Epilog

39 1 4
                                    

Setiap orang punya cinta pertama. Bukan soal siapa yang datang lebih dulu, tapi tentang siapa yang membuatmu merasakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tak pernah kamu duga bisa hadir begitu kuat. Sesuatu yang.... tidak akan pernah bisa dilupakan dan terus menetap di sudut hatimu. 

_____________________________

Arka berlari menyusuri jalan setapak, langkahnya cepat dan penuh semangat. Dia terburu-buru sambil memasang jaket varsity-nya. Tapi wajahnya datar, terlihat dingin di luar. Padahal ia telah menantikan momen ini, saat bisa bertemu Hana di tempat yang mereka janjikan. Di tepi danau yang tenang, di mana senja melukis langit dengan warna-warna hangat. Jantungnya berdegup kencang, tidak hanya karena lari, tetapi juga karena rasa yang mendalam yang menyelimuti hatinya.

Saat tiba di tepi danau, pandangannya segera menangkap sosok Hana yang duduk di tepi, menghadap ke arah air. Rambut panjangnya tertiup angin sore, dan saat senja mulai menyelimuti dunia, cahaya lembut memantulkan keindahan dalam diri Hana. Setiap detik yang terlewat terasa seperti selamanya, dan Arka merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak saat ia melihatnya. Hanya ada mereka berdua di sana.

Hana menoleh dan melihat Arka, senyumnya merekah dengan kehangatan yang membuat jantungnya bergetar. Dalam tatapan itu, Arka merasakan ketenangan yang lama dia nantikan, seolah semua beban di bahunya menghilang. Hatinya meluap dengan cinta yang tak terkatakan, dan ia tahu, di antara mereka ada sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata.

Hana berdiri, seolah-olah sedang mencuri waktu, bersembunyi dari sesuatu yang tak terjelaskan. Mungkin dari keraguan, atau mungkin dari dunia yang selalu ingin memisahkan mereka. Arka bisa merasakan kepanikan yang tersembunyi di balik senyumnya, dan itu membuatnya ingin melindungi Hana lebih dari segalanya.

"Aku hampir tidak percaya kamu datang," kata Hana, suaranya lembut, seolah-olah tidak ingin suara angin mengganggu momen ini.

Arka mendekat, matanya tidak pernah meninggalkan wajah Hana. "Rasanya masih sama. Sama setiap kali aku melihat kamu. Tidak pernah berubah"

Hana terdiam, lalu tersenyum tulus. Dia pun melangkah, dan duduk di kursi panjang itu. Pandangannya lurus ke depan, sedang Arka tidak memalingkan sedetikpun tatapannya ke Hana. Arka duduk di sebelahnya, mengatur napasnya yang masih memburu.

Waktu terus berjalan, langit semakin membiru jingga. Hana memejamkan matanya sejenak, lalu menarik napas dalam dan menghembuskannya. Dua mata mereka bertemu. Bibir Hana merah muda itu bergetar sedikit, tangannya meremas rok panjangnya. "Liat deh, langit senjanya cantik ya?"

Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati keindahan saat senja semakin mereda. Suara angin berbisik lembut di antara mereka, dan Arka merasa kehadiran Hana adalah segalanya. Begitupula Hana kala itu.

Sunset After SchoolWhere stories live. Discover now