4

554 79 82
                                    

Matahari tengah memancarkan sinarnya tanpa malu-malu siang ini dan mampu membuat kulit siapapun serasa disengat olehnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari tengah memancarkan sinarnya tanpa malu-malu siang ini dan mampu membuat kulit siapapun serasa disengat olehnya. Elias yang memang sudah menyelesaikan perkuliahannya memilih menuju kantin sejenak untuk meredakan rasa laparnya. Tak ada kata sepi untuk kantin fakultas di sepanjang pagi hingga sore. Beruntung kantin fakultasnya cukup luas hingga tak perlu berdesakan atau antre tempat duduk untuk makan.

"Gue boleh duduk sini?"

Elias mendongak begitu mendengar suara lelaki yang ada di hadapannya. Itu Rayan, teman satu jurusannya yang memang tak asing olehnya.

"Duduk aja ngga papa."

Kursi panjang di depannya pun Rayan tarik usai mendapat izin dari Elias.

"Lo ngga sama Sofia?"

"Uhuk! Hah?" Ia sudah tersedak begitu mendengar kata Sofia diucap oleh temannya. Atas dasar apa Rayan menanyakan Sofia kepadanya yang memang tak dekat?

"Biasanya gue liat kalian barengan soalnya."

"Ngga. Kebetulan aja kali lo liatnya, Yan. Gue ngga begitu deket kok."

"Ohh ... Kirain deket. Soalnya gue denger kalian satu sekolah juga."

"Gue ngga deket sama siapa-siapa, Yan."

"Deket sama gue ini?" Celetuk Rayan asal.

"Najis!"

"Eh Pancasila lo kelas Pak Bambang ngga sih?" Tanya Rayan kembali membuka percakapan.

"Hmm. Lo udah beli bukunya?"

"Belom. Wajib ngga sih?"

"Ngga tau juga gue asal beli aja daripada ngaruh ke nilai."

"Gue fotokopi aja dah mahal banget bukunya."

"Gue beliin." Jawabnya santai dengan jari yang juga mengetik pesan di ponselnya.

"Ngga usah, anjir!"

"Udah gue pesenin ke kormat. Santai aja, Yan." Elias tak becanda soal itu. Ia memang belum memiliki teman dekat hingga saat ini. Namun, Rayan beberapa menghampirinya kala berada di kelas yang sama. Karenanya Elias hanya ingin membalas kebaikan temannya itu.

"Ck. Ntar gue cicil dua kali dah bayarnya."

"Iya hahah."

Satu piring ketoprak telah Elias habiskan, namun ia belum berniat beranjak lantaran perut yang masih terasa penuh. Ia teguk kembali air mineral di hadapannya sembari menemani Rayan menghabiskan orak-ariknya.

"Lo mau ke UKM center ngga, El?"

"Pengen sih tapi ngga ada barengan."

"Bareng gue aja kalo gitu."

"Kapan?"

"Abis ini."

"Oh ya udah kalo gitu gue tungguin."

Pirau 2 || HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang