Hai, selamat membaca.....
Tandai kalau ada typo ya
<><><><><>
Reva memeluk Azhar erat, menumpahkan tangisnya di dada lelaki yang selalu menjadi garda terdepan untuknya.
Hingga hujan mulai turun dan membasahi dua insan itu.
"Mau hujan-hujanan?" Tanya Azhar karena ia tau, Reva sangat menyukai hujan.
"Sambil keliling kota ya," jawab Reva
Lalu, Azhar kembali melajukan motornya.
Mereka mengelilingi kota di bawah derasnya guyuran hujan.
"Nginep di rumah abang lagi ya," ajak Azhar sedikit berteriak
"Gak mau, aku tidur di rumah aja," tolak Reva
Setelah 1 jam puas mengelilingi kota, Azhar menghentikan motornya di depan rumah Reva.
"Mandi, bawa barang-barang buat sekolah besok, abang tunggu diluar," ucap Azhar membuat Reva mengerutkan keningnya.
"Kenapa harus bawa barang?" Bingung Reva
"Seminggu kamu tinggal di rumah abang ya, sampai Rangga pulang," ucap Azhar
"Aku disini aja, gapapa kok," balas Reva
"Nginep di rumah abang, titik gak pake koma!" Tekan Azhar
Reva menghela napas pasrah, ia masuk ke rumah, lalu kembali menghampiri Azhar seraya melemparkan handuk pada pria itu.
"Abang mandi disini aja, biar gak masuk angin. Nanti aku pinjemin baju punya bang Rangga," ucap Reva lalu meninggalkan Azhar begitu saja
<><><><><>
Keluarga Azhar dibuat kebingungan dengan kehadiran Reva yang membawa tas besar.
"Reva nginep disini seminggu sampai keluarganya pulang dari Singapura." Izin Azhar
"Oke," balas Amira yang langsung menggandeng Reva ke kamarnya
"Minimal halalin dulu, baru bawa anak orang," sarkas Ashraf yang langsung masuk ke kamarnya
Azhar menghela napas pelan. Jika ia sudah lulus, mungkin ia juga ingin secepatnya menikahi gadis itu. Apalagi melihat pergaulan Reva sekarang, membuat Azhar ingin cepat-cepat menghalalkannya.
<><><><><>
Reva memasuki kelas dengan perasaan tak karuan. Ia melihat Indra yang sedang duduk di kursi miliknya.
"Hai sayang," sapa Indra yang langsung memeluk Reva
Reva tak membalas pelukan Indra, membuat lelaki itu melepaskan pelukannya dan menatap Reva heran.
"Va, kamu gak beneran putus sama Indra gara-gara si kakel itu kan?" Tanya Claudia mengingat ucapan Azhar semalam
"Nya engga atuh, kita mah masih tetap pacaran," jawab Indra seraya merangkul bahu Reva
"Nanti malem mau ikut minum? Kan kemarin gak jadi," ajak Claudia
"Mending ke kafe aja gak sih? Bosen club mulu," saran Reva
"Geus tobat ayeuna mah?" Tanya Sintya
"Bukan gitu. Tapi, apa salahnya ke kafe? Lagian gak baik juga kan terlalu sering minum miras," jawab Reva
"Oke, kita ikutin keinginan Reva hari ini," sahut Indra
<><><><><>
Saat pulang sekolah, Reva melewati parkiran. Ia bernapas lega ketika motor milik Azhar sudah tidak ada disana. Itu artinya, ia bisa main dulu bersama teman-temannya sekarang.
"Ke kafe sekarang yuk," ajak Indra
"Bukannya nanti malem?" Tanya Reva
"Nanti malem ada balapan, jadi sekarang aja ke kafe nya. Mau ya?" Mohon Indra yang diangguki Reva
Kemudian, mereka langsung menuju kafe yang tak jauh dari sekolah.
Ketika teman-temannya sedang berbincang, Reva sesekali memeriksa ponselnya. Ia bingung karena tidak ada satu pun pesan dari Azhar
"Tumben gak nyariin?" Batin Reva
"Nunggu chat dari siapa sih?" Tanya Claudia membuat semua perhatian tertuju pada Reva
"Eh enggak, cuma liat jam doang," alibi Reva yang langsung mematikan ponselnya
"Kamu gak selingkuh kan, yang?" Tanya Indra seraya merangkul pundak Reva
"Enggak," lirih Reva
Karena terlalu asik mengobrol, hingga tak terasa waktu sudah larut malam. Lalu, apa mereka langsung pulang? Tentu tidak, karena mereka akan melanjutkan ke tempat balapan motor.
Reva dan teman-teman perempuannya berdiri menyaksikan para lelaki yang sedang balapan motor. Namun, entah kenapa hati Reva tiba-tiba saja gelisah. Ia membuka ponselnya, dan ia merasakan ada yang janggal.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Reva selalu bolak-balik mengecek ponselnya, tapi belum juga mendapat notifikasi pesan atau telepon dari Azhar. Biasanya lelaki itu akan spam chat atau menelepon terus menerus jika Reva tidak mengangkatnya, bahkan Azhar akan menjemput Reva dan memaksanya pulang. Namun kini? Reva tidak mendapat notif apapun dari Azhar.
"Liat hp mulu, nunggu chat ti saha sih?" Tanya Sintya
"Enggak, cuma liat jam doang," jawab Reva
"Eh, udah malem, kayaknya aku pulang duluan deh," izin Reva
"Gak nungguin Indra? Dia masih balapan tuh," ucap Claudia
"Engga deh, aku pulang sekarang ya," pamit Reva yang langsung meninggalkan area balapan.
Reva mencoba menelepon Azhar, namun ponsel lelaki itu tidak aktif.
"Bang Azhar kemana sih? Tumben banget susah dihubungin gini," gerutu Reva
Akhirnya Reva memesan ojek online untuk pulang ke rumahnya, bukan rumah Azhar. Karena sudah larut malam juga, jadi tidak mungkin ia pulang kesana.
<><><><><>
Reva meraba kasurnya untuk mencari ponsel. Lalu, ia melihat jam di layar ponselnya itu, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi, sedangkan ia belum melaksanakan sholat subuh.
Akhirnya dengan terburu-buru, Reva langsung mengambil wudhu dan sholat. Ya, walaupun terlambat, tapi lebih baik daripada tidak sholat, kan?
Selesai sholat, Reva langsung mandi dan bersiap untuk sekolah.
Lalu, Reva ke dapur untuk memasak sarapan. Dan sesekali ia membuka ponsel hanya untuk melihat apakah Azhar mengirim pesan atau tidak
"Tumben banget gak ada chat dari bang Azhar," monolog Reva saat memeriksa ponselnya.
Setelah sarapan, Reva hendak memesan ojek online. Namun, ia urungkan karena Reva ingin meminta Azhar untuk menjemputnya.
Reva mencoba menelepon Azhar, dan akhirnya lelaki itu menjawab.
"Abang, bisa jemput aku kayak biasa, kan?" Tanya Reva saat Azhar sudah mengangkat teleponnya
"Na, bunda meninggal," jawab Azhar
<><><><><>
Kalau udah baca Istana Alhambra pasti tau kenapa bundanya Azhar meninggal.
Yang baca chapter sebelumnya lumayan banyak, tapi yang vote dikit banget, emang sesusah itu ya buat vote? Padahal kan tinggal tekan bintang di pojok kiri bawah aja.
Tapi gapapa, liat ada yang baca cerita aku aja udah senang, apalagi kalau vote juga, pasti makin senang.
Ok deh, sampai jumpa di chapter selanjutnya
Bandung, 5 Oktober 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain and Fire
Teen FictionReva Alzena Bahira, seorang wanita yang menyukai hujan dan dunia malam. Setiap kali dirinya memiliki masalah, ia harap hujan turun agar ia bisa menangis dibawah guyuran air hujan, namun jika hujan tak turun, ia akan mendatangi club malam hanya untuk...