7

440 73 85
                                    

Kelas sore ini selesai tepat pukul 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas sore ini selesai tepat pukul 4. Elias berjalan ke luar kelas bersama Rayan yang merangkulnya dari samping kiri. Sebuah kebetulan mereka memiliki jam kuliah yang sama hari ini.

"Lo jadi wawancara?" Tanya Rayan memastikan kembali.

"Jadi lah. Gue kan udah bilang tadi pagi."

"Maklum otak gue cuma 32 GB."

"Agak nervous, Ray," jawab Elias dengan tangan yang sudah meremas tas punggungnya. "Ini pertama kalinya gue ikut wawancara kepanitiaan asal lo tau."

"Lebay ah! Tenang, bro! Lo pasti bisa," Rayan menghibur, menepuk punggung Elias. "Asal jawab jujur aja. Kalo lo buat-buat tapi action-nya nol di lapangan ya malah berabe."

Elias mengangguk, tetapi tetap merasakan perasaan mengganjal di dadanya. "Iya, tapi gue takut kating ngga percaya gue bisa kerja."

"Gue dulu juga ngga tau apa-apa pas pertama kali ikut dies natalis SMA. Yang penting tuh tunjukin aja kalo lo tuh antusias. Dijamin kepilih." Rayan berkata sambil tersenyum lebar untuk meyakinkan kawannya itu.

Elias teringat kembali dengan rencana yang telah ia susun. Semalam ia telah berlatih dengan si abang dan mencatat jawaban yang bisa ia katakan nanti. "Lo bener, Ray. Tapi tep aja takut gagal."

Elias yang memang selalu terpaku pada standar tinggi selalu membuatnya takut akan bayang-bayang kegagalan yang menghantuinya sedari dulu. Ekspektasi yang selalu Ema tanamkan padanya rupanya tak pernah bisa hilang sepenuhnya.

"Santai, El. Kalo ada yang nanya soal pengalaman, bilang aja lo siap belajar dari mereka. Itu udah cukup," lanjut Rayan. "Oh, gue tau. Coba tanya aja gimana mereka ngehadapin tantangan waktu ngatur acara. Kata HRD-HRD yang gue tonton di reels bisa nambah poin sih kalo lo nanya-nanya gitu."

Sembari mendengarkan saran dari lawannya itu, Elias merasa sedikit lebih tenang. "Thanks, Ray."

"Emang gue paling bisa lo andelin dah. Harusnya lo gaji gue sebagai konsultan."

"Gratis ya."

"Ngaco banget kalo ini."

Langkah mereka menuju tempat wawancara dilaksanakan karena memang setelah acara ini mereka berencana untuk keluar bersama. Tanpa sadar Elias tersenyum, merasa beruntung menemukan sahabat seperti Rayan di tengah isu tentang teman perkuliahan. Jangan tanyakan soal Mahesa, mereka yang notabene berada di jurusan berbeda dan tingkat yang berbeda tak sering bersemuka. Elias hanya akan menghampiri Mahesa kala temannya itu tak disibukkan oleh perkuliahan.

🍃

Elias sudah berdiri di depan gedung UKM yang ramai sementara Rayan memilih menunggunya di gazebo dekat parkiran saja. Rupanya ia tiba 15 menit lebih awal untuk wawancara perekrutan panitia festival yang sangat dinantikannya ini. Banyak teman fakultas seangkatannya yang berkumpul di sana. Sejenak ia berpikir. Semua orang tampak akrab, tertawa, dan berbincang, sementara Elias merasa sedikit terasing di tengah keramaian itu. Bukan hal aneh untuknya bukan? Nyatanya hidupnya pernah dipenuhi dengan kesendirian. Namun, kembali lagi, sendiri di keramaian justru membuatnya bagai dihabisi oleh energi yang ada.

Pirau 2 || HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang