Bab 6.

921 308 30
                                    

Dito memegang pipinya.  Bekas goresan pistol tadi malam sudah di beri hansaplast oleh Varro.  Rasanya luar biasa. Luka di pipinya bukti bahwa dia telah melewati adegan film.

Kejadian tadi malam benar-benar baru untuk hidup damai Dito. Dia tidak terlalu terkejut, karena Ito telah memberitahunya.

Akan tetapi jika mengalaminya lansung, tentu Dito merasa seolah nyawanya sedang di ujung tanduk. Hey, dia yang biasanya melihat adegan seperti ini di film maupun movie, sekarang mengalaminya langsung.

Okey, Back to the topic...

Hari ini Dito sudah siap dengan seragamnya. Yang pada awalnya dia berniat untuk tidur sepanjang hari. Tetapi, penjaga membangunkan dirinya pagi hari untuk sekolah.

Dia lupa bahwa Dito Winata juga seorang pelajar.

Seragam yang ia pakai sama seperti seragam miliknya dahulu. Namun entah mengapa pemakaian terasa berbeda. Mungkin walaupun sama, kain dari seragam ini jauh bagus.

Dito menghembuskan nafas lelah, padahal hari masih pagi, namun Dito tidak memiliki semangat. Dia juga harus berhadapan dengan Winata. Dito enggan, tapi dia harus melakukannya.

Dia menyambar tas yang dia sampirkan pada bahunya. Penampilannya tidak rapi tapi juga tidak acak-acakan. Hanya tidak memakai dasi dan kancing bagian atas terbuka.

"Pagi tuan muda."

Dito membalas seluruh sapaan para pekerja mansion dengan senyuman kecil. Langkahnya ia bawa menuju tempat makan. Bolehkah dia melewatkan sarapan? Dia tak ingin bertemu orang-orang menyeramkan itu.

Tapi semua harus dilewati, sarapan berjalan lancar tanpa diduga-duga. Saat ini Dito berdiri di depan Mansion. Tidak tau bersama siapa dia harus pergi ke sekolah. Karena biasanya, Ito lebih berjalan keluar menunggu Jairo maupun Galen keluar.

Lalu, apakah dia akan melakukan hal sama? Meskipun pada akhirnya mereka ataupun keluarga yang lain akan mengacuhkan Ito, hingga Ito harus berjalan jauh untuk sampai ke halte dan menaiki bus.

Dito terkekeh kecil, Ito benar-benar menyedihkan.

Tin!

Mobil berhenti didepannya. Satu supir keluar dan membuka pintu mobil untuk Dito.

Dito menoleh ke kanan kiri untuk melihat kepada siapa si supir membukakan pintu. Setelah yakin jika diperuntukkan dirinya, Dito berjalan dan masuk ke dalam mobil.

Tanpa di sangka, Jairo sudah stay duduk di kursi penumpang, menatap ke arahnya lalu membuang muka.

Dito memilih mengangkat bahu acuh, berusaha tidak peduli walaupun rasa tak nyaman menggelitiknya.

Dito merasa dejavu.

Butuh waktu lama hingga dia bisa sampai di sekolah. Biasanya Ito akan berhenti agak jauh dari gerbang sekolah atas permintaan keluarga.

Lalu kali ini pun sama, supir menurunkan Dito di tempat biasa Ito diturunkan. Lalu mobil itu melaju masuk kedalam kawasan sekolah. Jairo bahkan tak mau melirik ke arahnya.

"Dia kenapa?" Ujarnya dari hati. Bukannya apa, Menurutnya, Jairo telah berubah sejak beberapa waktu yang lalu. Mengangkat bahu, Dito pun mulai melangkah.

Sesampainya dia di depan gerbang sekolah, Dito mencengkram kuat tas sekolahnya. Memantapkan hati agar dia tabah atas apa yang akan dirinya alami.

Yah, Ito merupakan salah satu korban Bullying. Namun semua ini hanya skema Jairo.

Dito pun mulai masuk ke dalam, bahkan dari dia didepan gerbang, bisik-bisik para murid mulai mengotori telinganya.

Sial, dia tak pernah mengalami pembullyan sebelumnya.

Trak!

"Ups sorry."  Seorang siswi menutup mulut setelah mengatakan maaf. Siswi bertage name Yesha Shezana itu telah menjatuhkan tempat sampah yang berisikan makanan serta minuman basah.

Sheza merupakan gadis yang memang kerap kali membully Ito bersama dua gadis lainnya.

"Gak papa kali Za, itu bukan salah lo. Lagi pula, Dito bakal ngeberesin ini demi kita, ya ga?" ujar Vega Eliza. Gadis yang sengaja merangkul Dito. Tanpa Dito ketahui bahwa Vega menempelkan kerta bertuliskan Nerd  di punggungnya.

Prak!

Keinara Zarina menendang tempat sampah yang sudah kosong ke hadapan Dito. Sampai celana bagian bawah Dito terciprat saos. "Cepet beresin dan buang sampanya. Awas aja lo kabur."

Mereka bertiga pun pergi meninggalkan Dito. Para murid yang menyaksikan tertawa melihat kesialan Dito. Beberapa merasa iba dan kasihan karena masih pagi, Dito sudah di ganggu oleh geng Sheza.

Dito menghela nafas sabar. Dia pun segera memilih sampah berserakan itu dengan tangannya. Kemudian membuka sepatu yang telah kotor dan mencuci tangan.

Ia pun mengambil alat-alat beberes seperti sapu dan pel untuk membersihkan sisa-sisa noda. Setelahnya membuang sampah seperti yang di perintahkan oleh Kei.

Merasa semua sudah beres, Dito pun memakai kembali sepatu yang sudah dia lap. Kemudian mencari dimana letak kelasnya.

Selang beberapa waktu, Dito sampai didepan pintu. Berdoa agar dirinya tak lagi mengalami hal buruk. Karena dia sudah cukup lelah.

Akan tetapi keberuntungan tidak berpihak padanya. Saat dia membuka pintu kelas, sebuah cairan bau yang dia rasa telur busuk mengguyur tubuhnya.

Ledakkan tawa teman sekelas Ito terdengar. Mereka seperti sangat puas karena telah berhasil menyelesaikan misi mereka.

Dito hanya bisa menghela nafas sabar. Dia mulai melangkah keluar menuju kamar mandi. Cairan kental itu menganggu dirinya. Apalagi sekarang dia merasa sedikit gatal.

Ejekan serta gunjingan dia dapat selama diperjalanan. Sampai tak sengaja, Dia melihat Jairo yang tengah santai bersama teman-temannya. Lelaki itu terlihat acuh dan tidak peduli pada dirinya.

"Apa yang kau harapkan Dito."

Dito melenggang pergi dan memasuki kamar mandi. Siswa yang berada didalam sontak keluar ketika Dito masuk. Mereka tak kuat dengan bau menyengat memasuki indra penciuman mereka.

Dito memasuki satu bilik dan mulai membersihkan diri. Untung saja, sekolah menyiapkan fasilitas berupa peralatan mandi seperti sabun dan shampo.

Tanpa Dito ketahui bahwa bilik kamar sudah du kunci dari luar.






Tbc.




DitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang