4. Lamaran Mendadak

327 95 62
                                    

votes ya guys voteeeee

🍀🍀🍀

Dua hari setelah persidangan yang membuat Soohyun semakin terpojok, dia mendapati dirinya berdiri di depan klinik dokter anak yang sering Mark kunjungi. Dengan napas panjang, ia memberanikan diri masuk. Di resepsionis, Younha, asisten Jiwon, segera menghampirinya.

“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” tanya Younha sopan.

Soohyun merasa gugup, namun ia berusaha terlihat tenang. “Aku... Aku ingin bertemu dengan Dokter Jung Jiwon. Tapi aku belum membuat reservasi.”

Younha memandangnya dengan curiga. “Hmm, biasanya Dokter Jung hanya menerima pasien dengan reservasi. Tunggu sebentar, aku akan menanyakan padanya.”

Younha mengangkat teleponnya dan dengan cepat menghubungi Jiwon di ruangannya. Setelah berbicara sebentar, Younha kembali ke Soohyun. “Dokter Jung bilang Anda boleh masuk.”

Soohyun mengangguk dan melangkah masuk ke ruang praktek Jiwon. Pintu tertutup di belakangnya, dan di sana, Jiwon tengah bersiap dengan stetoskop tergantung di lehernya, tampak profesional seperti biasanya.

“Mengapa Tuan Pengacara kesini? Apa anda tidak takut aku racuni obatmu?” sinis Jiwon.

Soohyun tak menjawab, lidahnya sungguh terasa kelu dengan ucapan Jiwon yang menghunus jantungnya.

“Aku dengar kau belum membuat reservasi, Tuan pengacara. Ada yang ingin anda bicarakan?” Jiwon menatapnya serius, meskipun sedikit bingung kenapa dia tiba-tiba muncul.

Soohyun tampak gelisah, dan sebelum Jiwon bisa bertanya lebih lanjut, dia berlutut di depan wanita itu, membuka sebuah kotak kecil yang menampakkan cincin berlian. “Please, marry me, Jung Jiwon,” kata Soohyun tanpa ragu, suaranya penuh kepasrahan dan keputusasaan.

Jiwon tertegun, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Dia membungkuk, menyentuh dahi Soohyun seolah-olah memeriksa apakah dia demam. Wajahnya mendekat ke Soohyun, begitu dekat hingga Soohyun nyaris tersentak mundur.

“Aku melamarmu, bukan mengajakmu berhubungan badan! Kau agresif sekali…,” kata Soohyun, matanya membulat kaget.

Jiwon menggeleng sambil tersenyum tipis. “Tidak ada indikasi mabuk dari bau mulut pasien, suhu tubuh normal. Kau tampak cukup sehat secara fisik, namun tampaknya tidak waras secara mental. Aku sarankan kau pergi ke psikiater alih-alih dokter anak. Itu lebih cocok buatmu.”

Suaranya terdengar final, dia berdiri hendak berbalik, tapi Soohyun dengan cepat menahan tangannya, memohon dengan nada yang semakin putus asa.

“Jung Jiwon-ssi, aku mohon maafkan aku. Sikapku padamu memang sangat keterlaluan, tapi aku benar-benar memohon... Kumohon, menikahlah denganku.”

Jiwon memandangnya, kali ini dengan kebingungan yang jelas. “Apa kau mengonsumsi narkotika? Atau mungkin berhalusinasi? Aku ini dokter anak, bukan psikiater. Kau pasti salah tempat.”

Soohyun menggenggam tangannya erat, tak ingin melepaskannya. “Mark memilihmu. Dia bilang dia lebih ingin tinggal denganmu daripada aku atau bahkan mantan istriku. Hakim memutuskan untuk membawa dia ke pusat perlindungan anak, dan aku tidak tahu sampai kapan. Aku mohon, aku ingin anakku kembali…”

Jiwon terbelalak kaget. “Hah? Putramu... memilih aku?”

Soohyun mengangguk perlahan, dan melihat wajahnya yang dipenuhi kepedihan membuat Jiwon merasa pening. Bagaimana bisa bocah itu lebih memilih dirinya? Dia seorang dokter, bukan bagian dari keluarga mereka. Namun, kata-kata Soohyun terdengar begitu serius.

Guardians of the Heart | kim Soohyun kim JiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang