CHAPTER 46

605 16 4
                                    

Jika seorang anak disebut durhaka karena tidak mau menuruti perintah orang tua.

Lantas disebut apa orang tua yang selalu memaksakan kehendak tanpa memikirkan mental seorang anak?

-Azzalea Syafa Lorenza

°°°

Tatapan matanya begitu kosong sambil memandang lurus kedepan. Dengan langkah kaki yang semakin tertatih dan air mata yang terus tumpah membasahi kedua pipinya. Sambil menggeret kooper miliknya, Lea terus menelusuri jalan raya seakan tanpa tujuan.

Di tengah perjalanan. Kedua bola matanya langsung mengernyit karena silau akan cahaya lampu mobil yang tiba tiba berhenti di depannya. "Deren?"

Deren langsung turun dari mobilnya dan bergegas menghampiri Lea. "Pulang yuk! Nggak baik perempuan sendirian keluar malem malem."

"Gue nggak mau kerumah itu lagi."

"Aku mau nganterin kamu pulang rumah orang tua kamu. Bukan ke tempat Bilal."

"Apalagi kesana. Gue lebih nggak mau."

"Lea!"

Walaupun dengan langkah yang sangat berat. Lea akhirnya menuruti kemauan Deren. Siapa tahu dengan pulang ke rumah orang tuanya pikirannya bisa menjadi sedikit lebih tenang.

Sesampainya di rumah. Lea dan Deren langsung berjalan masuk ke dalam rumah karena pintu rumahnya tidak terkunci.

Kedua bola mata Mama Lenka langsung membulat sempurna sambil mencari cari objek yang belum ia temui. Dadanya langsung tersesak diikuti seribu pertanyaan yang langsung berkeliaran di pikirannya. "Le-lea? Bilal mana?"

Sedangkan Papa Afzhal yang duduk di kursi sofa hanya menoleh sedikit lalu kembali fokus dengan layar handphone nya.

Lea hanya terdiam tanpa menjawab sepatah katapun.
Matanya hanya menunduk kelantai karena tidak berani menatap.

"Ka-kamu berantem sama Bilal?" Tanya Mama Lenka.

"Udah saya bilang kalau anak itu cuma bisa bikin sial. Sama orang tua aja ngelawan apalagi sama suaminya." Sindir Papa Afzhal sambil tetap fokus dengan layar handphone nya.

Deren langsung menatap tajam dan berusaha membela Lea. Tapi niatnya langsung terhenti karena melihat tangan Lea yang sudah menyeka dirinya.

"Lea? Jawab Mama jangan diam aja?" Bentak Mama Lenka sambil menatap tajam.

Lea tetap tidak menjawab sepatah katapun. Kepalanya tetap tertunduk kelantai seolah tidak memperdulikan.

Mama Lenka langsung menarik nafas panjangnya sambil menatap tajam wajah Lea. "Astaghfirullah hal azim, Lea. Harus berapa kali Mama bilang sama kamu. Jangan bikin ulah, nak. Coba sekali aja kamu dengerin omongan Mama."

"Apalagi yang mau kamu cari. Kamu itu beruntung bisa menikah dengan Bilal. Dia itu laki laki yang baik, laki laki yang sholeh. Banyak perempuan di luar sana yang iri dan pengen berada di posisi kamu." Lanjut Mama Lenka.

Lea langsung berdiri tegap sambil menatap tajam Mama Lenka. "Iya. Bilal laki laki yang baik, laki laki yang sholeh. Karena terlalu sholehnya sampai sampai menantu kesayangan Mama itu selingkuh di belakang Lea."

"Cukup, Lea. Jangan asal bicara. Bilal nggak mungkin kayak gitu. Yang ada mungkin kamu yang udah selingkuh dari Bilal." Jawab Mama Lenka.

"Tapi, itu kenyataan nya, Ma. Menantu kesayangan Mama itu udah selingkuh di belakang Lea sampai selingkuhan nya itu hamil." Lanjut Lea.

Lentara Untuk Zaujaty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang