[16] Tuhan, Apakah ini Karma?

27 3 0
                                    

Ready banyak chapter di Karyakarsa yak

*

*

Usai mengatakan hal yang membuat fans Arabela berpikir cukup keras, Adnan lantas mengejar kepergian Cinta. Pria itu pun berhasil menyamakan langkah kaki keduanya, tepat ketika Cinta berbelok memasuki antrian sebuah gerai es krim.

"Chocolate?"

"Sok tau banget, sumpah! Orang aku lagi pengen rasa mint."

"Mbak, mint sat.."

"Mas Adnan, iiih!! Pake coklat juga!!"

"Choco mint ya?" tanya Adnan begitu sabar dalam menghadapi ke-ngambek-an gadis yang hendak ia jadikan sebagai calon istri masa depannya.

"Eum.. Pake matcha juga.." Sahut Cinta menambah lagi rasa es krim yang ingin ia beli.

"Mbak, tolong ya.." Ucap Adnan pada crew outlet.

Pria yang tak lagi mengenakan tuxedonya itu menyerahkan black card miliknya dan Cinta yang melihatnya pun segera menyambar kartu tersebut. "Scan barcode aja, Mbak." Tuturnya sembari mengotak-atik layar ponsel guna membuka aplikasi keuangannya.

"Kenapa? Biar saya saja yang bayar." Ujar Adnan karena dirinyalah yang membawa pergi Cinta ke luar.

"Come on, Mas.. Tagihannya nggak nyampe Rp. 300.000,00. Mas harusnya ngeluarin yang platinum aja biar aku nggak keluar duit sendiri!" Decak Cinta, entah kali yang keberapa dirinya menghardik Adnan didalam satu hari.

Cuma Adnan sepertinya manusia gila yang membayar 3 scoop ice cream menggunakan American Express-nya. Padahal pria itu mempunyai kartu bank lokal, yang jika diperlihatkan saja, sudah mampu membuat ginjal orang bergoyang-goyang.

"Sorry.. Card yang itu ketinggalan di mobil, yang habis kita buat nabrak kemarin. Nanti saya ganti ya?"

"No need, Mas.. yang makan es krimnya juga aku kan.. Udah lah, nggak usah dipikir."

Adnan pun terdiam dan menerima kartunya kembali dari tangan Cinta. Pikirannya menjadi penuh dengan berbagai pertanyaan tentang diri gadis disampingnya itu.

Tiga hari lamanya ia merasakan perubahan pada sikap sekretarisnya. Tidak signifikan memang, tapi perubahan tersebut seakan menjelaskan jika Cinta selama ini memperlakukan dirinya dengan sangat istimewa.

Gadis itu tidak pernah marah padanya. Cinta juga tidak sekali pun pernah menunjukkan raut tidak menyenangkan kepada dirinya. Dia selalu penuh dengan senyum dan keceriaan. Belum lagi dengan keenergikannya dalam melayangkan godaan. Namun semua itu menghilang ke tempat yang tidak dirinya ketahui.

Jadi, jika ia diperkenankan untuk berkata jujur, dibandingkan menyebalkannya Cinta dulu, sikap Cinta yang seperti ini tampak lebih menyebalkan berkali-kali lipat. Adnan ingin Cinta yang dulu. Cinta yang bertindak seakan-akan gadis itu sangat menginginkan dirinya.

Cinta yang seperti itu, Adnan sungguh ingin Cinta yang dulu kembali ke dalam kehidupannya.

"Mas!!"

Cinta menyiku lengan Adnan, membuat pria itu tersadar dari lamunannya.

"Ayo! Katanya laper. Kita cari makan sekarang ajak biar pulangnya nggak kemaleman."

"Ya, Cin." Jawab Adnan, menyembunyikan kesedihan dibalik pandangannya yang biasa saja kepada Cinta.

Di Sepanjang kaki mereka melangkah, Adnan hampir selalu menemukan laki-laki yang melemparkan lirikannya pada Cinta. Mata elangnya menangkap jelas tatapan mendamba orang-orang itu, hingga hatinya seketika saja menjadi begitu panas oleh api kecemburuan.

Mas, Kawin Yuk?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang