jadi kita panggil bian itu vian ya 🙂↕️
vian terbangun dengan merasa tidak nyaman di area dada nya ia merasa sesak, vian bersandar di sandaran tempat tidurnya pandangan nya menatap sekeliling dan lalu menghela nafas
'yang bener aja..'
'masuk ke buku fiksi? gak logis banget'
vian masih dengan lamunan nya dengan menatap jendela besar yang memperlihatkan banyaknya gedung gedung pencakar langit yang menjulang seolah ingin menembus lapisan bumi
'kabur aja kayaknya bagus deh..'
'toh keluarga vian asli juga ga ngarepin..'
'soal uang.. aman deh kan habis malak sistem laknat itu'
"yosh kita pergi sekarang"
vian dengan semangat turun dari tempat tidur nya (rumah sakit+kamar vvip) vian berjalan ke arah lemari dan melihat beberapa bajunya di sana, beruntung nany nya selalu sedia payung sebelum hujan perandaian itu karena berpikir tuan mudanya bangun dan ingin memilih baju nya sendiri
"pergi ke paris aja deh pengen ke sana tapi ga ke sampean"
sebenernya hampir tapi gara gara kecelakan pesawat itu dia gajadi deh
**
vian keluar dari rumah sakit dengan mulus, memang bagaimana lagi? tidak ada yang menjaganya seorangpun di sana, vian memberhentikan taksi dan pergi menuju bandara, beruntung nya bandara cukup dekat sana
vian menatap jalanan yang lengang, hari sudah sore dan menjelang malam mungin jika di pantai pasti akan melihat senja yang indah, melihat matahari tenggelam dengan perasaan damai tanpa di kekang
untuk tiket pesawat dia sudah memesan nya dengan ponsel yang dia temukan di nakas dekat ranjang tadi
vian melamun pikiran nya berkelana entah kemana
'tubuh ini milikku dan terserah ku jika ingin menggunakan nya sesuka hati kan? toh vian asli sudah menyerah'
butuh 1 jam lebih 30 menit untuk sampai bandara, vian segera turun setelah membayar taxsi dan berjalan memasuki bandara
**
setelah melewati proses yang melelahkan vian sudah duduk tenang di dalam pesawat, kursinya berada di dekat jendela sehingga dia bisa melihat pemandangan di luar
'mungkin.. jika kamu lebih mudah menerima kamu bisa mencari kebahagiaanmu sendiri.. vian'
**
"teh mau di antar sekarang?" tanya pas sobri, seorang supir yang bekerja di keluarga Zeovin
"boleh kang saya takutnya den vian bangun ngga ada siapa siapa di sana" nany vian bernama lilis yang sudah berumur tampak semangat untuk menemui tuan muda lucunya itu
mereka berangkat menggunakan mobil perjalanan perlu di tempuh 30 menit cukup lama karena sangat jauh apalagi mansion yang berada di kawasan yang milik pribadi dengan luas yang seperti hutan tentu itu waktu yang lumayan cepat karena supir sedikit mengebut
"teh gimana ya kalau den vian nyariin keluarganya" celetuk pak sobri
"ngga tau kang, kan tau sendiri keluarga itu kaya gimana, mana sekarang kah ada nona veronica jadi nya mah kayanya den vian udah mirip oksigen, ngga terlihat!"
"kasian atuh den vian.. padahal den vian itu baik pinter banget tapi ngga pernah dapet kasih sayang"
"namanya juga keluarga kaya kang, udah biasa kayanya mah kaya gitu, udah deh akang fokus nyetirnya nanti kelamaan ke rumah sakitnya"
**
saat tiba di rumah sakit teh lilis segera menuju ruangan vian namun saat membuka pintu kamar rawat nya teh lilis tidak menemukan siapapun di ruangan itu, bahkan ia melihat ranjang yang sudah rapi seolah tak ada siapapun yang menempati
teh lilis segera berlari menuju meja resepsionis setelah menuruni lift dan bertanya dengan gusar dan panik dan bertambah cemas setelah mengetahui kamar inap vian yang sudah di tinggalkan 1 jam yang lalu
teh lilis bertanya dimana pasien yang sebelumnya namun tanggapan mereka tidak memuaskan mereka bahkan tidak tau
alhasil teh lilis segera pulang ke mansion Zeovin dengan panik bahkan ia dengan bodohnya meninggalkan ponselnya
'semoga den vian gapapa' perjalanan terasa sangat lama bahkan setelah pak sobri menambah kecepatan nya
mereka tiba di mansion dan dengan cepat nany kesayangan vian itu berlari dengan panik ke ruang keluarga itu, terdapat keluarga lengkap yang di anggap sempurna oleh mereka, tuan Zeovin dan pasangan nya dan ketiga putra dan satu putri kesayangan mereka
teh lilis segera berucap panik kepada tuan zeovin (Reksa Nugraha Zeovin) nama nya, namun setelah ucapan panjang lebarnya tuan zeovin hanya abai dia berkata
"tidak usah di pedulikan nanti jika lapar juga pulang sendiri" ucapnya dengan dingin bahkan anak anak nya tidak peduli dengan keberadaan nany vian itu mereka masih asik menjahili adik perempuan mereka
teh lilis mengangguk kaku dan seolah tak menyangka, ia berjalan dengan pelan.. kepanikan nya lenyap berubah menjadi sebuah emosi yang tidak bisa di jelaskan bahkan kekuatan nya terkuras habis hingga hampir terjatuh jika tak ada pembantu lain yang menuntun nya
'betapa teganya mereka.. den vian.. pergilah sejauh jauhnya dan bahagialah di sana jangan pernah ingat keluarga iblismu ini den' malam itu teh lilis menangis sesegukan ia merasa kehilangan anak semata wayangnya yang ia besarkan dengan kasih sayang bahkan masih teringat bagaimana anak lucu itu memanggilnya ibu
'den vian semoga kebahagiaan selalu menyertaimu'
dan malam itu pula vian merasa perasaan sendu di ulu hatinya, vian berusaha mengabaikan nya, mungkin ini perasaan vian asli pikirnya
'selamat tinggal Russia dan selamat datang Paris' vian tidak bisa tertidur ia memandang kota yang berkelap kelip di bawah tampak seperti mainan miniatur dari atas awan
***
pesawat vian mendarat dengan selamat, vian keluar dengan perasaan segar padahal dia hanya tidur 2 jam saja.
vian meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku dan bernafas lega sembari menatap sekitar dengan lebih cerah
vian memasuki taxi yang dia berhentikan, dia sudah membeli rumah yang tepatnya berada di pinggiran kota yang memiliki pemandangan bagus dengan bukit yang di buat menjadi taman yang indah
vian sudah sampai walau perjalanan nya menuju rumah barunya itu sekitar 2 jam an tapi tak menjadi masalah untuknya
vian memandang rumah barunya, hatinya senang melihat rumah impian nya sekarang terwujud, sebuah rumah dengan cat putih dan kayu berwarna coklat dengan banyaknya bunga bunga tertanam indah dan terawat, ada tanaman yang merambat dan menimbulkan kesan indah bagai rumah peri
(malas mendeskripsikan pikir sendiri)
di hari itu dia menata pakaian nya yang hanya sedikit dan sedikit merapikan tempat tempat di sudut rumah nya (anw dia sampenya pagi buta) vian berjalan ke dapur mengecek persediaan dan hanya ada beberapa sayuran dan apel di sana, rumah itu memang rumah vian asli dan ada orang yang bertugas merawat dan meninggalinya sesaat untuk menjaga rumah itu tetap indah
'di belakang rumah ada kebun mungkin aku perlu beli bibit sayuran untuk di tanam' pikir vian
rumah vian memiliki pagar dari kayu yang berwarna putih dan memiliki luas yang sangat luas bahkan terdapat rumah kaca dan kebun bahkan ada beberapa pohon yang beruntungnya berbuah du bulan itu
'aku pesan saja deh' vian terlalu malas untuk keluar dan membeli kebutuhan nya dan berakhir dengan dia yang bersandar di bawah pohon di bukit depan rumah nya (taman)
vian tampak sangat menikmati kehidupan barunya
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Obsession
Teen Fictionbercerita tentang vian Zeovin, putra bungsu teracuhkan dari keluarga Zeovin, dan seperti keterangan tersebut, vian selalu berusaha mencari perhatian keluarganya dan mungkin karena dirinya yang lahir dengan harapan sebagai perempuan tidak di anggap k...