Sebatas Rinai Hujan

2 0 0
                                    

Hampa, dingin, dan sendu.

Sebatas itulah yang mampu mendeksripsikan apa yang dilihatnya kini. Jendela yang tadinya terbuka secara sempurna, kini kembali terutup rapat. Hanya sebatas sapaan tanpa adanya kalimat akhir. Rinai hujan seolah turut andil dalam duka yang terpatri. Aroma kopi masih mendominasi, meski kepulan asap dan suara bising teko yang mendidihkan air sudah tak terdengar lagi.

Tubuhnya luruh di dekat pintu pembatas dua rumah itu. Dengan sigap, rangkulan tangan yang lebih besar mendekapnya. Seakan ingin membagi kekuatan baru untuknya. Mungkin pemilik tangan itu sama hancurnya, namun tidak serapuh tubuh kecil yang berada dalam dekapnya. Ia hanya sebatas kehilanagan nama, tidak kehilangan sosok. Ia hanya sekadar menyesal, bukannya meratapi. Setidaknya, Kaleo masih bisa membersamai sosok itu. Meski hanya sebatas pertemuan menjelang perpisahan.

Sebatas Rinai HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang