Hutang budi

0 0 0
                                    

Setelah diberitahu Melani perihal keharusan kandidat datang besok pagi jam 8, Arumi lantas pergi meninggalkan gedung perkantoran tersebut. Dia mengeluarkan ponsel hendak menelepon Maya perihal kesalahan informasi yang diberikannya. Terlebih Arumi ingin langsung bercerita tentang pekerjaan pertamanya hari ini. Tapi dia urungkan niat itu dan memilih menyusuri jalanan ibukota untuk mencari kost.

Hari ini Arumi sudah mencari beberapa tempat yang menurutnya layak ditempati, tapi harga sewanya terlalu mahal bagi Arumi. Dia ingin menghemat lebih banyak uang agar bisa mengirimkan kepada mamanya dan untuk menabung, tentu saja dia ingin mendapatkan hak asuh Renata.

Panas terik menyorot wajahnya, peluh mulai menetes dari kening menuju pelipisnya. Arumi mulai membuka blazer yang dikenakan dan meletakannya pada sebuah bangku kosong disampingnya. Dia pun mengikat Surai indah tersebut guna mendapatkan kesejukan angin.

Perutnya mulai terasa lapar, dia melirik jam pada ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Perutnya mulai terasa lapar, dia melirik jam pada ponselnya. Pantas saja karena ini menunjukkan pukul 13.00 dan Arumi sudah berkeliling lumayan lama. Dia memutuskan mencari makanan dipinggir jalan. Jujur saja dia tidak pernah merasa rendah diri untuk melakukan hal tersebut. Meskipun dulunya dia mempunyai kehidupan mewah tapi Arumi selalu merindukan asal muasalnya sebagai anak dari keluarga sederhana.

Dalam gang sempit dia pun berjalan lesu. Selangkah demi selangkah mulai ragu ketika irisnya melihat segerombolan pria berbadan kekar dengan rambut yang berantakan, baju mereka terlihat kotor, telinga dan hidungnya penuh dengan tindikan. Cuitan cat calling pun dilontarkan mereka kepada Arumi. Jujur saja Arumi merasa takut dan hanya bisa menundukkan pandangan lalu berjalan cepat.

"Buru-buru banget neng. Abang anter ya."

Salah satu dari mereka mendekati Arumi dan menarik tangannya. Tapi Arumi menepis dengan kasar dan kemudian berlari.

Tidak terima ajakannya ditolak, preman tersebut menarik tangan Arumi sambil tertawa meskipun tidak lucu.

"Haha, jangan sok jual mahal Lo. Yang kayak Lo paling 200rb. Nih duit," pria lain datang menghampiri Arumi. Lalu mengeluarkan uang 4 lembar 50 ribuan dan melemparkan apda wajah Arumi.

Arumi tidak bisa bergerak, tangannya dicengkeram oleh pria berbaju hitam. Sementara yang melempar wajahnya dengan uang adalah pria dengan tindikan dihidungnya seperti sapi.

"Tolooong..." Arumi berteriak sebisanya. Tetapi tempat itu terlalu sepi hingga tidak ada yang lewat satu pun sejak tadi.

***

"Melani, tolong kasih saya nomor Rizal. Saya mau hubungi dia langsung. Kenapa dia cuti nggak ngabarin saya sih."

Melani adalah partner Rizal. Mereka berdua berada dalam divisi yang sama, yaitu perekrutan. Hanya saja Rizal sedang cuti sehingga Melani yang mengcover semua pekerjaan Rizal. Saat ini Rizal cuti beberapa hari, kabarnya adik Rizal menikah sehingga dia harus menjadi wali nikahnya. Setelah menandatangi formulir pengajuan cuti kepada atasannya, Rizal lupa mengabari Devan bahwa perekrutan asisten pribadi CEO akan dilanjutkan sementara oleh Melani. Lupa banget katanya.

200 juta secara singkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang