pagi yang hangat sangat kontras dengan cuaca yang terasa sedikit dingin, beberapa orang mungkin akan kembali tidur dan menyelam mimpi mereka.. begitupula dengan vian yang masih tertidur di kamarnya.. kamar di mansion Zeovin maksudnya.
cahaya matahari yang mengintip di sela sela gorden membuat vian terbangun dari tidurnya.
vian terbangun dengan merasa sedikit pusing namun itu segera hilang, dan saat melihat ke sekeliling dia menyadari jika ini bukan di rumahnya.
"mn.. dimana?" bingung melandanya hingga teringat dengan kejadian tadi malam yang membuatnya tersadar, dia tertangkap..
cuaca yang hangat namun sedikit dingin, vian bangun dari tempat tidurnya membuka gorden jendela, dan terdapat balkon di belakangnya, vian membuka pintu balkon dan melihat pemandangan hutan yang luas di kejauhan dan di bawahnya terdapat taman bunga yang sangat luas.
vian masih betah memandangi pemandangan dari balkon kamarnya, suasana saat itu sangat tenang nan damai, vian merasa bahwa mungkin keluarganya hanya tak ingin dia menjadi aib, seperti nya begitu..
ceklek...
pintu kamar vian terbuka.. vian tentu tidak menyadarinya dengan dirinya di luar kamar apalagi jarak pintu kamar vian yang jauh, kamar vian besar..
seseorang itu berjalan mendekat ke arah vian yang tampak tenang berdiri di balkon
puk
vian tersadar, sebuah selimut hangat (slimut kotak kecil mungkin seperti handuk tapi memiliki lebar yang lumayan) yang terlampir di pundaknya, vian menoleh, william berada di belakangnya dengan ekspresi datar miliknya.
"udara dingin, ayo masuk" ucapnya sembari menggenggam tangan vian pelan dan membawanya masuk ke dalam, tak lupa menutup pintu balkon.
"waktunya sarapan segeralah turun jika sudah siap" lumayan, william jarang berbicara panjang, tapi kali ini dia tampaknya memberikan kalimat hangat kepada vian.
vian berjalan ke arah kamar mandi setelah melihat william keluar dari kamarnya.
vian sudah selesai dengan ritualnya vian tampak fresh dan lebih hidup, dengan kemeja putih dan celana putih panjang nya, vian tampak menawan menggunakan pakaian itu.
ceklek..
"sudah?" itu william..
'dia ada di sana selama aku mandi?' vian merasa sungkan dan hanya menggangguk pelan dan berjalan ke arah william.
mereka pergi ke ruang makan, tempatnya berada di lantai dua dan kamar vian di lantai tiga, mungkin menggunakan lift lebih cepat tapi mereka menggunakan tangga untuk turun ke lantai dua.
dengan william yang memegang tangan vian (kalian tau jika bangsawan dan kesatrian nya, mungkin seperti saat turun dari kereta begitulah mungkin) william tidak ingin resiko jika vian salah langkah dan terjadi hal yang tidak di inginkan.
sesampainya di lantai dua vian melepaskan genggaman william, william hanya melirik dengan beberapa rasa di dalam hatinya, mereka melanjutkan perjalanan ke ruang makan yang tampaknya sangat jauh bahkan vian bisa berpikir jika dia berada di istana dengan lorong panjang dan langit-langit bergambar lukisan indah itu.
sesampainya di pintu masuk, pelayan yang berjaga di sana membukakan pintu dan mempersilahkan mereka berdua masuk, vian bisa melihat anggota keluarga lengkap di sana bahkan nenek kakek saudara atau entahlah, sepanjang meja kursi sudah di duduki tapi ia melihat dua kursi yang tidak terisi yang dekat dengan kursi ibu nya.
william berjalan dan duduk di samping kursi kosong, pikir vian mungkin itu tempat duduknya, vian berjalan dan duduk di samping sang ibu yang tampak memperhatikan gerak geriknya sedari tadi, tidak bukan hanya ibunya tapi seluruh orang yang berada di sana memperhatikan dirinya.
vian merasa canggung namun dia berhasil mnutupinya dengan menutup mata dan diam dengan tenang, entahlah dia hanya merasa dia tidak perlu memperhatikan tapapan seluruh orang orang itu yang menatapnya seolah olah hendak memakan habis dirinya.
ruang makan yang dingin dengan suara dentingan sendok yang hanya terdengar tak membuat vian takut, dia sudah biasa dengan hal seperti ini dan ini lebih baik daripada dia di tanyai berbagai macam pertanyaan dari mereka.
"berkumpul setelah ini" ucap seseorang yang lebih tua lebih tepatnya tuan Aditama Zeovin, seorang pemimpin keluarga Zeovin atau mungkin tetua? ya seperti itulah, dan tampaknya vian tidak bisa lari dengan perintah itu karena mereka semua menuntun vian untuk pergi bersama, mungkin semacam di kawal agar vian tidak berbelok arah ke kamarnya.
di ruang yang di anggap tempat berkumpulnya keluarga Zeovin lengkap seperti yang kalian tau, tampak sangat dingin dan mencekam, entah itu dengan mereka yang menatap dingin vian atau memang mereka meminta jawaban dari vian, dan sedangkan vian masih bertanya tanya dalam benaknya dan dia juga menutup mata mengabaikan mereka, seolah terbiasa memang vian terbiasa seperti itu jika dirinya merasa tidak di posisi bagus dia akan memiliki peran sebagai orang yang tenang dan tidak ingin ikut campur.
"bagaimana liburanmu vian" seseorang bertanya dengan menekan nama vian, vian membuka matanya melihat siapa yang berbicara, itu paman nya hmm.. mungkin jika tidak salah namanya Reinhard Zeovin anak kedua tuan Aditama, dan vian bisa melihat raut senyum yang tampak memiliki arti lain.
"baik.." vian berucap tenang membalas pertanyaan paman nya itu, Rein merasa tertantang, seorang anak yang jelas jelas berbeda dari sifat keluarga Zeovin berubah setelah kecelakaan itu menjadi vian yang sekarang- oh tentu karena dia vian asli.
"hee.. kau tak berniat kabur kan vian?" tanya nya lagi dengan senyum
"bahkan jika aku kabur kalian bisa mengetahui dimana keberadaanku" vian kembali berucap tenang tak merasa tertekan dengan aura dominan keluarganya, dia memiliki jiwa tenang dan seolah ada pelindung yang melindunginya dari aura menekan mereka
"tampaknya vian lebih menyukai di luar ya kak" Selena Zeovin istri dari Reinhard Zeovin, memiliki gagasan kepada Vera Zeovin, ibu vian yang tempak memandangi vian sedari tadi di samping suaminya (apa aku pernah menyebutkan nama ayah vian? aku lupa) Zaiyn Zeovin. mereka tampak memandang vian dingin dan tidak bisa di jelaskan.
"benarkah vian?" vera seseorang yang sangat berbakat mengubah mimik ekspresi nya dan menatap vian dengan senyuman namun tidak dengan matanya.
vian merasa situasi ini sangat tidak menguntungkan dirinya, vian melirik bibinya dan berganti ke ibunya, vian bisa paham jika kedua wanita itu tampak sedikit memiliki hubungan dingin.
vian menghela nafas pelan dan menjawab dengan tenang seolah kepribadian yang baru tertanam di tubuh barunya
"mungkin iya"
selena menyeringai menyoraki kemenangan nya, dan vera yang semakin dingin menatap vian yang sudah menutup matanya,dan memandang tajam ke arah Selana yang memiliki raut puas.
"apa yang menyenangkan dari hidup miskin dan hidup di pinggiran kota vian" tampaknya selena dan reinhard adalah pasangan hidup semati liahtlah sekarang mereka seolah olah membuat vian mengungkapkan perasaan nya dan membuat belenggu rantai di kakinya.
vian menatap paman nya dengan tenang seolah tak terganggu dengan tatapan seluruh keluarganya yang menatap dirinya.
"lebih menyenangkan daripada di sini"
mungkin hanya jawaban ringan namun sangat membuat hidup vian berubah, sangat berubah entah berapa derajat yang pasti vian benar benar di pasang dengan rantai yang membelenggu nya Samapai akhir hayatnya.
'aku benci di kekang kalian tau kan'
hai bisa tolong vote?.
vote sangat berarti buat penulis kecil kaya aku dan toling jangan jadi gosth reader ya ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Obsession
Teen Fictionbercerita tentang vian Zeovin, putra bungsu teracuhkan dari keluarga Zeovin, dan seperti keterangan tersebut, vian selalu berusaha mencari perhatian keluarganya dan mungkin karena dirinya yang lahir dengan harapan sebagai perempuan tidak di anggap k...