don't forget to vote ya teman-teman, tolong di-vote. terima kasih banyak🤍
🍀
Ruangan sidang dipenuhi ketegangan yang terasa di setiap sudut. Soohyun duduk di meja yang dipersiapkan untuknya, menggenggam ujung jasnya erat-erat, tak bisa menahan gugup. Di sisi lain, Jiwon duduk dengan tenang, mencoba menjaga keteguhan hati di tengah suasana yang begitu berat. Di kursi saksi, Mark duduk tertunduk. Bocah kecil itu menggenggam erat mobil-mobilan kesayangannya, seolah benda kecil itu bisa memberinya rasa aman di tengah ketidakpastian yang menyesakkan.
Hakim, seorang pria berwibawa yang sudah berpengalaman dalam menangani kasus-kasus keluarga, memandang Mark dengan penuh simpati. Dia paham bahwa anak kecil ini pasti merasa sangat terbebani dengan situasi ini. Dia berusaha berbicara selembut mungkin.
“Mark, Nak,” ujar Hakim dengan suara tenang, “Kamu tau kenapa kita ada di sini, kan? Hari ini, kami hanya ingin tau, kamu ingin tinggal dengan siapa, Nak?”
Mark mengangguk pelan, air matanya mulai mengalir perlahan di pipinya. Dia masih diam, tenggelam dalam pikirannya, mencoba menahan kesedihan yang terasa begitu berat di dadanya. Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang terasa seperti selamanya.
Akhirnya, dengan suara bergetar, Mark berkata, “Aku... aku mau ikut Ma’am Jiwon saja, om hakim...”
Sontak, suasana di ruangan berubah. Jiwon mengerutkan kening, hatinya teriris mendengar kata-kata itu. Scodelario, ibu kandung Mark, yang duduk di seberang ruangan, hanya bisa terpaku. Sorot matanya menyiratkan kesakitan yang mendalam. Bagaimana mungkin anaknya sendiri memilih orang lain daripada dirinya?
Mark menambahkan dengan tangisan yang semakin deras, “Aku cuma mau Ma’am Jiwon...”
Hakim menghela napas panjang, mencoba memahami betapa kompleksnya situasi ini. Di satu sisi, ada ibu kandung yang jelas memiliki hak atas anaknya. Di sisi lain, ada Jiwon, yang sudah berhasil menciptakan hubungan emosional yang begitu kuat dengan Mark.
Akhirnya, dengan nada tegas namun penuh pertimbangan, hakim memutuskan, “Mark akan tinggal bersama ibunya, Nyonya Scodelario, selama tiga minggu. Akan ada pengawasan penuh selama waktu tersebut, untuk memastikan segalanya berjalan dengan baik. Setelah itu, kami akan mempertimbangkan keputusan akhir berdasarkan hasil dari tiga minggu ini.”
Kalimat itu seolah menghantam Soohyun seperti palu besar. Dia merasa dunianya runtuh seketika. Di satu sisi, dia ingin bersikap rasional, memahami bahwa Scodelario tetaplah ibu kandung Mark, tetapi di sisi lain, rasa takut bahwa anaknya mungkin akan memilih pergi darinya semakin membuatnya terpuruk.
***
Di luar sidang, Scodelario merasa berterima kasih kepada hakim atas kesempatan yang diberikan. Dia tau, ini adalah kesempatan yang sangat penting untuk memperbaiki hubungannya dengan Mark, untuk membuktikan bahwa dia masih bisa menjadi ibu yang baik. Namun, ada perasaan cemas di hatinya. Bagaimana jika Mark tetap tak bisa menerimanya?
Mark ikut pulang bersama Scodelario ke apartemen perempuan itu. Mereka ditemani oleh dua orang pengawas sosial yang akan tinggal bersama mereka selama tiga minggu penuh. Pengawas itu tidak hanya hadir sebagai formalitas, melainkan akan benar-benar mengawasi interaksi antara Scodelario dan Mark. Segalanya harus berjalan sesuai aturan.
Saat tiba di apartemen, Scodelario mencoba membuka percakapan dengan putranya, tetapi Mark masih diam. Bocah itu hanya duduk di sudut, memeluk mobil-mobilannya. Dia terlihat begitu kecil, rapuh, dan terluka. Scodelario merasa hatinya semakin hancur. Apa yang harus dia lakukan agar Mark bisa menerimanya kembali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardians of the Heart | kim Soohyun kim Jiwon
Fiksi Penggemar"Mom Jiwon, maaf ya... gara-gara aku, Mom pasti nggak bahagia sama Papa. Maafkan Mark..." Jiwon mengusap wajah Mark yang basah, "Bukan salahmu, sayang. Orang dewasa sering membuat kesalahan, termasuk Mom. Tapi ingat, kamu selalu jadi anakku, selaman...