[9]Janji Adnan untuk Bertanggung Jawab

31 3 0
                                    

Monggo, bisa dibaca lebih cepat di Karyakarsanya Qeynov nggih.

*

*

Susah payah Adnan mengejar dan menangkap tubuh Cinta. Setelah bermain kejar-kejaran mengelilingi tenda restoran, Adnan akhirnya dapat memboyong Cinta ke dalam mobilnya.

Andai saja gadis itu tak kehilangan energi, mereka mungkin akan bermain sampai matahari menyinari kota Jakarta.

"Kamu terlalu unik sampai-sampai saya nggak kuat ngadepinnya, Cinta."

"Babi, go away.. Gue naksirnya udahan aja.. Capek.." Racau Cinta, pelan, sembari memiringkan tubuhnya.

Adnan mengulum bibirnya. Ia lalu membalas racauan yang Cinta udarakan dengan, "ya.. Lebih banget begitu, Cinta. Jangan sakit lagi gara-gara saya. Saya yakin di luar sana akan ada laki-laki yang jauh lebih pantas menerima cinta kamu." Adnan membelai puncak kepala Cinta. Namun ia segera menarik tangannya cepat.

Pekerjaan rumah Adnan tak selesai hanya pada ditemukannya Cinta. Tertangkapnya gadis yang kabur itu menjadi titik awal pekerjaan besar Adnan.

Cinta yang tak sadarkan diri tidak memungkinkan untuk diantarkan pulang ke kediaman orang tuanya. Membawa Cinta ke rumah maminya pun akan membuat nyawanya melayang— yah, alasannya tentu karena maminya tidak akan mungkin berdiam melihat dampak nyata dari perbuatannya yang telah menyakiti menantu idaman wanita itu.

Berat memang!

Katanya jika mertua lebih sayang ke menantu, anak kandung pun akan otomatis berubah menjadi anak angkat yang teraniaya.

'Ah, menantu? Calon menantu yang gagal maksudnya!' Koreksi Adnan, dalam hati.

Maka hanya tersisa dua tempat yang dapat Adnan datangi untuk merawat Cinta.

Pertama, kamar hotel dan ke-dua, apartemen kekasihnya. Namun jika dipikirkan kembali, apartemen Arabela tampaknya menjadi pilihan teraman.

Disana, dirinya tidak akan mungkin mendapatkan tuduhan miring mengingat dirinya yang hanya bermalam dengan Cinta. Arabela bisa menjadi saksi jika ia dan Cinta tidak melakukan hal-hal negatif.

Usai memantapkan diri untuk menyambangi apartemen sang kekasih, Adnan pun menyalakan mesin mobil papinya. Pria itu menginjak pedal gas, melaju menggunakan kecepatan rata-rata agar Cinta dapat beristirahat tanpa merasa terganggu.

Sesekali Adnan juga memperhatikan Cinta disela-sela aktivitas menyetirnya. Ia terus membenahi kepala Cinta yang melorot karena takut Cinta terjaga.

Adnan hampir merasakan kelegaan kala mereka telah melewati gerbang tiket masuk, tapi kelegaan itu gagal dirinya rasakan setelah netranya menangkap siluet wanita yang sangat dirinya kenali, berdiri menyambut seseorang tepat depan lobby apartemen.

Jika saja wanita itu berinteraksi secukupnya, jari-jari Adnan tak akan bergerak mencengkram roda kemudi. Ia akan maklum karena begitulah cara orang-orang bersosial di jaman sekarang.

Namun... yang Adnan dapati adalah Arabela yang mencium bibir seorang laki-laki. Mereka berpelukan untuk sejenak sebelum memasuki kabin belakang mobil, yang sebelumnya menjadi tempat bersandarnya.

Mencoba untuk tetap waras, Adnan pun menepikan mobilnya, memarkirkan mobil dan berusaha menghubungi sang kekasih.

Panggilan pertamanya terhubung, tapi sayangnya, Arabela tak menjawab panggilannya. Hal yang sama pun terus berlanjut pada panggilan-panggilan selanjutnya.

Tak kehilangan cara, Adnan pun mengirimkan pesan, bertanya dimanakah Arabela sekarang. Dari sana ia akan menilai apakah kekasihnya itu masih pantas untuk dipertahankan atau tidak.

Mas, Kawin Yuk?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang