안녕하세요👋👋 woi! wasap broo, hepi riding sayangg
11. APAKAH ALBERT EINSTEIN?
Semua bisa berubah, Pak. Saya memang bodoh, tapi tak selamanya saya akan menjadi bodoh. Kadang kala, kebodohan itu adalah akal manusia agar bisa menutupi kecerdasan yang tak hingga. Lagi pula, tidak ada manusia yang bodoh, hanya saja mereka lebih senang dihantui oleh rasa malas.
—Einstein Prahabby—
...Entah ini sudah lazim atau tidak, tapi hal pertama yang terpampang di depan mata Maggiera saat dia terbangun adalah, langit-langit berwarna putih bersih tanpa ada bercak sedikit pun yang mampu menghilangkan warna cerah itu, serta lampu yang menyala terang benderang membuat silau penglihatannya.
Pandangan Maggiera menerawang sekitar, meneliti setiap inci ruangan serba putih itu, mencari sosok yang sangat ia harapkan kehadirannya. Namun nihil. Tak ada siapapun di ruangan itu, hanya ada dirinya yang terbaring lemah. Ia sedikit mengangkat tubuhnya, hendak mendudukkan diri. Namun tiba-tiba, kepalanya dilanda pusing yang mendera. Ia memegangi kepalanya yang serasa akan pecah. Lalu menyentuh kedua pipinya secara bergantian. Suara ringisan kecil keluar dari bibir mungilnya saat dirasa pipinya memanas akibat bekas tamparan.
Dengan pikiran yang belum pulih sempurna, ia mencoba-coba mengingat hal terakhir yang terjadi pada dirinya. Bayang-bayang wajah puas Dina saat menendanginya terlukis jelas di otaknya tanpa terhalang seberkas wajah lain sedikit pun. Lalu, saat teringat kembali tangan halus Dina menampar pipinya, ia segera menangkup kedua pipi itu, mengigit bibir dengan mata terpejam saat mengingat kekejaman Dina yang tak jauh beda dengan papanya.
Tak lama, pintu terlihat dibuka seseorang dari luar. Kelly, gadis itu nampak tersenyum melihat Maggiera sudah membuka mata. Ia segera melangkah mendekati ranjang Maggiera diikuti seseorang di belakangnya.
Aland, cowok itu awalnya melangkah tanpa ragu memasuki ruang rawat Maggiera, namun saat melihat gadis itu sudah membuka mata, cowok itu segera menarik diri, urung memasuki ruangan.
Maggiera mengernyitkan dahi bingung. Meski Aland belum sepenuhnya masuk, tapi ia masih bisa melihat beberapa lebam di sudut wajah Aland. Otaknya terpaksa disuruh kembali berpikir, memikirkan segala kemungkinan yang terjadi pada Aland, dan kenapa cowok itu tidak berani masuk saat melihat dirinya. Bukankah seharusnya dia senang Maggiera sudah bangun? Dan lagi, kenapa dia bisa bersama Kelly?
"Akhirnya lo siuman."
Hening. Maggiera hanya menatap kosong.
"Udah lama bangunnya?"
"Baru aja tadi."
Kelly mengangguk-angguk paham. Ia duduk di samping ranjang Maggiera.
"Siapa yang bawa gue kesini?" Maggiera bertanya pelan. Bibirnya meski masih terasa perih tetap ia paksakan untuk bergerak.
"Kak Laksa," jawab Kelly.
"Dia?"
"Ra, setelah ini, jangan pernah deket-deket sama Kak Laksa lagi, ya," kata Kelly.
"Kenapa?"
"Ra, apa lo amnesia gara-gara dipukul Dina?"
Maggiera menggeleng.
Kelly menghela napas pelan. "Yaudah, harusnya lo tahu kenapa gue ngelarang lo deket-deket Kak Laksa," katanya.
"Kak Laksa gak salah." Maggiera tersenyum. "Yang salah itu Dina, bukan Kak Laksa. Jangan salahin Kak Laksa, ya." Tatapan Maggiera terlihat sendu saat bertemu dengan sorot kelam Kelly.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAGGIERA [END]
RomanceTentang seorang gadis perindu yang mengharapkan sebuah kebahagiaan tanpa air mata, namun saat ia hampir mendapatkannya, sesuatu yang besar terjadi dalam hidupnya.