• Bab 6.5 : "Jarak"

10 4 0
                                    

Selama kurang lebih 3 menit Jefri dan Lizia saling bungkam,tiada satupun dari mereka yang ingin berbicara dengan satu sama lain

Hingga genggaman Jefri pada kaki Lizia mulai lemah,, sehingga Lizia bisa pergi dari sana

Setelah genggaman Jefri benar benar sudah lepas lizia segera berjalan pergi dari sana, meninggalkan Jefri yang terdiam sambil terus melihat ke bawah

Lizia tak tega,namun ini untuk kebaikan dirinya dan Jefri itu sendiri.

___________
Sesampainya Lizia di rumahnya..

Lizia berjalan ke rumahnya dengan sempoyongan untungnya ibunya tak ada di rumah,Lizia segera berjalan ke kamar mandi

Di kamar mandi lizia terus memikirkan perkataan kejamnya itu pada Jefri, apakah Jefri sakit hati dengan pertanyaan nya? apakah Jefri sedih sekarang?semua pertanyaan itu terlintas di pikirannya

Ia tak pernah merasa se emosional ini, biasanya saat ia sedih,tak lama ia akan segera move on,namun kali ini, rasanya cukup berat

Setelah Lizia mandi ia berjalan ke kamarnya dan berbaring di kasurnya yang empuk,Lizia mengambil handphone dari sakunya dan terlihat di layar hp nya ada notifikasi pesan dari seseorang

Di notifikasi itu tertulis nama "Mamang Jefri" tertulis "Zia,"

Satu pesan singkat yang anehnya belum dilanjutkan, namun karena Lizia mengingat perkataan kejamnya di sekolah tadi,ia mengurungkan niatnya untuk membalas pesan singkat itu

Pikiran Lizia saat ini diisi oleh Jefri,namun Lizia mencoba melupakan hal itu, seperti perkataan Nina

Lizia juga penasaran mengapa Nina sampai tega melakukan hal keji seperti ini padanya, apakah Nina secinta itu dengan Jefri?ataukah mereka berdua mempunyai hubungan yang lebih spesial dari yang ia duga?

Entahlah,tiada yang tahu,yang jelas, Lizia tak mau menjauhi ataupun dijauhi oleh Jefri, mereka sudah berteman cukup lama, mengapa tiba-tiba mereka harus menjauhi satu sama lain?

"Ini membuatku gila.." batin Lizia sambil ia mengacak-acak rambutnya

________
Di sisi lain..

Jefri terduduk,ia masih berada di sekolah, memikirkan reka ulang kejadian yang membuat hatinya tersayang itu

Walaupun gurunya yang sedang menjelaskan materi tentang ekskul nya itu,Jefri tetap memikirkan hal yang sama, berulang kali.

Ia masih tak tahu siapa dan mengapa Lizia meminta hal aneh seperti itu,Lizia tak pernah seperti itu,ini baru pertama kalinya mereka bertengkar cukup keras, biasanya mereka akan langsung meminta maaf pada satu sama lain

Namun..kali ini berbeda..

"Zia gak pernah kayak gitu,Zia bukan orang yang kayak gitu.." batin Jefri,ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa lizia bukanlah tipe orang yang akan mengatakan hal kejam seperti itu

Jefri terus melamun, hingga teman di sebelahnya,Ivan, menepuk pundaknya,

"Eh,Jef,Lo daritadi ngelamun Mulu,Lo gapapa?"bisik Ivan dengan pelan

Sedaritadi Jefri melamun,bahkan,saat Ivan terus melihat nya,Jefri masih melamun, membuat Ivan menjadi sedikit cemas

"Gak,gua.. gapapa.."jawab Jefri dengan nada pelan

Walaupun tak yakin dengan perkataan Jefri itu,Ivan mencoba memercayainya,ia cemas karena sahabatnya itu terus menerus melamun, seolah pikirannya telah terpenuhi oleh sesuatu

"Bro..Lo kalau ada masalah cerita aja ke gua,oke?"bisik Ivan

Jefri hanya mengangguk,namun ia masih melanjutkan melamun

______________
Seusai ekskul...

Jefri pulang dengan berjalan kaki karena rumahnya tak terlalu jauh dari sana,saat ia sedang berada dalam pikirannya sendiri, seseorang menepuk punggungnya dari belakang,itu adalah Ivan,bersama dengan Satria dan Seno

"Woyy, sendirian aja Lo,jangan ninggalin kita dong!"ucap Ivan sambil mencubit pipi Jefri

"Iya ih! jahat banget ninggalin kita!"lanjut Satria

"Gua liat liat,lu daritadi nge galau Mulu,Jef?"lanjut ivan

"Hah??? seorang Jefri menggalau??wanita mana yang menyakiti mu Jef.."jawab Seno sambil mengacak-acak rambut Jefri dengan tawa

"Hiishhh!diam Lo,van!Cepu amat jadi anak!"
Teriak Jefri sambil menjewer telinga Ivan

Mereka bertiga pun pulang bersama dengan penuh tawa, walaupun Jefri tengah bersedih,namun, dengan adanya keberadaan sahabat dan teman-temannya,Jefri tak perlu sepenuhnya bersedih, karena ia mempunyai seseorang yang menemaninya dalam kesedihan...

"Berawal Dari Sekedar Teman."Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang