Bab 1.

3.4K 656 47
                                    

Dito menguap, dirinya sangat mengantuk hingga jalannya sempoyongan. Setelah makan malam bersama ayah serta neneknya, dia pamit untuk tidur lebih dahulu. Karena kegiatan hari ini menguras sebagian energinya.

Membuka pintu dan mematikan lampu kamar. Dito membuka kaosnya. Dia terbiasa tidur tanpa menggunakan atasan. Lalu menghempaskan tubuh pada kasur miliknya dan langsung terlelap setelahnya.

Dito kembali ke alam mimpi. Dimana di sana, Dito akan bertemu dengan Dito lain. Sebut saja Ito. Pemuda memiliki tinggi sekitar bawah telinga Dito, memiliki paras tampan menjurus ke manis.

Pemuda yang sering berceloteh ini itu sampai mengajak Dito untuk ikut bersama Ito. Pemilik senyuman manis itu membuat mimpi Dito terasa nyata, karena Dito tak pernah bermimpi lain selain kebersamaannya dengan Ito.

"Kakak!!"

Ito berlari mendekati Dito yang telah berada di dalam mimpi. Dito menghela nafas pelan, melihat Ito yang telah menempel padanya. Memeluk dirinya seakan dia merupakan ibunya.

Dito melepasnya paksa. Lalu dengan lunglai Dito duduk di bawah pohon rindang. Merasakan angin sepoi menerpa wajahnya memberi kenyamanan bagi dirinya. Dito beringsut untuk merebahkan tubuh dan menutup mata menikmati kedamaian ini.

Ito menyusul Dito, pemuda itu berdiri di hadapan Dito. "Kakak selalu saja tidur! Kenapa kakak sangat pemalas!" omel Ito kemudian menarik diri untuk duduk di samping Dito.

"Kak, aku akan pergi. Kakak gantikan aku ya."

Dito mengernyit, perkataan itu lagi. Dito membuka mata dan menatap Ito. Lelaki itu menatap lurus kedepan dengan pandangan serius. "Sudah aku katakan, aku menolak."

Ito mengerucutkan bibirnya. "Padahal jadi aku, kakak akan menjadi kaya raya loh!"

Dito mendengus kecil. Dia bergerak untuk menyamping. "Apa gunanya kaya kalau di abaikan keluarga. Terlebih, keluargamu sangat tidak menyukaimu."

Yah, Dito sudah mengetahui bagaimana kehilangan Ito. Ito selalu berkata bahwa dia ingin pergi, dirinya diminta untuk menggantikan Ito.

Kehidupan Ito sangat menyedihkan, lelaki itu tak pernah dianggap ada oleh keluarganya. Meski Ito bergelimang harta, tetapi tetap saja anak itu kekurangan kasih sayang.

Dia yang enggan berurusan dengan hal rumit tentu menolak keras. Bahkan jika dipaksa sampai Ito menangis, Dito tak akan pernah mau menjadi Ito. Dito memilih hidup sederhana bersama ayah serta neneknya.

"Sayang sekali." Ito menjadi murung, dia berdiri dan sedikit menjauh dari Dito. Menarik nafas kemudian menghembuskan secara kasar. Ito berbalik, dia tersenyum manis ke arah Dito.

Dito sontak beranjak dari rebahannya. Duduk menekuk satu kaki dan menyangga tangan di sana.

Senyuman ito menjadi senyum seringai hingga kedua matanya tertutup. Dia berkata pada Dito. "Meski kakak menolak. Kakak akan tetap menjadi diriku."

Dito menaikkan sebelah alis, menatap Ito yang 'berbeda'  dari yang ia tau sejak satu bulan lalu Ito hadir dalam mimpinya. 

"Waktuku sudah habis kak. Setuju atau tidak, keputusanku sudah bulat, " ujar Ito tetap mempertahankan seringainya.

"Kakak tau seluruh kisahku. Kakak bebas melakukan apapun di sana." Seringai itu sudah luntur dari wajah Ito. Pemuda itu menampilkan senyum tulus sebelum akhirnya menghilang secara perlahan.

Dito menyaksikan itu semua. Tetapi dia tak menampilkan respon berarti. Dito hanya mengangkat bahu acuh dan melanjutkan rebahannya. Menutup mata untuk istirahat dalam mimpinya.

*

Di sebuah ranjang berisi gundukan tertutup selimut, gundukan tersebut bergerak hingga menyingkap selimut tebal nan lembut. Seseorang muncul dari balik selimut, duduk dan menguap, lalu menatap linglung sekelilingnya.

Dito, memilih beranjak, menggaruk perutnya dan berjalan kearah kamar mandi. Dia berdiri di hadapan wastafel, melihat pantulan cermin yang membuat dirinya berdecak. "Dia benar-benar mengirimku kesini." Mengambil krim lalu melakukan ritual mencuci wajahnya.

Dito kembali keluar kamar mandi, melewatkan mandi pagi karena dia terlalu malas untuk menyentuh air. Biarlah, toh ... Mau mandi sebanyak apapun, ujung-ujungnya akan bau kecut. Walaupun sepertinya mustahil bagi seorang 'Dito Winata' memiliki bau badan.

"Pokoknya, aku tidak mau melakukan apapun. Terserah, yang penting aku tidur dan makan, " gumam Dito. Dia tidak akan pernah mau menjadi seperti Ito. Untuk dirinya yang sering kali mudah lelah, Dito pastinya tidak suka memainkan peran Ito.

Dito Winata seorang yang memiliki nama depan sama dengan dirinya. Anak tengah keluarga Winata. Keluarga tersohor dan terkenal dimana-mana karena kesuksesannya dalam dunia bisnis.

Namun hanya namanya saja yang sama, berbanding dengan nasib yang jauh berbeda. Dito Winata memiliki seorang ayah tanpa ibu, dua saudara dan satu adik. Diabaikan karena kurang pintar dan sering menyusahkan.

Satu hal yang menarik dari Winata adalah jika semua anggota keluarga Winata merupakan laki-laki. Setiap ada sosok perempuan di keluarga mereka, 'perempuan' tersebut akan mengalami hal terduga yang berujung kematian. Seolah keluarga Winata dikutuk untuk tidak boleh ada anggota perempuan di keluarga mereka.

Tok

Tok

"Tuan muda, jika anda tidak keluar dalam waktu kurun 5 menit, mereka akan melewatkan sarapan tanpa anda." Ketukan bersama dengan suara seseorang dari luar tidak didengarkan oleh Dito. Karena si empu sudah kembali menyelam ke alam mimpi.

Seseorang di luar pun beberapa kali mengetuk dan mengatakan hal yang sama. Sampai akhirnya tidak ada suara lagi. Menandakan bahwa seseorang di luar sana sudah menyerah membangunkan Dito.

Jika itu 'Ito' pemuda itu akan merengek karena keluarganya mengawali sarapan tanpa dirinya. Akan tetapi, yang menempati tubuh Ito sekarang adalah Dito.

Orang yang dipaksa menggantikan Ito, pemuda malas yang di usia ke 17 tahunnya hanya diam didalam kamar sampai menunggu neneknya masuk menyuruhnya makan hanya untuk keluar.

Dia sama sekali tidak peduli terhadap apapun kecuali hal mendesak yang menganggu hibernasinya.





Tbc.

DitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang