[11] Drama Keluarga Adnan

23 2 0
                                    

Tersedia lebih banyak chapter di Karyakarsa & GoodNovel.


Berselang beberapa detik dari kepergian Cinta, Adnan pun mengekor keluar. Pria itu berjalan cukup santai meski tahu kehebohan seperti apa yang nantinya akan menimpanya.

"Mbak, tolong sisir untuk rapiin rambut Mbak Cinta.." pinta Adnan pada pelayan yang baru saja menyuguhkan jamuan untuk kedua orang tua Cinta.

Ia memposisikan diri dibelakang tubuh Cinta, melayangkan tangan kanannya pada puncak kepala sang adik. "Rambut kamu acak-acakan, Cin. Sini saya rapihin." Ucapnya membuat orang-orang yang melihat keduanya terhenyak ditempat.

Keadaan tersebut tak berlangsung lama. Setelah mampu menguasai dirinya, ibunda Cinta pun mengirimkan sinar laser dari sorot matanya yang tajam.

"Cinta.. Bisa kamu jelasin kenapa kamu ngilang, terus tiba-tiba malemnya nginep di rumah Tante Diah?"

"An-Anu.." Cinta membelitkan jari tangannya, tampak kentara jika dirinya sedang gugup.

Setelah mendapatkan informasi terkait keberadaan sang putri, baik Nirmala atau pun Dimas, keduanya berniat membawa pulang Cinta. Namun niat tersebut gagal terlaksana berkat larangan sahabatnya.

Semalaman mereka tak tidur memikirkan nasib Cinta, terlebih Diah mengatakan jika kemungkinan setelah malam itu mereka akan resmi berbesan.

"Ya? Bunda nunggu loh!" tuntut Nirmala, menagih jawaban sang putri.

Melihat perlakuan pria yang selama ini didambakan oleh putrinya, pikiran tentang Cinta yang sudah tak terselamatkan pun menghiasi benaknya.

Nirmala belum pernah menyaksikan perhatian intens putra sahabatnya terhadap sang putri. Meski pria itu baik, ia sangat tahu jika Adnan memperlakukan Cinta berdasarkan rasa hormatnya pada perinta maminya. Perhatian yang diberikan jelas bukan karena Adnan membalas perasaan Cinta.

"Cinta.."

"Aw-Awalnya Cinta coba-coba, eh, kok, malah keterusan..." lontar Cinta, ambigu.

"Mas Adnan, sisirnya.."

"Ah, makasih, Mbak." Adnan menerima alat yang dirinya minta sebelumnya. Ia lalu berkata pada Cinta, "saya sisirin dulu ya, rambutnya.."

Pemandangan itu pun membuat ayah Cinta— Dimas, meraup wajahnya. Ia ingin menginterupsi kegiatan pria yang disukai putrinya, akan tetapi ia takut jika perbuatannya itu justru berakhir dengan omelan putrinya.

"Nan, Nan.. Timingnya nggak pas kali kamu nyisirin, Cinta. Dia lagi jawabin pertanyaannya Bundanya loh."

"Iya nih, Mas Adnan! Awas ah, jangan ganggu Cinta!" Seru Cinta sembari mengenyahkan tangan Adnan dari kepalanya.

"Bunda.. Bunda sama Ayah jangan salah paham ya. Maksud Cinta tuh bukan keterusan yang aneh-aneh."

"Jadi gini.."

Cinta pun menceritakan kronologi awal mengapa ia sampai tidak pulang. Ia menceritakannya dengan sangat runtut, tak menghilangkan satu pun peristiwa dan apa yang dirinya lakukan, termasuk kegiatannya dalam mengkonsumsi soju yang memabukkannya.

"Nah, abis itu Cinta nggak inget deh, hehe.." Cengirnya, menutup cerita panjangnya.

"Adnan ngapain kamu, kamu juga nggak inget?" selidik Nirmala dibalas gelengan kepala oleh Cinta.

Adnan yang merasa jika usahanya akan menjumpai gerbang kegagalan pun tak lagi berdiam. Pria itu membuka mulutnya dan bertanya pada Cinta, "yang beberapa menit lalu di kamar, kamu juga sudah lupa? Padahal kita melakukannya dalam kondisi kamu sudah sadar loh."

Mas, Kawin Yuk?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang