16 - A Good Soldier 🔞

207 18 12
                                    

CW // Another smut?! LOL but it's necessary (I think) because it also has fluff and angst. Also TW for depiction of current global events and mentions of some real-life parties (who I'm not afraid to offend because fuck those genocide supporters). Minors DNI.

Don't forget to vote and comment bub <3

-

Camille hampir tersedak. Buru-buru berdeham, dia berusaha tidak terdengar panik saat merespon, "Ya."

"Ya ampun, apa yang terjadi? Apa kau tidak apa-apa? Kau sudah lama sekali di sana." Kekhawatiran mewarnai suara Shanks.

"Aku, um..."

Camille melirik Reaper yang tengah menutup resleting jeans-nya.

"Perutku... bermasalah. Sepertinya bumbu Cajun sayap ayam tadi terlalu pedas untukku," timpal Camille, mengatur suaranya agar semeyakinkan mungkin.

"Begitukah?" Shanks terkekeh canggung di balik pintu. "Um... Kau mau aku bawakan sesuatu? Obat sakit perut, mungkin?"

Reaper berdecak dan berkata tanpa suara, Diare? Serius, itu alasan yang kau pakai?

Cuma itu yang terpikirkan olehku! Mulut Camille membalas kesal, sama-sama tanpa suara.

"Cat?" Shanks memastikan lagi.

"Tidak, tidak perlu. Terima kasih," jawab Camille buru-buru. "Tapi aku mungkin perlu waktu lebih lama di sini. Kau... Kau pulang duluan saja, Shanks."

"Kau yakin? Aku tidak masalah menunggu sampai kau... selesai."

Tentu saja Shanks akan melakukan itu. Dia memang kadang terlalu baik hati.

Reaper menggeleng kepada Camille, kemudian menggerakkan dagunya ke arah pintu untuk mengisyaratkan, Cat, dia berhak tahu.

Camille mengembuskan napas panjang. Reaper benar. Lagipula, mereka semua sudah dewasa, bukan remaja tanggung yang harus sembunyi-sembunyi lagi. Lebih cepat Shanks tahu hubungannya dengan Reaper, lebih baik untuknya. Memang kejam, tapi tidak lebih buruk daripada membuatnya menumpuk harapan.

Dengan mengumpulkan keberanian, Camille pun akhirnya membuka pintu toilet, memperlihatkan dirinya dan Reaper kepada Shanks.

Senyum Shanks yang tadinya sudah mengembang begitu pintu dibuka langsung lenyap bagai api lilin yang padam ketika matanya jatuh pada Camille dengan pakaian yang berantakan, kemudian pada sosok Reaper di belakangnya. Rasa paham terbit di rautnya.

"Oh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh. Wow. Jadi seperti itu, ya."

"Aku tidak ingin kau mengetahui tentang kami seperti ini, tapi—"

"Tidak, tidak," Shanks melambaikan tangannya, "Kau tidak usah menjelaskan apa-apa, Cat. Aku yang seharusnya sudah tahu lebih dulu. Kalian memang selalu... punya sesuatu di antara kalian. Bodoh sekali aku yang berpikir punya kesempatan."

That Burns WithinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang