Semester pertama mungkin akan menjadi semester paling sibuk bagi mahasiswa baru seperti Elias. Banyaknya kegiatan ospek jurusan, tumpukan tugas mata kuliah dengan bobot 24 sks, juga kultur kuliah yang sedikit berbeda dari SMA tentu menjadi hal yang sangat baru baginya. Berbeda hal dengan masa SMA yang hanya ia isi dengan kegiatan belajar, masa kuliahnya terasa lebih berat sebab tuntutan ospek jurusan yang seringkali membuatnya harus pulang malam. Namun, di sisi lainnya ia masih bersyukur sebab tak ada budaya ospek kejam di fakultasnya seperti yang banyak diceritakan di media sosial.
"FGD-nya mau di sini sekalian apa ntar malem meet di zoom?" Tanya Bagas—teman sekelasnya.
Ingin mengeluh, tapi Elias sadar bukan hanya ia yang terjerat dengan tugas-tugas angkatan. Setelah seharian ia dikejar dua tugas presentasi, Elias baru teringat jika ada tugas lain menanti.
"Boleh zoom aja ngga, Gas? Gue belom selesai nyari kating."
"Ya udah kalo gitu zoom aja. Reska sama Adit juga minta zoom."
"Thanks, Gas."
"Yoi. Duluan, El."
Ia buka kembali buku berwarna hijau di tasnya. Target buku hijaunya ini harus selesai di hari Jumat nanti saat kumpul angkatan sebelum pelaksanaan kegiatan latihan ketrampilan manajemen mahasiswa pra-dasar. Hari yang tersisa kian menipis akan tetapi target yang tercapai masih saja belum tercapai hingga sore ini. Ada beberapa kawan seangkatannya yang memang sulit ditemui juga ada beberapa kakak tingkat yang memang enggan dimintai waktu.
Elias hela napasnya kembali. Hari sudah semakin sore pun rasa lelah kian menggayuti dirinya. Kaki-kakinya melangkah menuju gazebo di dekat parkiran untuk meneliti kembali siapa saja yang belum ia temui.
"Elias!" Panggil seseorang mendekati dirinya.
"Kenapa?" Tanyanya pada Sofia yang berlari mendekati dirinya.
"Lo susah banget dicariin anjir. Gue mau minta biodata lo."
"Ohh ... Mana bukunya?"
Buku serupa Sofia serahkan padanya. Mereka memang teman semasa SMA, namun, bukan berarti akrab. Bukan Elias tak ingin dekat, ia hanya merasa tak ingin terlalu dekat dengan siapapun mengingat teman-temannya pun sudah sering ia repotkan.
"Lo kurang berapa kating?"
"Baru dapet sembilan." Jawabnya dengan tatapan yang masih terfokus pada tulisannya di buku.
"Kak Sheila tau ngga? Dia staff ahli di Hima. Ternyata kakak kelas kita tau."
Kepalanya mendongak mengingat nama yang baru saja ia dengar. Elias kira mungkin kakak tingkat yang Sofia maksud adalah kawan dekat abangnya.
"Udah. Ini punya gue mau lo isi sendiri apa gue yang nulis?"
"Oh iya deh. Sini gue tulis sendiri."
"Lo jadi satu apart sama abang lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pirau 2 || Hyunjin
أدب الهواة[On Going] Bagian 2 dari cerita Pirau. Blurb: "Can I immortalize this happiness?" . . . Ide cerita murni dari pemikiran sendiri. Apabila ada kesamaan penokohan, alur dan latar, mohon maaf itu adalah ketidaksengajaan. Cerita ini hanyalah fiksi dan sa...