat Mile yang hanya diam dan menunduk membuat Man tahu. Bahwa adiknya itu sedang merenungi perbuatannya. Sebagai seorang kakak dia juga ikut merasa sedih saat melihat kondisi sang adik yang kian hari makin tak terurus, rambut nya makin panjang karean belum dicukur sejak terakhir kali. Kumis tipis yang mulai tumbuh tak terawat menghiasi wajah rupawan sang adik. Serta kantung mata yang kiat jelas terlihat karena kurangnya waktu tidur.

Di dekatinya sosok rapuh sang adik tersebut dan dipegangnya pundak lebar itu memberi kekuatan pada sang empunya pundak.

"Phi tahu, pasti berat untukmu menerima kenyataan ini, tapi kau tak bisa terus seperti ini Nong. Hidup terus berjalan kau tak bisa berhenti di sini. Apa kau fikir Nong Fearz tidak akan bersedih melihatmu seperti ini? Dia pasti juga ingin melihatmu melanjutkan hidup Nong. Jadi phi mohon berhentilah menyiksa diri sendiri seperti ini. Berhenti menyiksa kami Nong. Kau mau apa? Katakan saja asal jangan terus terpuruk seperti ini. Atau kau mau pergi kemana? bilang saja phi akan menemanimu." Man berbicara dengan hati - hati takut kembali melukai hati sang adik.

Ia berusaha memberi nasehat serta membujuk agar Mile bisa melanjutkan hidupnya.Ditinggal orang terkasih memang menyakitkan. Apalagi ditinggal untuk selamanya.

Tapi apa hidup kita juga harus berhenti karena itu?

Man tak mau adiknya terus berlarut dalam kesedihan mendalam itu. Hingga ia melupakan diri sendiri dan orang di sekelilingnya. Tapi lagi dan lagi semua nasehatnya hanya di balas oleh kebisuan sang adik yang membuat ia hanya bisa menghela napas lelah.

Karena sang adik hanya diam dia pun memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Yasudah kalau itu maumu. Phi keluar dulu jangan begadang lagi lekaslah istirahat" ujar Man seraya menepuk bahu sang adik pelan dan bergegas hendak melangkah pergi.

Tapi seketika gerakan tangannya saat memutar handle pintu terhenti saat mendengar suara sang adik. Dia langsung memutar langkahnya untuk menghampiri sang adik dan memeluk tubuh rapuh itu erat dengan rasa haru yang membuncah.

"Aku ingin liburan phi" itu yang terlontar dari bibir pucat sang adik.

"Ya kita akan liburan. Bersama pho dan mae juga. Kau mau liburan kemana nong? beritahu phi. Phi akan atur semuanya" ujar Man antusias.

Dia sangat bahagia karena akhirnya sang adik mulai mau membuka diri setelah kejadian 3 bulan lalu.

"Aku ingin ke Ko Samui phi" jawab Mile lirih.

"Ko Samui? Baiklah phi akan bilang pada Mae na. Perlahan na nong, phi yakin kau pasti akan sembuh na" ujar Man penuh haru serta penuh motivasi untuk sang adik.

Mile hanya menampilkan senyum tipis di bibirnya menanggapi sang kakak. Tapi hal itu saja sudah sangat membahagiakan untuk Man. Pasalnya setelah 3 bulan akhirnya bibir itu bisa menampilkan senyum lagi walau belum selebar dulu.

"Baiklah kalau begitu phi pergi dulu na. Phi akan mengabari mae perihal ini agar bisa segera bersiap" Man pun keluar meninggalkan ruangan Mile setelah sebelumnya mengingatkan Mile untuk pulang dan istirahat yang di iyakan oleh sang adik.

Beautiful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang