Daging

8 1 4
                                    

Puisi pada hari Rabu, 31 Januari 2024

Engkau sangat lezat
Warnamu adalah merah
Bau mu menggoda selera
Bagi siapa yang lapar

Butuh usaha untuk mendapatkan mu
Dengan sebilah pisau
Terpotong urat demi urat
Mengalir cairan merah hangat

Engkau dipotong begitu pula tulang
Kadang bersama kadang terpisah
Dipotong dengan ukuran kecil
Agar mudah dicerna

Bawang telah dicincang
Bumbu siap ditambahkan
Engkau yang dipotong dimasukkan juga
Ke dalam panci sup besar

Note: puisi ini ku buat disaat aku sedang mengalami fase yang sangat rendah. Aku membuat puisi ini di buku harian lama ku.

Penjelasan

Puisi ini adalah luapan emosi kebencian yang sudah lama bertengger di hatiku hingga berkarat. Waktu itu aku sangat terobsesi dengan daging merah dan mentah, daging ayam, dan  semua jenis daging. Aku terobsesi dengan tekstur, bau, dan rasanya. Saking terobsesinya, setiap kali ibuku akan membersihkan daging untuk dimasak, aku yang akan menawarkan diriku untuk membersihkan dagingnya segera. Aku benar-benar merasakan dan meresapi setiap sentuhan kulitku dengan daging-daging tersebut. Meluapkan dan melampiaskan emosi ketika membersihkannya dan memakannya.

Hal gila ini berawal dari pengalaman buruk ku di masa lalu. Pengalaman ketika aku dirundung habis-habisan oleh seorang anak berandal di sekolah ku. Waktu itu aku masih berusia 6 tahun. Dia terus melakukan perundungan terhadap ku selama 3 tahun lebih sebelum dia dikeluarkan dari sekolah. Dia juga pernah melecehkan ku. Aku benar-benar jijik, sangat jijik dengannya. Aku tidak bisa membalasnya waktu itu. Aku terlalu lemah. Dia seorang lelaki sedangkan aku perempuan. Aku selalu memendam rasa benci didalam hatiku. Dan sejak saat itu, aku membenci semua laki-laki, tidak terkecuali ayahku sendiri.

Karena ku tidak sanggup membalas, aku melakukan cara lain agar diriku tenang. Aku membayangkan setiap daging yang ku makan adalah daging orang bejat itu. Aku membayangkan betapa sakit dirinya ketika aku memotong-motong daging di mulutku. Aku mengunyahnya dengan pelan dan cermat. Ini tidak cukup. Sangat tidak cukup. Aku melihat ibuku sedang membersihkan daging. Aku melihat daging itu. Dibersihkan dari darah, dipotong, dipisahkan dari organ dalam, dan digoreng. Betapa berharapnya aku agar daging itu adalah orang yang merundungku. Semenjak itulah ini semua terjadi. Semenjak itu aku terobsesi dengan daging. Semenjak itu jika aku makan daging, aku akan melahapnya dengan penuh semangat, hampir terlihat seperti orang rakus. Aku benar-benar puas membayangkan adegan yang lalu lalang di kepalaku. Semua ini terjadi dalam waktu yang lama.

Alhamdulillah, keadaan mentalku lebih baik sekarang. Aku tidak terlalu lagi terobsesi dengan daging. Aku sudah mulai berdamai dengan kenyataan dan masa lalu. Biarkan saja orang itu hanyut tenggelam dalam dosanya, sementara aku berusaha memperbaiki diri. Aku berusaha mencintai diri sendiri, berusaha untuk menjadi teman yang baik bagi orang lain, dan berusaha menjadi versi terbaik dari diriku. Inilah pembalasan paling sempurna dan terbaik terhadap orang yang merendahkan mu.

Dunia PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang