"Oniel." Ucap Shani ketika teringat pada tangan oniel dan pipi oniel yang berdarah. Dirga yang mendengar Shani menyebutkan nama, akhirnya menatap Oniel.
Oniel tersenyum ramah pada Dirga, dan Dirga membalas senyuman Oniel. Dirga mengambil alih kucing yang berada di pelukan Shani. Lantas Shani kini menatap Oniel. Shani melihat ke pipi Oniel yang berdarah akibat goresan kaca, lalu pandangan nya terarah pada punggung tangan oniel yang masih mengeluarkan darah. Bahkan darah nya banyak yang meneteskan ke tanah.
Shani mengangkat tangan oniel. "Ya ampun, tangan kamu banyak ngeluarin darah." Ucap Shani khawatir, Dirga juga ikut khawatir karena darah nya mengalir begitu banyak. Oniel hanya diam saja menatap tangannya yang dipegang Shani.
"Pah, Shani mau ngobatin dulu Oniel." Ucap Shani.
"Iya sayang, itu harus diobatin dulu." Ucap Dirga.
"Em ayo kita ke pos satpam." Ajak shani lalu menarik Oniel untuk pergi ke pos satpam dan Dirga mengikuti dari belakang.
Tentu saja jarak nya tak terlalu jauh. Di pos satpam ada pak anton yang daritadi sibuk mengamankan anak-anak murid yang masih ada di sekitar gerbang sekolah. "Pak, punya kotak p3k sama perban gak?." Tanya Shani ketika sudah berada di pos satpam.
"Ya ampun, darah nya banyak banget niel." Ucap pak anton khawatir ketika melihat darah yang mengalir dari tangan Oniel. Oniel hanya cengengesan saja mendengar ucapan pak Anton.
"Tunggu sebentar." Ucap Pak Anton lalu masuk ke dalam untuk mengambil p3k. Setelah mengambil ia memberikan nya pada Shani. Pak Anton juga mengambil beberapa kursi plastik dari dalam untuk Shani, oniel dan Dirga.
"Silahkan duduk." Ucap ramah pak Anton.
"Terimakasih pak." Ucap Shani, Dirga dan Oniel.
"Saya harus mengecek anak-anak yang masih ada kegiatan ekskul. Jadi gapapa ya saya tinggal." Ucap pak Anton.
"Iya gapapa kok pak." Jawab Shani, Dirga dan Oniel. Pak Anton mengangguk dan pergi meninggalkan pos satpam.
Shani menyimpan kotak p3k nya di kursi. Lalu ia menarik Oniel ke wastafel yang ada di belakang pos satpam. Pos satpamnya juga ada wastafel nya. Sambil menunggu Shani dan Oniel, Dirga pun duduk di kursi yang sudah di sediakan pak Anton.
Shani menyalakan kran air nya. Lalu mencuci tangan Oniel yang banyak darah. Oniel meringis pelan ketika air mengalir ke tangan nya. Ia merasa sangat perih pada tanganya. Bahkan Shani juga ikut meringis, ketika melihat tangan Oniel yang luka dan terus-terusan mengeluarkan darah.
Setelah selesai, mereka balik lagi. Kini Shani dan Oniel juga sudah duduk. Shani membuka kotak p3k nya, ia mengambil obat merah. Shani menarik tangan Oniel dan memberikan obat merah pada luka di tangan Oniel.
"shh awshh perih." Ringis Oniel.
"Tahan ya." Ucap lembut Shani. Shani begitu pelan dan telaten mengobati Oniel membuat Oniel hanya menatap wajah Shani yang serius. Tanpa Shani sadari Oniel tersenyum melihat serius dan khawatir nya wajah Shani ketika mengobati dirinya.
"Cantik banget sihh." Batin Oniel.
Tanpa oniel sadari juga, Dirga tersenyum penuh arti ketika melihat oniel yang begitu intens menatap anaknya. Ia masih memperhatikan dua anak muda itu sambil mengelus kucing yang kini tertidur di pangkuan nya. Shani meniupi luka Oniel, lalu dia mengambil perban. Shani membalut tangan Oniel dengan perban.
Shani pun selesai menutupi luka di tangan Oniel. Lalu dia mengambil salep, Shani membuka penutup salep tersebut dan ia akan mengoleskan pada luka gores di pipi Oniel. Oniel bisa melihat wajah Shani sangat dekat dan sangat jelas. Lagi dan lagi, oniel dibuat terpana oleh kecantikan wajah Shani. Wajah yang tegas, tapi sebenarnya sosok yang sangat lemah lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Her { ShaNiel } || On Going
Teen FictionShaniel nih guys, baca aja kalau penasaran hehee ⚠️ Cerita ini hanyalah sebuah fiksi ⚠️ ⚠️ Dilarang membawa cerita ini ke dunia nyata!!⚠️