chapter 2: Latihan yang Tak Berujung

0 0 0
                                    

Pagi yang cerah menyambut Orion Xavier saat ia berjalan menuju arena latihan rahasianya di hutan. Diiringi gemericik air sungai, ia melangkah dengan tekad bulat untuk menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Setelah pertemuan pertamanya dengan Charlotte kemarin, semangatnya berkobar lebih terang.

Saat Rion tiba di tempat latihan, Charlotte sudah ada di sana, seperti biasa. Dia tampak segar dan siap untuk sesi latihan yang lebih intens. Sambil tersenyum mengejek, Charlotte menyapa Rion.

"Kau telat lagi, Rion. Kau nggak pernah belajar disiplin, ya?"

Rion menghela napas, mencoba untuk tidak terpancing oleh ejekannya. "Aku nggak telat, kau saja yang terlalu awal," balasnya dengan nada cuek.

Charlotte hanya tertawa kecil dan menyiapkan posisi bertarungnya. "Ayo kita mulai. Kali ini jangan menahan diri, aku mau lihat kemampuanmu yang sebenarnya."

Rion mengangguk dan segera mengambil posisi bertahan. Ia tahu bahwa Charlotte bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Gadis itu punya insting bertarung yang luar biasa, tapi kali ini Rion bertekad untuk tidak kalah.

"Blitz Strike!" seru Charlotte, melancarkan serangan cepat yang membuat Rion sedikit terkejut. Pukulan dan tendangannya datang bertubi-tubi, memaksa Rion untuk mengeluarkan semua kemampuannya.

Rion menghindar dengan gesit, berusaha mengimbangi serangan yang cepat. "Kau makin ganas saja, Charlotte," ujarnya, sambil melancarkan tendangan balik. Charlotte berhasil menghindar, tetapi ia tahu serangan Rion semakin cepat dan kuat.

Pertarungan mereka berlangsung sengit. Setiap gerakan terasa seperti tarian maut, di mana satu kesalahan kecil bisa berarti kekalahan. Rion akhirnya melihat celah dan melancarkan serangan balik.

"Shadow Fang!" teriaknya sambil melancarkan pukulan dengan kekuatan penuh.

Charlotte mencoba bertahan, tetapi kekuatan serangan itu membuatnya terlempar beberapa meter. Meskipun terkejut, senyum lebar muncul di wajah Charlotte.

"Bagus, Rion! Itu yang aku tunggu. Kau mulai serius sekarang!"

Rion tersenyum, merasakan puas melihat Charlotte terpancing. "Jangan terlalu senang dulu, aku baru pemanasan."

Latihan mereka terus berlangsung hingga sore, di mana keduanya berakhir terkapar di tanah, kelelahan. Mereka terengah-engah, tapi puas dengan kemajuan yang mereka buat hari ini.

"Hei, Rion," panggil Charlotte sambil memandang langit yang mulai berubah oranye. "Apa kau pernah berpikir tentang masa depan? Apa yang akan kau lakukan setelah menjadi lebih kuat?"

Rion terdiam sejenak. Pertanyaan itu menghentikannya. Sejak kematian orang tuanya, satu-satunya tujuan hidupnya adalah menjadi lebih kuat untuk balas dendam. Tetapi sekarang, setelah bertemu Charlotte dan merasakan kebersamaan ini, dia mulai ragu.

"Aku... nggak tahu," jawab Rion pelan. "Sejauh ini, aku hanya fokus untuk bertahan hidup. Untuk menjadi lebih kuat."

Charlotte memandangnya dengan tatapan penuh pengertian. "Kau perlu lebih dari sekadar kekuatan, Rion. Kau butuh tujuan. Sesuatu yang lebih besar dari balas dendam."

Rion mengangguk, meski hatinya masih dipenuhi keraguan. "Mungkin. Tapi untuk saat ini, aku hanya ingin menghancurkan semua yang menghalangiku."

Charlotte tertawa kecil. "Tentu saja, itu terdengar seperti dirimu."

Malam semakin larut, dan keduanya akhirnya memutuskan untuk pulang. Namun, di hati Rion, pertanyaan itu masih mengganggu nya. Apa yang akan dia lakukan setelah semua ini selesai? Dan apakah kekuatan benar-benar bisa memberinya kedamaian?

Malam itu, Rion tidur dengan banyak pikiran berputar di kepalanya. Namun, satu hal yang pasti-latihan belum selesai, dan mungkin pertempuran yang lebih besar sedang menunggunya di esok hari.

Bersambung

Cahaya Terakhir "The Last Hero" (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang