9. SIKSAAN UNTUK DIA YANG KUAT BERTAHAN

119 85 31
                                    

아녕하세요👋👋 ga mw cuap' dulu ah

9. SIKSAAN UNTUK DIA YANG KUAT BERTAHAN

Aku lebih baik mati dengan cepat, daripada menunggu kematian secara perlahan dengan beribu siksaan.
...

Malamnya.

Setelah makan malam sendirian di dapur, Maggiera kembali ke kamar, melanjutkan rutinitas malamnya sehari-hari. Baca novel, and nulis novel jika sedang mood.

Ruangan dengan banyaknya poster dan foto-foto boygrup korea bernama Enhypen itu terlihat lengang. Lampu kamar sengaja Maggiera matikan, hanya menyisakan lampu belajar di mejanya.

Gadis itu dengan cepat fokus pada bacaannya. Tanpa memperdulikan sekitarnya yang sepi. Baginya, hanya bukulah pelampiasan kesedihan maupun kebingungannya. Karena menurutnya, buku itu memabukkan. Satu paragraf saja dia membaca buku ataupun novel, maka bacaannya akan terus berlanjut sampai dirinya bosan dan mengantuk. Tapi itu hanya menurut Maggiera, kalian bisa mendengarkan pendapat orang lain tentang buku dan membaca.

Saat tengah membaca, seekor kucing lompat ke atas mejanya. Kucing Persia berwarna kuning dengan bintik-bintik putih besar di bagian kepalanya. Terlihat menggemaskan. Maggiera terlihat bingung, pasalnya ia tak memiliki peliharaan kucing. Tapi, entahlah, mungkin saja itu kucing tetangga yang tersesat di rumahnya.

Maggiera mengangkat tubuy kucing itu ke dalam pangkuannya, lalu mengusap-usap keningnya yang imut itu. Bulu-bulu halus milik kucing itu terasa sangat nyaman disentuh. Dengan gemas, Maggiera memeluk-meluk kucing itu sambil tertawa kecil.

Kucing itu menggeliat dengan manja, lalu menidurkan diri di pangkuan Maggiera. Gadis itu dengan senang hati memperbolehkannya tidur di sana. Tak lama, kucing itu terlihat memejamkan mata dengan nyaman tanpa peduli siapa yang memangkunya. Maybe, makhluk imut itu sudah pusing mencari jalan pulang sejak tadi siang, makanya dia langsung tertidur saat digendong Maggiera.

"Kamu tersesat, ya?" Pertanyaan yang tak akan mendapatkan jawaban itu terlontar dari mulut Maggiera.

"Meong." Kucing itu membalas dengan meongan dan sedikit menggelinjang, membenarkan posisi tiduran. Maggiera dengan gencar menciumi perut kucing itu.

"Mau gak jadi peliharaan aku?"

"Meong." Jangan ganggu aku. Mungkin itu artinya karena kucing itu—atau kita sebut saja si Oyen—terlihat mengayunkan cakarnya, seperti hendak marah. Melihat itu, bukannya takut, Maggiera malah semakin membabi-buta menciumi perut si Oyen.

"Lucu banget, sih. Jadi pengen adopsi."

Terlalu asyik menjahili si Oyen yang sedang tidur membuat Maggiera lupa sejenak dengan novel yang ia baca. Gadis itu mengambil selimut kecilnya yang bergambarkan wajah Jay Enhypen di samping nakas. Ia membalutkan selimut itu di tubuh Oyen.

"Nah, gini kan pasti nyaman. Apalagi dipeluk selimut ayang Jay." Gadis itu tertawa sendiri menyadari kelakuannya.

"Yen, hari ini aku lagi gak mood banget buat sedih-sedih, dan juga aku gak ada temen curhat sekarang. Jadi kamu mau gak dengerin curhatanku?"

Tak ada balasan dari kucing itu. Tentu saja, karena dia pasti sudah bermimpi bertemu kucing betina saat ini. Eh, ngomong-ngomong, kata Maggiera si Oyen itu cowok.

"Diam berarti 'iya' kan, Yen?"

"Yaudah, curhat aja deh," ujar Maggiera dengan senyum mengembang.

"Aku lagi kangen sama seseorang, Yen. Ah, bukan. Bukan hanya seseorang, tepatnya tujuh orang."

MAGGIERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang