Bab 4

175 36 8
                                    

Long time no see, guys. Sorry baru update:') bab ini dirombak total dari versi one shoot nya.

*Abaikan stempel waktu di fake chat nya, ya!

Enjoy!






"makasih udah anterin gue, Rene." Jennie berucap lirih. Keduanya sudah sampai di depan rumah Jennie.

Sesaat masuk mobil tadi, Jennie sudah tak bisa menahan air matanya, Irene terus mengelusi bahu Jennie sembari menyetir tanpa mengatakan apapun. Sepanjang perjalanan itu hanya diisi keheningan dan sesekali isakan kecil dari Jennie.

Irene menatap khawatir pada Jennie lalu membawa sahabatnya itu ke pelukan. "iya, sama sama. Kayak sama siapa aja." Irene lalu melerai pelukannya dan memperhatikan wajah sahabatnya.

"Jelek banget lo anjir," ucap Irene mendorong Jennie main main. Jennie terkekeh menampar lengan Irene.

"Bangke lo!" Balasnya dengan suara serak.

"Beneran, jelek banget! Coba ngaca dah nih," Irene mengarahkan cermin pada Jennie.

Jennie melihat pantulan wajahnya di cermin, keadaan wajahnya benar benar kacau. "Ih? Beneran jelek dong muka gue. Kantung mata gue gede banget, help..."

Irene tersenyum tipis, menepuk nepuk pucuk kepala Jennie. "Makanya jangan nangis lagi, ntar makin jelek."

"Padahal gue cuma nangis bentar, kok kantung mata gue segede ini sih?" Jennie menyentuh sekitaran matanya.

Irene memutar matanya. "Lo dari masuk mobil aja udah nangis, bayi. Belum lagi pas dijalan, sampe sini baru lo berhenti nangis. Gimana gak bengkak tuh mata? Nih ya, kalo lo lanjut nangis part dua dirumah, ck ck ck. Jadi balon udara nih kantung mata, hiihh." ujar Irene menakuti Jennie.

Jennie tertawa serak, sekali lagi menampar bahu Irene main main. Sahabatnya satu ini memang punya cara tersendiri untuk menghiburnya. Lain hal lagi jika Rosie, gadis pirang itu pasti akan menghiburnya dengan kata kata penyemangat dengan nada bicara penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Bacot ah nyai. Dikira gue anak kecil bisa dikibulin!"

Irene tertawa mengejek. "Lo emang bukan anak kecil, lo mah bayi bajang."

"Lo tuh, ratu iblis!"

Irene tertawa gelak. "oh jelas dong gue ratunya," katanya mengibaskan rambut.

"Terus Rosie apa?"

"Dia malaikat salah circle." Seketika tawa Jennie pun pecah.

"Nah, gini kan enak diliat." Irene mengacak ngacak rambut Jennie usil. Setidaknya ia bisa mengalihkan Jennie dari kesedihannya meski sebentar.

"Dah ah, gue mau pulang. Mau nangis part dua!"

"Heh!"

Jennie hanya tertawa lalu membuka pintu mobil dan menutupnya lagi, melambaikan tangannya pada Irene yang kini memalingkan mobil di halaman besar rumahnya.

Sebelum benar benar pergi, Irene membuka kaca mobilnya untuk berbicara pada Jennie.

"Om sama tante lagi gak ada, kan? lo jangan macem macem ya? Awas aja!" Peringat Irene. Jennie tau apa maksud Irene, baru saja ia terpikir ingin melakukan hal itu dan Irene yang seolah bisa membaca pikirannya lekas memperingati nya.

Jennie memutar matanya. "Iya, iya. Enggak. Sana lo pulang, kasian Rosie sama Deb kelamaan ditinggalin," ujarnya sembari mengibas-ngibaskan tangannya mengusir Irene.

"Tau gitu gue turunin dijalan aja tadi ni anak!" Gerutu Irene. Ia membunyikan klakson mobilnya beberapa kali untuk membuat Jennie kesal lalu menjalankan mobilnya dengan tawa puas karena berhasil membuat Jennie berteriak kesal. 

Sweet Like Fruit Ice [JenLisa Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang