Bab 2.

2.7K 559 39
                                    

Kamar Ito terbuka secara masuk. Kakak kedua Ito masuk dengan langkah besar kemudian menyingkap selimut yang menutupi seluruh tubuh Dito. Ya kan? Sekarang tubuh Ito adalah milik Dito.

Membuat Dito yang tadinya terlentang bergerak meringkuk seakan kedinginan. Pemuda itu tidak menyadari bahwa seseorang tengah memandang dirinya kesal.

Galen yang memiliki kesabaran setipis tisue pun lantas menarik tangan Dito. Membuat si empu terduduk dan membuka mata paksa. "Bangun, Menyusahkan!" hardik Galen. Pemuda itu pergi setelah berhasil 'membangunkan' Dito, menurutnya.

Sedangkan di sisi Dito, pemuda itu menggulirkan mata malas menatap kepergian Galen. Sungguh sangat menganggu, padahal dia tengah tertidur nyenyak, namun Galen merengutnya paksa hingga dia harus merasakan sakit kepala.

Dito memilih beranjak dari tepat tidur. Sungguh, tubuhnya bergerak seakan dia biasa diperlakukan demikian. Padahal dia hanya menonton selama sebulan penuh pertunjukkan drama klise ini.

Terlebih dia tak pernah diperlakukan secara kasar oleh nenek ataupun ayahnya. "Huh, aku benci ini." Dito bergumam sembari masuk kemarin mandi. Entah mengapa dia merasa bahwa hidup damainya terancam.

"Bangsat si Ito, " umpatnya. Anak bernama Dito Winata itu benar-benar mengganggu sejak pertama kali muncul dalam mimpinya. Selain membuat tidurnya tak nyaman, anak itu menyiksanya dengan mengirim dia ke dunia Ito, lebih sialnya Ito melakukannya tanpa persetujuannya.

"Aku sumpahin dia ga tenang karena keegoisannya." Dito bukan orang yang mudah simpati terhadap orang lain. Dia juga bukan manusia baik hati seperti ayahnya yang rela terluka menggantikan seorang anak kecil yang hampir terserempet motor.

Ataupun sang nenek yang rela pinggangnya encok demi membantu menyelamatkan seseorang dari sungai lantaran tak bisa berenang. Dia tak akan pernah menjadi keduanya.

Ito jelas salah mempercayakan kehidupan Dito Winata kepada Dito Mahesa. Karena jika itu Dito, dia sama sekali tidak berniat merubah takdir Ito yang tetap tak dianggap oleh Winata.

Manusia itu egois, termasuk dirinya maupun Ito. Dito tak harus bekerja keras dan berusaha agar Ito di lirik oleh keluarga. Karena dia juga sedikit takut kepada keluarga Winata.

Bukan tanpa sebab ketakutannya datang. Meski dia memerhatikan dengan malas, tentu Dito mengamati seluruh tingkah dan sikap Anggota keluarga Winata.

Dimulai dari ayahnya Liam. Pria 45 tahun dengan empat putra itu tak pernah berucap banyak, sekali lirikan dari Liam terkadang berhasil membuat Dito merinding.

Putra sulung Liam, Navarro pun sama. Bedanya, lelaki 26 tahun itu jarang berada dirumah. tetapi sekalinya muncul, Varro menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Ito hingga tubuhnya merinding.

Lalu yang kedua merupakan Galen. Lelaki tempramental yang sama sekali tidak sama seperti Liam dan Varro. Galen lebih mengekspresikan ketidaksukaan, serta sering berkata pedas pada Ito.

Si bungsu Jairo pun sama seperti ayah serta kakak sulungnya. Bedanya, Jairo lebih sering kali tersenyum ketika Ito berada di dekatnya. Tetapi bukan karena berbeda dengan yang lain, namun hal itu merupakan pertanda bahaya.

Karena Jairo sering kali berbuat kasar pada Ito. Seperti mendorong jauh kakak ketiganya hingga terjatuh, atau membuang benda apapun yang bisa dia banting sebagai bentuk peringatan bagi Ito untuk segera menjauh.

୧⁠(⁠﹒︠⁠ᴗ⁠﹒︡⁠)⁠୨

Dito mendengus pelan, dia dibangunkan paksa, lalu sekarang tak ada siapapun di meja makan. Menghela nafas sabar sebelum melenggang pergi untuk melanjutkan kegiatan 'tidurnya'.

Biarlah dia tidak sekolah dulu. Dito telalu malas sekarang. Energinya habis karena perpindahan jiwa secara paksa ini. Kalau bisa pun, Dito tak ingin sekolah.

Tetapi sepertinya mustahil dia lakukan karena keluarga kaya ini tidak akan pernah mengizinkannya.

"Huft, melelahkan. Aku rindu nenek." Dito berjalan sembari bergumam. Menaiki tangga satu persatu layaknya orang lemas tak bertenaga.

Akan tetapi mendadak instingnya aktif, seolah dia menerima sinyal dari otak untuk segera pergi dari sana ketika merasa seseorang menatapnya sengit.

Dito segera beranjak hingga dia sampai di tangga bagian atas. Dia ingin berbelok kearah kamarnya, tetapi sebelum itu ... Tubuhnya mendadak berhenti.

Dito membulatkan mata sebelum menunduk karena takut. Dalam hati mengumpat, mengabsen seluruh penghuni kebun binatang. "Anjing! Kenapa dia harus ada di sini! " teriaknya dalam hati.

Keringat mengalir di tulang punggung nya. Dito ingin segera pergi, tetapi keberadaan Varro membuat dirinya enggan. Jangankan melangkah menjauh, tubuhnya saja bergetar ketika mata setajam elang itu menyorot dirinya langsung.

Jika tatapan merupakan peluru, mungkin Dito mati saat ini juga.

Varro menaikkan sebelah alis, menatap 'adik' nya dari atas hingga bawah. Menelisik sesuatu yang mungkin saja membawa perubahan pada  sang adik.

"Aku takut sial! Kenapa manusia ini hanya diam saja!"

Lagi, Varro mendengar sesuatu yang lain dari anak didepannya. Varro mungkin saja bisa tidak peduli terhadap perubahan kecil seperti ini. Namun karena di hadapannya adalah Dito Winata, adik Keduanya.

Seseorang yang tak pernah mengumpatinya langsung atau bahkan di dalam hati. Setiap dia bertemu, Ito selalu memuji ketampanan dan selalu meminta hal seperti kasih sayang pada dirinya.

Lalu sekarang secara gamblang adik nya itu berubah. Bahkan monolog anak di depannya begitu kasar. Sosok yang tak pernah menunduk kini tertunduk karena rasa takut dan mengumpat padanya?

Memangnya apa yang dia lewatkan? Padahal Varro hanya meninggalkan mansion selama satu minggu, tetapi disini dia telah mendapatkan satu hal lain tentang sikap si tengah.

"Kau-"

"Anjing!!" Dito tersentak dan mundur beberapa langkah. Terlalu terkejut karena Varro ingin berucap. Entah datang dari mana keberanian Dito dia segera berlari meninggalkan Varro.

Dito tidak mau hal tidak diinginkan terjadi, menakutkan. Dia sudah tau sejak awal,  berhadapan langsung dengan Varro berhasil membuat bulu kuduknya berdiri.

"Aku tak akan pernah ikut campur."

"Tidak akan!!" Tekadnya.

Sedangkan di sisi Varro, dia menaikkan sudut bibirnya. Merasa sedikit tertarik dengan perubahan kecil itu. Melihat tubuh adik nya bergetar seperti kelinci yang akan diburu membuat sisi lain dirinya tertarik.






Tbc.

DitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang