⚚❅⚚
"Jeno,"
"Jeno, bangunlah,"
"Jeno, sudah cukup menyerap energi nya,"
Sayup-sayup ia mendengar suara memangilnya, kesadaran Jeno belum utuh sehingga ia tidak dapat mendengar dengan jelas suara itu. Anak itu mencoba membuka matanya sedikit demi sedikit, samar-samar ia melihat siluet seseorang berdiri didepannya. Barulah saat ia berhasil mendapatkan kesadarannya secara utuh, ia melihat Jisung berdiri di depannya.
"Nah, bagaimana perasaan mu sekarang?" Jisung bertanya.
"Ini pertama kalinya kau menyerap energi yang begitu besar, itu tidak mengganggumu kan?" Karina yang berada disebelah Haechan, mencondongkan tubuhnya kedepan agar bisa melihat Jeno.
Menyerap energi, upacara ananeosis, Jeno linglung. Ia tidak menyerap energi seperti yang lainnya, melainkan ia tidak sadarkan diri. Jeno pingsan setelah melihat orang misterius itu. Menyerap energi dari pohon itu sangatlah penting untuk upacara, dan apa yang harus Jeno katakan sekarang. Rekan-rekannya tidak tau kalau Jeno pingsan dan tidak menyerap energi dari pohon itu.
Jeno melihat sekelilingnya, matahari telah digantikan dengan bulan. Ia sedikit bernafas lega, masih ada satu hari sebelum malam upacara ananeosis, Jeno akan memanfaatkan waktunya dengan baik.
"Bukankah masih tersisa satu hari? Aku merasa belum cukup menyerap energi, aku khawatir hal itu akan menggangu upacara nanti," Jeno berusaha tenang sebisa mungkin.
Tapi reaksi dari Haechan membuat Jeno bingung. Vishesha Ásvaldr itu memutar bola matanya malas, sedangkan Karina menepuk keningnya sendiri.
"Satu hari apanya, malam ini adalah malam upacara ananeosis," Ucap Karina.
Jeno membulatkan matanya, ia benar-benar mati kutu sekarang. "Tapi aku—"
"Hei, bocah! Jangan tamak, perubahan aura mu lebih kental daripada yang lain," Winter berucap ketus, namun apa yang diucapkannya benar adanya.
Tanpa menunggu pertanyaan Jeno, Haechan berinisiatif menjelaskan, "Energi yang diserap akan memengaruhi perubahan aura bagi penerima. Walaupun energi pohon ini sangat besar, namun setiap orang memiliki batasnya masing-masing untuk menjaga keseimbangan dirinya. Dan kau, auramu sekarang bahkan lebih kuat dari Karina," Gadis yang disebut Haechan menganggukkan kepalanya setuju.
Karena itu sedari tadi rekan-rekannya memandang Jeno dengan aneh, kecuali para tetua dan Karina.
"Segera mulai upacara ananeosis,"
Yeji tiba-tiba mendengar suara dalam kepalanya, suara Jaemin. Yeji tentu mengerti mengapa energi Jeno meningkat pesat dengan mengerikan, hal itu akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berpotensi merusak suasana, karena itu Jaemin memerintahkan Yeji untuk memulainya sekarang.
Gadis itu bangkit, ia merentangkan kedua tangannya keatas seraya mendongakkan kepalanya, itu adalah tanda bahwa upacara ananeosis akan dimulai. Para vishesha turut berdiri, melakukan seperti yang Yeji lakukan.
Jeno sudah melihat ini di buku tentang Psyxros, karena itu ia tidak kebingungan saat melakukannya.
Pohon itu bersinar, warna biru dan kuning mengelilingi pohon itu. Daunnya berkilauan indah, percikan-percikan cahaya berjatuhan layaknya gerimis. Tubuh para vishesha-pun bersinar, pancaran cahaya keluar dari tubuh vishesha dan bergerak keatas, menyatu dengan cahaya dari pohon itu.
Busshhh
Pohon itu menembakkan cahaya yang sangat terang keatas, sangat kontras dengan gelapnya langit malam. Barier yang menghalangi cahaya itu membuat cahayanya memantul kebawah seperti derasnya hujan, sebagian cahaya itu menjalar dari atas kebawah melalui barier, seperti sebuah radar yang tidak henti-hentinya memancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALVERA II; Winter's Ashes [NOMIN]
Fantasia❗[Fantasy] [bxb] [Dark Romance] Jika takdir mengatakan bahwa Jeno dan Jaemin tidak bisa bersama, maka Jaemin akan memaksa takdir untuk mengikat Jeno padanya. Bukan kisah yang indah, kisah tragis mereka terukir dalam setiap denyut jantung, setiap he...