7- Ketika Cinta Hadir di Tengah Tanggung Jawab

51 1 0
                                    


SMA Harapan Bangsa selalu dikenal sebagai sekolah yang disiplin dan penuh prestasi. Di dalamnya, ada seorang siswi yang tak pernah luput dari sorotan, yaitu Freen, sang ketua OSIS. Semua murid mengaguminya karena kepemimpinannya yang tegas dan kemampuannya menyelesaikan setiap masalah yang ada di sekolah. Freen adalah tipe orang yang selalu memikirkan segalanya dengan matang sebelum bertindak, membuat banyak orang terkadang takut mendekatinya. Namun di balik ketegasannya, ada sisi lembut yang hanya beberapa orang tahu.

Di sisi lain, ada Becky, asisten ketua OSIS yang lebih ceria dan santai. Dia orang yang mudah bergaul dan sering menjadi penghubung antara Freen dengan para anggota OSIS lainnya. Meskipun peran Becky terlihat lebih ringan dibandingkan Freen, dia selalu siap membantu dan memastikan segala sesuatu berjalan lancar.

Semuanya berjalan biasa hingga persiapan untuk acara tahunan sekolah dimulai. Freen yang biasanya tenang dan teratur, kali ini tampak lebih stres dari biasanya. Deadline yang mendekat, masalah anggaran, serta berbagai persiapan yang belum rampung membuat Freen terlihat kelelahan. Becky, yang melihat perubahan pada Freen, tidak bisa tinggal diam.

“Freen, kamu kelihatan capek. Ada yang bisa aku bantu?” tanya Becky suatu hari di ruang OSIS.

Freen menghela napas panjang sebelum menatap Becky. “Aku merasa semua ini terlalu banyak untuk ditangani sendiri. Tapi aku juga nggak mau ngerepotin orang lain.”

“Repot apa sih? Kita kan tim. Kalau ada yang bisa aku bantu, bilang aja,” Becky tersenyum lembut, berusaha memberikan sedikit ketenangan pada Freen.

Freen terdiam sejenak. Meskipun dia jarang menunjukkan emosinya, ada sesuatu pada Becky yang selalu berhasil membuatnya merasa nyaman. Mungkin itu sebabnya dia selalu menghargai kehadiran Becky di sisinya.

Hari demi hari, Becky terus membantu Freen dengan semua tugas OSIS. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di ruang OSIS hingga larut malam, mengurus berbagai hal yang tak kunjung selesai. Perlahan, kehadiran Becky menjadi sesuatu yang Freen nantikan. Bukan hanya karena bantuannya, tapi karena Becky selalu bisa membuat suasana jadi lebih ringan. Senyum Becky selalu membuat beban di pundak Freen terasa berkurang.

Suatu malam, ketika mereka berdua tengah mengerjakan proposal untuk acara tahunan, Freen tiba-tiba berhenti mengetik dan menatap Becky. “Kenapa kamu selalu ada buat aku, Becky?”

Becky tersentak mendengar pertanyaan itu. Dia tidak pernah menyangka Freen akan menanyakan hal seperti itu. “Karena kamu butuh bantuan? Lagipula, kita kan tim, Freen,” jawab Becky sambil tersenyum.

“Tapi kamu selalu lebih dari sekadar tim. Aku merasa... aku bisa mengandalkan kamu, bukan hanya sebagai asisten, tapi sebagai seseorang yang selalu ada untukku,” Freen berkata dengan nada yang lebih lembut dari biasanya.

Becky terdiam. Hatinya berdebar mendengar kata-kata itu. Selama ini, dia memang selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Freen. Mereka bukan sekadar teman kerja, tapi ada ikatan yang lebih dalam yang sulit dijelaskan. Tanpa sadar, Becky mulai merasakan perasaan yang lebih dari sekadar kekaguman pada Freen.

“Freen... aku juga ngerasa gitu. Aku suka ada di dekat kamu, bukan cuma karena tanggung jawab. Tapi karena... aku suka kamu,” kata Becky perlahan, berusaha mengendalikan rasa gugupnya.

Mata Freen membulat mendengar pengakuan Becky. Ini pertama kalinya dia mendengar seseorang berbicara seperti itu padanya, dan jujur, hatinya tersentuh. “Aku juga suka kamu, Becky. Mungkin aku terlalu sibuk dengan tanggung jawab sampai aku nggak sadar kalau perasaan ini udah lama ada.”

Becky tersenyum. “Jadi, kita sekarang apa?”

Freen tersenyum tipis, lalu tanpa ragu mengulurkan tangan untuk meraih tangan Becky. “Mungkin kita bisa mulai dengan menjadi lebih dari sekadar ketua dan asisten.”

Sejak saat itu, hubungan Freen dan Becky berubah. Mereka tetap menjalankan tanggung jawab masing-masing sebagai ketua dan asisten OSIS, tapi ada kehangatan baru di antara mereka. Meskipun di mata para siswa mereka tetap profesional, di balik semua itu, mereka saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dengan cara yang lebih intim.

Pada hari puncak acara tahunan, ketika semua persiapan akhirnya selesai dan acara berjalan lancar, Freen dan Becky berdiri di belakang panggung, menikmati momen kemenangan mereka. “Kita berhasil,” kata Freen sambil tersenyum bangga.

“Tentu saja. Kita selalu bisa kalau bersama,” balas Becky dengan mata berbinar.

Freen menatap Becky dalam-dalam sebelum berkata, “Aku nggak tahu apa jadinya kalau kamu nggak ada di sini, Becky.”

“Kamu bakal tetap sukses, Freen. Tapi aku lebih suka kalau kita terus bersama, seperti sekarang,” Becky menjawab sambil menggenggam tangan Freen dengan erat.

Freen mengangguk. “Dan aku juga lebih suka begitu.”

Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, Freen dan Becky memulai babak baru dalam hubungan mereka. Mereka tahu bahwa jalan ke depan mungkin tidak selalu mulus, tapi selama mereka bersama, tidak ada yang tidak bisa mereka lalui. Di tengah segala tanggung jawab dan tekanan, cinta mereka tumbuh, menguatkan satu sama lain.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hi, terima kasih sudah membaca cerita ini.

Jangan lupa vote dan komen agar aku lebih semangat nulis ceritanya!

Nantikan cerita selanjutnya.

See you next time, bye byee !!

short story - freen beckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang