Matahari baru saja muncul satu jam yang lalu, namun, peluh sudah membasahi dahi Elias pagi ini. Dengan langkah cepat ia tuju gerbang stadion tempat mata kuliah olahraga dilaksanakan. Hampir saja ia terlambat dan tak bisa mengikuti mata kuliah ini jika saja satu menit saja ia terlambat.
"Ngga biasa banget lo nelat?" Sapa Rayan mendekati dirinya.
"Alarm gue mati anjir!"
"Bisa mati juga lo kalo telat. Bisa suram satu semester depan."
"Lagian kenapa sih nih kampus terlalu sehat banget sampe harus ada matkul olahraga gini?" Elias memang menyukai renang, tapi tak dengan tuntutan olahraga lainnya.
"Nih kampus tuh perhatian, coba aja ngga ada olahraga, mana mungkin lo lari-lari pagi kek tadi?"
"Ck. Tapi tuh kek ... Gue juga mau olahraga tapi ngga dituntut gini juga anjir."
"Sabar-sabar. Bentar lagi juga tamat nih matkul sialan."
Dosen pengampu telah membunyikan peluit ke arah gerombolan mahasiswa program studi Elias. Mereka semua mulai berkumpul di sirkuit lari tempat dosen berada. Komisaris angkatan mulai memberi aba-aba untuk melakukan pemanasan. Berapa saat pemanasan dilakukan hingga dosen pengampu kembali ke hadapan mereka.
"Hari ini penilaian lari sprint, lari seratus meter empat kali putaran. Nilai yang saya input berdasarkan kecepatan lari kalian. Paham?"
"Baik, pak."
Telapak tangan Elias mulai basah. Ada ketakutan akan kegagalan di masa lalu yang membuatnya ragu akan kemampuannya. Jika ia ingat, tak banyak kegiatan olahraga yang ia lakukan semenjak berkuliah. Fasilitas yang tersedia di apartemen pun tak ia manfaatkan untuk menjaga staminanya.
"Lo kenapa, El? Kok udah keringetan duluan?"
"Gue takut dapet C ..." Alasannya.
"Ya elah. Masih ada UTS sama UAS. Lagian lo ngga pernah bolos kan?"
"Ngga. Takut aja."
"Santai, bro. Gue juga jarang lari-lari."
Embusan napas kasar kembali ia keluarkan. Rangkulan tangan Rayan pada pundaknya membawanya ke pinggiran lintasan untuk menunggu giliran. Pikirannya sedikit melayang selama menunggu giliran, Elias cemas tapi tak tahu pasti apa yang ia cemaskan.
"Lo cuma harus yakin bego!" Gerutunya sendiri.
"Santai, El. Lo satu giliran sama gue. Kalo pingsan gue gendong sampe finish!"
"Anjir jelek banget."
Nomor demi nomor Komisaris mereka panggil. Hingga tiba giliran Elias juga Rayan yangmana nomor induk mereka memang berdekatan. Tarikan napas dalam ia rasakan. Senyum dari Rayan kembali meyakinkannya untuk mencapai finish tanpa peduli target nilai terbaik. Toh, ia masih bisa memaksimalkan nilainya di penilaian renang dan senam nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pirau 2 || Hyunjin
Fanfiction[On Going] Bagian 2 dari cerita Pirau. Blurb: "Can I immortalize this happiness?" . . . Ide cerita murni dari pemikiran sendiri. Apabila ada kesamaan penokohan, alur dan latar, mohon maaf itu adalah ketidaksengajaan. Cerita ini hanyalah fiksi dan sa...