***
Enggak ada bedanya dengan pagi-pagi kemarin, setelah si Eld tinggal di apartemen ini, selalu aja ada makanan untuk sarapan yang udah dia siapin. Enggak ada maksud kurang ajar, atau memperbudak dia, karena jujur gue enggak maksa dia buat masak, cuma kebiasaan yang dia buat di apartemen ini bikin gue jadi terbiasa.
Kalau sebelum-sebelumnya gue jarang sarapan disaat bangun pagi, sekarang gue jadi ikutan sarapan. Lagi juga enggak mungkin gue tolak masakan si Eld. Karena bahan sederhana aja, hasilnya jadi luar biasa ditangan dia.
Sambil meneguk air dari dalam gelas, Eld mata-matain pergerakan gue. Bahkan saat gue tarik kursi makan, terus nikmati masakan sederhana yang dia buat, Eld enggak sedikitpun komentar. Mungkin dia sadar gue suka banget sama semua masakan yang dia buat.
"Enak?"
"Mayan. Cuma kurang garem aja," kata gue memberikan komentar.
"Sengaja. Biar lo enggak darah tinggi. Marah-marah mulu sama gue."
"Gue?"
"Iya. Siapa lagi? Ini apartemen mewah, jadi enggak mungkin ada tukang nasi goreng yang bisa lo salah-salahin."
"Tukang nasi goreng?" Anjir, pakai enggak nyambung segala gue.
"Iya. Nasi udah mateng malah dimasak lagi."
Lucu lagi lawakannya.
Karena enggak bisa gue tahan, gue ketawa lepas sambil terus nikmati masakan dia pagi ini. Ternyata enak juga punya temen serumah yang karakternya seaneh si Eld.
"Tapi gue serius, Ka. Gue enggak mau lo darah tinggi dan marah-marah mulu. Makanya sengaja dibuat adem."
"Iya, gue tahu. Thanks, bro!"
"Sama-sama. Kalau gitu bisalah beli bahan-bahan makanan buat gue masak besok pagi."
"Boleh. Emang lo butuh apa?"
"Banyak," sahutnya cepat. "Gue catetin."
"Enggak usah. Gue beliin aja sekaligus supermarketnya buat lo."
"Njir, jokes enggak banget. Saran gue, lo jangan ngomong gini sama cewek ya, Bro. Yang ada lo dikatain siluman buaya darat, yang sukanya ngomong manis-manis doang."
Mengangak enggak terima mendengar kalimatnya, gue pengen banget bales kata-kata si Eld biar dia lebih sadar diri lagi. Karena sekalinya ngomong, bisa nyelekit juga nih orang. Tapi masalahnya amukan gue ini cuma sebatas dalam pikiran doang.
"Lo cuci piring ya, bro. Gue mau berangkat dulu. Bos di kantor gue mirip singa, salah-salah, telat-telat gue datang, bisa diterkam sama dia."
Ibu jari gue merespon tinggi. Amukan gue yang sebelumnya memenuhi pikiran, seketika lenyap saat rasa nikmat dari masakan Eld terus-terusan penuhi mulut gue.
Mungkin ini yang dinamakan, kenyangkan perut suamimu maka uangnya akan mengalir tanpa henti. Tapi masalahnya gue sama Eld bukan pasangan suami istri?
Amit-amit, gue masih normal. Amat sangat normal. Karena enggak akan mungkin ada nama Joko dalam hidup gue. Cuma enggak tahu kalau nama Eld.
AKHH!!! TIDAKKK!!
--------------------------------------------------------------------
Please jangan sampe ada nama Eld ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Roomies
General FictionNandaka Buana Wijaya, atau Daka, adalah pria 27 tahun yang tampak punya segalanya-karier gemilang di bisnis mesin mobil mewah dan apartemen super eksklusif di jantung ibukota. Tapi di balik kesuksesan itu, ada ruang kosong yang tak terisi. Di tengah...