Chapter 2 [Bab 1; Cantik]

329 34 2
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

Nggak biasanya lucas punya saat lowong sepanjang hari seperti ini.

Makanya, mumpung ada kesempatan langka kayak gini Lucas langsung menyeret crush candy love-love yang jetek plus cantiknya kebangetan buat jalan bareng dia. Mulai dari nyalon, makan, balapan, dan nonton film horor yang baru. Kini dia duduk lemas dengan kaki lecet di salah satu sudut starbucks di mall itu.

Lucas seperti biasa di berbagai hati mengesankan minuman buat crush candy love-lovenya-Vallen. "Cappuccino cincau hitam kan?"
"Ck! Kagak, gue pesen kopi susu!" Balas vallen dengan ketus.

Lukas menatapnya dengan alis terangkat sebelah sebelum akhirnya menjawab, "Siap kanjeng raja." seperempat dia membalas iklas walau tiga perempat nya nyindir.

Selama Lucas pergi Vallen menghabiskan waktu sambil WhatsApp-an dengan seseorang, sekali terkekeh kecil karena reply-an orang itu yang aduh sumpah lucu banget menurutnya.

Sedangkan Lucas yang mengawasi vallen dari jauh wajah masam, dia kembali dengan 2 minuman dingin di tangan sedangkan orang yang dia tatap dengan jutek terlalu sibuk ketawa.

Saking fokusnya Vallen, dia terlambat menyadari ada se bentuk kepala menyembur dari balik bahu sebelah kanannya dan dengan terang-terangan mengintip dengan siapa Vallen chatingan sejak tadi.

[Sandra pengkolan]

⟨Emang lu gak tahu nama orang cina itu?⟩

⟨Ya kagaklah!⟩

⟨Chang Chut⟩

⟨Anjink, si goblok gue pikir bener⟩
⟨Tai lah, gue bengek wkwkwkw⟩

Lucas mendesis kesal, frontal sekali orang bernama Sandra di kontak Vallen itu. Sejak nuker emas jadi duit, si Vallen nggak jadi-jadi mau ngomong hal penting apa sampai bikin lukas malah ngajak to bocah buat hangout.

Giliran dia inget, waktunya pas, tempatnya sepi, suasana mendukung, ehh bocahnya malah enak-enakan chatting sama cowok lain. Kesel Lucas tuh kesel! Gak peka banget sih jadi uke!

"Vallen!" Lukas pura-pura marah, "Gue udah siap denger cerita elo anjir, malah abai! Gue udah ngomong berkali-kali kalo elu bareng gue berarti elu cuma boleh fokus sama gue!!"

"Y-y-yaa maap, kan Vallen udah lama gak main handphone!"

"Ye miip, Ken Pallen idih limi gik miin hindpin." Lucas meniru, "Oke, now stop. Kita langsung ke inti, elo di usir?"

"Iya plus enggak."

"Hah?"

"Vallen enggak di usir Lucaas, bukan enggak Deng. Belum."

Lucas selalu meletakkan kedua minuman itu di atas meja, sebenarnya Lucas ingin bertanya lebih lanjut soal cowok bernama Sandra tapi dia memilih untuk menahan diri. Karena emang mereka-Lucas dan Vallen cuma sahabatan alias sobat deket pakai-banget, dia nggak bakalan maksa Vallen buat cerita kecuali vallen sendiri yang mau cerita.

Fallen meliriknya dari balik ponsel, "tumben gak nanya aku chatting-an sama siapa?"

"Ada hal lain yang lebih penting pall."

Vallen menatap Lucas untuk beberapa saat, sepertinya sedang menimbang nimbang sesuatu. "Gue ... Bakalan jadi Abang. Ortu gue udah cuek bebek sama gue, and mereka bilang kalo gue cuma beban hidup mereka. Jadi gue gak punya rumah lagi selain elo."

Lucas tersenyum lebar, oh, senangnya dalam hati! denger kalau Vallen jadiin dia rumah. Tapi sedih juga pas tahu si vallen bakalan jadi abang dan dicuekin sama orang tuanya.

Ketika kancing atas kemeja itu terlepas seluruhnya tak ada lagi yang disembunyikan di antara kemeja itu. Pandangan mata Lucas menelusuri setiap jengkal dada porselen tubuh Vallen. Bahu yang bidang dan leher kokoh dengan se bentuk kalung perak berantai tipis mengelilingi dan liontin sebagai pemberat kalung.

Gak biasanya dia bereaksi seperti ini pada tubuh cowok, mungkin karena Lucas mengagumi sekaligus cinta mati dengan sosok dihadapannya itu.

Lucas sedikit kecewa karena se jurus kemudian Vallen mengencangkan kembali kemeja miliknya, hilang sudah pemandangan kulit cantik sebening giok yang menakjubkan barusan.

"Elo ... Gak sange liat leher gue, kan?" Lucas tersentak kaget karena pertanyaan yang dilontarkan Vallen secara blak-blakan.

"Tumben, why do you care?" Tanya lukas dengan mata menyempit curiga, apakah crush candy love love nya mulai suka sama dia?

"Soalnya Vallen liat di Twitder kalau temen cowoknya yang suka sama dia ngaceng cuma karena liat leher dia (orang yang memvideokan) terus tiba-tiba dia di ewe gitu."

Lucas ketawa, dia menelan bulat-bulat perasaan tersinggung nya dan berusaha terlihat cool hadapan Vallen walaupun tawanya sudah seperti genderuwo keselek seblak.

Saat ini si nakal-Lucas dan si judes-Vallen berpandangan dan sedetik kemudian angkat bahu nggak ngerti reaksi tubuh Lucas pada Vallen yang dari hari ke hari semakin membingungkan. "Apa gue keliatan sangean?"

"Iya," Vallen membalas seadanya dengan tangan kiri yang mulai mengambil gelas kopi pesanan miliknya.

"Masa? Perasaan gue udah so cool pake banget," Lucas bertanya, dan pandangannya turun kebawah-Lucas junior enggak tegak. Tetapi kalau diliatin terus plus bahas yang kek gini pasti lama-lama bakalan tegak kayak tiang listrik.

"Gue gak mau ada cinta kayak begitu, Luca."

"Tahu. Gue tahu itu lebih dari apapun, and bodo amat. Gue gak mau egois cuma karena elo orang pertama yang gue suka dalam sudut pandang kek gini, cinta pertama enggak selalu berhasil."

Vallen tersenyum puas, "Maapin Vallen, ya? Karena buat Lucas sakit."

"It's oke, btw elo Udah janji bakalan hidup bareng gue kannn??"

"E-e-eh? Perasaan palen gak ngomong begiituu~?"

Bungsu Keluarga Kaya || RegresiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang