⚚❅⚚
Jeno memandang Yeji dari belakang, ada getaran kagum dari mata Jeno. Selama ini, ia tidak pernah melihat secara langsung orang yang berkekuatan dahsyat, hanya mendengar cerita dari ibunya saja. Dan barusan, Jeno melihat bagaimana Yeji melumpuhkan Winter tanpa menyentuh, itu adalah hal yang baru bagi Jeno.
Jeno benar-benar mengira itu adalah kekuatan Yeji.
Sedangkan Yeji baru bisa menemukan Jeno saat merasakan kekuatan Jaemin. Gadis itu juga sedang mencari Jeno saat Jeno terjebak dalam masalalu. Dalam hatinya masih bertanya mengapa Jaemin menekan Winter hingga seperti itu.
"Winter menggunakan kekuatannya padamu?" Yeji bertanya.
"Ya,"
Yeji menghela napas dalam diam. Jaemin pernah memperingatkan Yeji bahwa, tidak ada yang boleh menggunakan kekuatannya pada Jeno. Winter belum menggunakan kekuatannya pada Jeno, hanya berniat. Kalau niatnya tersampaikan, tidak tau apa yang akan terjadi pada gadis itu sekarang.
Masih dalam langkahnya, Yeji menekan jari telunjuk dan jari tengahnya pada keningnya, membuat kening gadis itu bersinar. Yeji menyampaikan telepati pada seluruh penghuni Kastil, memperingatkan mereka untuk tidak menggunakan kekuatan mereka pada Jeno. Tidak terkecuali pada Jeno yang juga mendengarnya.
"Kenapa?" Jeno sedikit mengerutkan keningnya, tidak mengerti mengapa Yeji memberi peringatan seperti itu.
Gadis itu diam, tidak berniat memberikan jawaban pada Jeno, meninggalkan seribu pertanyaan yang melekat di kepala anak itu.
Setelah berjalan cukup lama, mereka sampai pada paviliun yang berada di belakang Kastil. Jisung dan Felix juga berada disana.
"Jadi, bisa kau bercerita bagaimana pagimu, kak?" Jisung menyambut Jeno dengan senyum cerah. Ia juga ingin sedikit menjahili Jeno, karena dia tidak pernah melihat senyum bocah itu.
Sayangnya, Jeno yang mendengar panggilan Jisung padanya, mematung.
"Kak",
Jisung, juga memanggil kak pada Jaemin.
"Kenapa kau memanggilku seperti itu," Wajah Jeno jarang berekpresi, tidak dingin dan juga tidak ramah.
"Karena sepertinya, kultivasi mu berada di atasku," Jisung pindah ke samping Jeno, dan merangkul pundak bocah itu.
"Omong kosong," Jeno menepis tangan Jisung. Jeno sangat tidak suka di sentuh, kecuali pada orang yang sangat di sayangi nya.
"Bagaimana kekuatan vishesha muncul?" Jeno bertanya pada Yeji. "Aku bertanya pada Yeji," Jisung yang sudah membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Jeno, berakhir tercengang dengan mengedipkan matanya beberapa kali. Sedangkan Felix tertawa puas melihatnya.
"Ketika satu perasaan sedang mendominasi, perasaan apapun itu," Paha kanan Yeji berada diatas paha kirinya, ia menyandarkan punggungnya pada kursi. Menatap Jeno intens. "Kau sudah tau apa kekuatan mu?"
"Aku tidak yakin," Jeno menunduk, mengingat kembali apa yang di alaminya pagi ini.
"Kami selalu siap untuk mendengarkan mu. Tidak perlu terlalu memaksa diri," Ucap Yeji saat melihat keraguan dalam diri Jeno.
"Bolehkah aku meminta sesuatu?" Bahkan saat ia mengatakan permintaan, tidak ada raut memohon di wajahnya. Hanya ekspresi datar menatap Yeji.
"Katakan,"
"Aku ingin bertemu ibuku," Jeno ingin menceritakan pengalamannya pada ibunya. Yang pertama kali tau, harus Aneira.
Tiga Tetua itu tersenyum maklum. Padahal baru dua hari, tapi Jeno sudah ingin bertemu dengan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALVERA II; Winter's Ashes [NOMIN]
Fantasy❗[Fantasy] [bxb] [Dark Romance] Jika takdir mengatakan bahwa Jeno dan Jaemin tidak bisa bersama, maka Jaemin akan memaksa takdir untuk mengikat Jeno padanya. Bukan kisah yang indah, kisah tragis mereka terukir dalam setiap denyut jantung, setiap he...