11. Man First Love Theory

363 55 22
                                    

Mazga berhasil mengejar Kiran di sudut jalan, tetapi kali ini tatapannya tidak seperti biasa. Ada sesuatu yang berbeda —— kemarahan, kelelahan, dan frustrasi yang selama ini ia tahan.

“Kiran, berhenti!” Mazga menahan lengan Kiran, tapi kali ini bukan dengan kelembutan seperti biasanya. “Dengerin aku dulu.”

Kiran berbalik dengan mata penuh emosi, tetapi dia bisa melihat ada sesuatu yang berubah pada Mazga.

“Kamu nggak tau?” suara Mazga tiba-tiba meninggi, membuat Kiran terdiam. “Kamu selalu bilang nggak tau, selalu ketakutan, selalu merasa nggak cukup! Tapi kamu pernah nggak berpikir kalau perasaan aku juga penting? Aku udah siap ada di sisi kamu terus, Ki. Kamu gak pernah percaya sama aku. Bahkan saat aku udah siap memeluk semua masa lalu kamu yang membelenggu, kamu tetap mendorong aku pergi, Ki...”

Kiran terkejut, belum pernah mendengar Mazga berbicara seperti ini sebelumnya. “Aku… aku nggak bermaksud bikin kamu marah. Aku cuma takut…”

“Takut? Aku ngerti, Kiran, aku ngerti kamu takut. Aku udah sabar, aku udah coba buat ngerti ketakutan kamu, tapi kapan kamu mau ngertiin aku? Kamu terus-terusan nyimpulin semuanya sendiri, terus-terusan lari setiap ada masalah. Kamu sadar nggak sih, kalau selama ini aku yang ada buat kamu? Aku juga punya perasaan, Kiran!”

Kiran merasa dadanya semakin berat. Dia tak pernah membayangkan Mazga, yang selalu sabar dan penuh pengertian, bisa meledak seperti ini. “Aku nggak bermaksud bikin kamu merasa nggak dihargai...”

“Tapi kamu udah bikin aku merasa begitu!” potong Mazga, nadanya tegas dan penuh luka. “Selama ini, aku yang terus ngertiin kamu, nemenin kamu, sabar nunggu kamu siap. Tapi kapan kamu akan ngertiin kalau aku juga capek? Kalau aku juga takut kehilangan kamu, takut kamu nggak pernah mau ngasih hubungan ini kesempatan karena kamu terus terjebak di masa lalu!”

Air mata mulai membanjiri mata Kiran, tapi Mazga belum selesai.

“Kamu selalu ngomong tentang ketakutanmu,” Mazga melanjutkan, suaranya lebih rendah tapi masih penuh amarah yang tertahan. “Tapi gimana dengan aku? Aku takut kita nggak akan pernah maju kalau kamu terus-terusan lari dari aku. Aku juga bisa sakit hati, Kiran. Aku cinta kamu, tapi cinta nggak bisa cuma dari satu sisi. Kalau kamu terus-terusan kayak gini, kapan kita bisa bener-bener jadi pasangan?”

Kiran merasa seluruh pertahanannya runtuh. “Aku… aku nggak tau gimana caranya berhenti takut, Mazga…”

Mazga menghela napas panjang, matanya penuh kelelahan. “Aku nggak bisa selalu jadi yang ngerti kamu, Kiran. Aku butuh kamu buat coba juga. Aku butuh kamu buat berhenti nyimpulin sendiri semua hal buruk yang mungkin terjadi. Kalau kamu terus-terusan kayak gini, aku nggak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan.”

Ketakutan Kiran Memuncak...

Kiran terdiam, terisak, dan air matanya tumpah. Selama ini dia hanya memikirkan ketakutannya sendiri, tapi dia tak pernah benar-benar memikirkan perasaan Mazga. Dia melihat lelaki itu sebagai tempat aman, tetapi kini tempat aman itu pun terlihat rapuh dan hampir runtuh.

“Aku… aku nggak mau kehilangan kamu, Mazga. Aku cuma… aku takut kalau aku nggak akan pernah bisa jadi cukup buat kamu,” ucap Kiran dengan suara bergetar.

Mazga menggeleng lelah, ekspresinya melembut sedikit, tapi tetap tegas. “Kamu selalu cukup buat aku, Kiran. Masalahnya, kamu yang nggak percaya sama diri kamu sendiri. Aku nggak bisa selalu nahan hubungan ini sendiri. Kalau kamu mau kita tetap bareng, kamu harus berhenti lari dan mulai belajar percaya——bukan cuma sama aku, tapi juga sama diri kamu sendiri.”

Kiran menghapus air matanya dengan gemetar, mencoba memahami apa yang dikatakan Mazga. “Aku akan coba, Mazga… tapi tolong, aku butuh kamu di sisiku.”

✅Beyond The Stars | Soohyun JiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang