Surya sudah mulai condong ke arah barat, menandakan waktu siang semakin terkikis. Jam telah berganti angka genap pukul dua kala Mahesa menilik tangan kirinya. Kakinya berjalan cepat membelah kerumunan mahasiswa di area parkiran. Langkahnya kian cepat karena memang ia sudah terhitung terlambat dari perjanjian awal.
"Nah loh telat lo, paketu!"
"Gue udah bawa es teh."
Mereka yang berada di sana tertawa karena peraturan yang Mahesa buat rupanya berimbas padanya. Mahesa sudah menduga ia akan terlambat, karenanya ia menyempatkan diri untuk mampir mengambil es teh pesanannya untuk dibagikan pada teman-temannya.
Siang ini panitia inti mengadakan rapat untuk melihat siapa saja yang masing-masing koordinator pilih untuk menjadi anggota mereka. Banyak nama telah dibacakan oleh masing-masing koordinator dan beberapa panitia lain turut memberi masukan. Namun, hingga divisi terakhir membacakan anggotanya, tak ada nama Elias yang ia dengar dari mereka.
"Ngga ada yang masukin Elias?" Tanyanya memastikan kembali.
"Kemaren milih apa emang?" Tanya Rila, wakil Mahesa di acara ini.
"Kemaren milih acara sama LO. Tapi dia ngga ada pengalaman samsek, gue ngga mau ambil resiko." Jelas Agnes.
"Ya terus kenapa? Kan bisa belajar, Nes."
"Gue ngga yakin, Sa. Keliatan klemar-klemer gitu."
"Ck. Masukin bendahara aja gimana? Ersa ngundurin diri 'kan? Lo udah dapet gantinya belom, Bel?"
"Belom ada lah. Baru juga tadi pagi dia bilang."
"Sama Elias gimana? Gue kenal dia kok. Anaknya teliti kalo soal itungan."
"Ini bukan soal lo ngerasa ngga enak sama dia 'kan?" Sanggah Rila padanya. Pasalnya Mahesa nampak bersikukuh ingin merekrut teman SMA-nya itu.
"Gue emang ngerasa ngga enak soalnya gue yang maksa dia ikutan. Tapi ya balik lagi sama lo pada juga. Bella ada yang yakin ngga sama pendaftar-pendaftarnya?"
"Gue ngga tau. Lo ada yang yakin ngga, Nes?"
"Ngga tau."
"Tapi kalo liat kandidat lain sih keknya emang paling ngeyakinin si Elias ini. Sejauh gue kenal dia sih paling oke. Dia anak bimbingan gue waktu ospek kemaren betewe." Naufal ikut menimpali. Ia yang kebetulan memang menjadi kakak pembimbing kelompok Elias selama masa ospek sedikit banyak mengenal sosoknya.
"Yakin ngga lo, Pal? Selain Nopal ada yang bisa kasih testi?" Bella kembali bersuara lantaran belum cukup dengan penilaian yang Naufal berikan.
"Mahesa lah. Dia kenal dari jaman SMA."
"Lo yakin dia bisa kerja ngga, Sa?"
"Secara fisik mungkin dia emang kayak yang lo bilang tadi, Nes. Dia emang ngga ada pengalaman panitia resmi, tapi beberapa kali gue banyak dibantuin Elias nyusun RAB kok jaman SMA."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pirau 2 || Hyunjin
Fanfiction[On Going] Bagian 2 dari cerita Pirau. Blurb: "Can I immortalize this happiness?" . . . Ide cerita murni dari pemikiran sendiri. Apabila ada kesamaan penokohan, alur dan latar, mohon maaf itu adalah ketidaksengajaan. Cerita ini hanyalah fiksi dan sa...