3 - Gimana Bisa Fokus? Arka disebelahku!

6 1 0
                                    

Ibu Wasti, guru bahasa inggris sedang menjelaskan di depan. Sebagian besar siswa tidak mengerti apa yang sedang dijelaskan. Tapi mereka berusaha keras untuk terlihat menyimak, rumor sudah menyebar bahwa Bu Wasti adalah salah satu guru killer di SMA Bintang Nusantara.

Tangan Hana sibuk menggambar kucing. Dia memang pecinta kucing, namun sayangnya ibunya melarang memelihara karena kerap kucing nakal di rumah. Sambil menggambar, mata Hana mencuri-curi pandang ke sebelahnya, Arka. Dia nampak menyimak pelajaran dengan sungguh-sungguh. 

Ada perasaan hangat sampai ke wajah Hana. Jantungnya berdegup kencang. Pikirannya menjadi tidak fokus, senyumnya tak bisa dikendalikan. Dia melihat ke arah Arka tanpa dia sadari bahwa Bu Wasti sedari tadi memperhatikannya.

"You! The one looking out the window. Come on, read this dialogue with me." Bu Wasti menegur Hana. 

"O my God! She'not listening to me. What's her name?"

Bangku Hana terdorong sedikit ke depan, kaki Tirta mendorong bangkunya. "Hana, Miss!"

Hana tersentak, dia berbalik kesal melihat ke Tirta dengan wajah datar tapi tengil. Hana berbalik dan menjawab lancar Bu Wasti. 

"Yes, Miss? I'm sorry. I didn't hear you. What should I do?"

Wajah kesal Bu Wasti berubah menjadi tertarik mendengar Hana yang berbicara dengan pengucapan yang sempurna. "Read this dialogue with me. Page twenty."

""Oh, welcome to the school! How do you like it so far?" Bu Wastu memulai dialog.

Ada perasaan berdesir saat mendengar pertanyaan itu. "It's great! Everyone has been very friendly. I'm still adjusting, though." Dia membacanya.

Semua orang terkagum dengan Hana yang pandai berbahasa inggris. Salah satunya adalah Arka. Dia sedari tadi melihat Hana.

Setelah selesai, tepuk tangan terdengar di kelas. Bu Wasti pun menutup kelas dengan memberikan tugas berkelompok. 

"Bentuk kelompok empat orang ya, dengan yang terdekat saja dari meja kalian. Kumpulkan minggu depan." Pesan terakhirnya setelah itu pergi keluar kelas.

Hana ragu-ragu, bagaimana memulai pembicaraan dengan orang-orang di kelasnya. Dia belum mendapat teman sebenarnya. Dia adalah orang yang canggung kalau memulai percakapan.

Tirta berdiri, dia menuju bangku yang diduduki Erwin yang duduk di depan Hana. Tatapan dinginnya itu cukup membuat Erwin paham lalu pergi, Tirta mengusirnya. Kemudia dia duduk di bangku Erwin, senyum tipis tersinggung di bibirnya.

"Jadi kapan mau kita kerjain, choco chips?" Tirta mensejajarkan wajahnya di hadapan Hana. Tubuhnya membungkuk, karena Hana begitu mungil.

"Hah choco chips?" Hana heran dengan kalimat?

"Kok lo fokusnya ke sana. Kita kapan mau ngerjain tugas?"

"Emang kita satu kelompok?" Hana mulai geregetan dengan tingkah semena-mena Tirta.

"Iya. Sama siapa lagi gue ngomong? Sama hantu?"

"Kata siapa kita satu kelompok?" Alis Hana terangkat.

"Kata gue lah. Gue, elu, Arka, sama...." Tirta melihat-lihat satu orang lagi yang bisa diajaknya satu kelompok. 

Hana mendengar satu kelompok dengan Arka, melirik ke arah Arka yang sedang merapikan bukunya. "Gue sekelompok Arka? Yes!" batinnya ingin melompat.

"Sam elu deh, siapa nama lu?" Tirta menunjuk Stella.

"Stella. Kenapa lu mau ngajakin gue?" Stella malu-malu centil.

"Kalau nggak mau yaudah."

"Siapa yang bilang nggak mau. Mau!" Stella mengegas.

Sedang Hana sibuk dengan pikirannya. Tirta tersenyum puas sudah membuat kelompok sendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sunset After SchoolWhere stories live. Discover now