10

318 58 6
                                    

Rasa nyaman sudah hadir namun enggan untuk mengakui, itu semua karena rasa takut dan ragu yang masih terasa, namun semakin hari kebaikan, perhatian dan semua yang dia dapatkan olehnya semakin membuat hatinya tak karuan, posisi pertama dalam hatinya sudah semakin tergeser oleh lelaki itu.

"Hey ko ngelamun." Ucap Ruka yang melihat Pharita hanya diam.

Pharita lalu menggelengkan kepalanya, setelah itu menerima suapan buah apel dari Ruka, sejak tadi mengantar Pharita pulang lelaki itu belum pergi dan malah mengurus kekasih palsunya itu.

"Ssaem kenapa tidak pulang? Saya sudah baik-baik saja." Tanya Pharita karena ia merasa tak nyaman berduaan terus dengan Ruka seperti ini, sedangkan Jennie seperti sengaja meninggalkan mereka berdua.

"Tidak, aku lebih suka menunggu kekasihku yang sedang sakit." Jawab Ruka yang kembali menyodorkan apel ke mulut Pharita, gadis itu dengan sigap langsung memakannya dan mengunyah dengan lucu membuat Ruka begitu gemas.

"Riri boleh aku menanyakan sesuatu padamu?" Tanya Ruka dengan serius, kini ia menyimpan pisau dan apel itu di nakas.

"Ya Ssaem?" Jawab Pharita sedikit bingung, pasalnya Ruka tiba-tiba serius seperti ini.

"Selama kita dekat, apakah perasaanmu kini sudah ada perubahan untukku?" Ruka dengan sendu bertanya pada Pharita.

Pharita tak langsung menjawab karena ia bingung harus menjawab apa, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang Pharita sendiri tak tau jawabannya apa, ia masih bingung dengan perasaanya sendiri terhadap Ruka.

"Tidak tau Ssaem, maaf." Jawab Pharita dengan menundukan kepalanya.

Ruka kembali mengangkat dagu Pharita agar kembali menatapnya, Ruka tak suka melihat Pharita menunduk seperti itu.

"Jika perasaanmu untuk Rami?" Tanya Ruka lagi, kini ia menanyakan perasaan Pharita untuk mantan kekasihnya itu.

Pharita kembali diam memikirkan tentang isi hatinya yang semakin hari semakin menghilang untuk Rami. "Saya mulai menyadari perasaan ini sedikit demi sedikit hilang, bukan karena anda tapi karena saya mulai menyadari jika hubungan kami tak akan pernah berhasil." Jawab Pharita yang lumayan panjang tak seperti biasanya.

Ruka mengangguk paham, kisah mereka memang menyakitkan untuk anak remaja seperti mereka ini, namun inilah takdir yang tak mungkin bisa mereka cegah atau lawan.

"Bisakah memberiku kesempatan Ri, aku akan membuktikan jika aku bisa menjadi kekasih yang baik untukmu." Ruka dengan ragu menarik tangan Pharita, ia mulai menggenggam tangan gadis itu agar bisa percaya pada perasaan Ruka yang begitu tulus dan nyata.

"Kenapa saya Ssaem, saya masih terlalu muda kan." Tanya Pharita lagi, ia hanya sedang meyakinkan perasaannya sendiri.

"Usia kita tak terlalu jauh kan, aku benar-benar menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Percayalah aku benar-benar tulus." Seperti tak pernah lelah, Ruka terus saja meyakinkan Pharita agar mau menerimanya.

Pharita diam sejenak, matanya terus menatap ke arah wajah gurunya itu, ia sedang mencoba meyakinkan diri dan perasaannya, mencari tahu apakah ada kebohongan di wajah Ruka.

"Aku coba, tapi jangan menuntut lebih." Jawab Pharita sedikit ragu, namun ia ingin mencobanya karena jujur saja sejak awal Pharita memang diam-diam tertarik pada gurunya ini.

Mendengar jawaban Pharita senyum Ruka langsung merekah, mata sipitnya semakin tak terlihat karena lebarnya senyuman itu, Ruka bersyukur akhirnya bisa mendapatkan Pharita, meski ia harus menduakan Rose dan menjadikan Pharita yang kedua.

"Terimakasih, aku akan membuatmu jatuh cinta seutuhnya." Ucap Ruka lalu mengelus tangan gadis yang sekarang sudah resmi menjadi kekasihnya itu.

Tanpa mereka sadari sejak tadi ada yang sedang menontonnya di depan pintu, orang itu mengepalkan tangannya tak terima karena sang mantan kekasih kini malah menerima lelaki lain bukan kembali padanya.

"Kamu milikku Phari." Gumamnya lalu pergi meninggalkan kamar Pharita.

Sepasang kekasih yang baru saja meresmikan hubungannya ini masih asik mengobrol, Pharita dengan susah payah meladeni kebawelan kekasihnya, ia sedikit lelah sejujurnya harus banyak bicara namun mau bagaimana lagi ini resiko ia menerima Ruka si guru yang terlalu banyak bicara.

Tak lama ponsel Ruka berdering, ia sedikit mengintip siapa yang menelponnya, setelah itu langsung mematikan ponselnya karena tak mau diganggu, itu adalah Rose yang melakukan panggilan video.

"Kalau begitu aku pulang ya, jika masih sakit besok jangan dulu sekolah." Pamit Ruka dengan mengelus kepala Pharita.

"Hati-hati." Ucap Pharita dengan sedikit malu, ia belum terbiasa melakukan itu.

Ruka tentu senang meski itu adalah hal sederhana, itu tandanya Pharita memang berusaha menerima dirinya dan perasaanya.
Karena Pharita sedang sakit jadi Ruka turun sendiri dan langsung berpamitan pada Jennie.

Setelah keluar dari rumah Pharita, Ruka langsung menyalakan ponselnya dan menghubungi Rose.

Rose...
Kemana saja Baby, aku merindukanmu...

Ruka ....
Maaf Honey ponselku tadi mati, ini sedang dalam perjalanan pulang.
Bagaimana harimu Honey?

Rose...
Aku merindukamu, hariku jadi tak indah.
Menyusulah ke Jepang Baby sebelum aku pergi ke USA.

Ruka....
Aku cukup sibuk, tapi aku juga merindukan desahanmu Honey.

Rose...
Maka datanglah ke sini, biar aku kirimkan tiket ya untuk malam ini.

Ruka....
Tentu, sampai jumpa lagi Honey.

Ruka lalu mematikan sambungan telponnya, ia harus beralasan apa pada sekolah dan Pharita, karena tak mungkin ia jujur akan menemui kekasih pertamanya itu kan. Dalam perjalanan Ruka terus saja berpikir untuk mencari alasan yang tepat agar tak menjadi masalah dikemudian hari.

Meski Ruka marah dan menaruh dendam pada Rose, namun Ruka masih sangat membutuhkan Rose untuk menopang kehidupannya dan juga nafsunya itu.

Hingga akhirnya Ruka memiliki sebuah ide brilian, ia mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada Pharita.

"Riri sayang, aku pamit akan pulang ke Jepang, Kakekku baru saja meninggal dunia di sana jadi aku harus menghadiri pemakamannya, jaga kesehatanmu ya, aku akan pergi selama beberapa hari."

Itulah pesan yang dikirimkan Ruka pada Pharita, pesan yang berisi kebohongan dan pastinya akan kembali mengirimkan sebuah pesan kebohongan lagi, karena kebohongan pasti akan ditutupi oleh kebohongan lagi.

Akhirnya Ruka bersiap untuk pergi ke Jepang karena Rose sudah mengirimkannya tiket pesawat untuk nanti malam, benar-benar nikmat sekali menjadi kekasih seorang artis terkenal dan kaya raya seperti ini, apapun yang diinginkan akan dengan mudah dikabulkan oleh kekasih tercintanya itu, meskipun dalam menjalani hubungan banyak sekali luka yang didapat karena terus saja mendapati sang kekasih berselingkuh dengan lelaki lain, bahkan ia harus berbagi badan kekasihnya dengan lelaki lain, namun karena ia membutuhkan banyak uang jadi semua dijalani dengan luka dan sakit yang dirasa.

"Aku harus segera mencari alasan untuk melepaskannya, tentu dengan kesalahannya agar dia tak bisa meminta semua yang sudah ia berikan padaku, setelah itu aku hanya akan fokus pada Pharita saja." Gumam Ruka dengan yakin, ia benar-benar jatuh cinta pada gadis muda itu

Setelah itu Ruka pergi ke airport untuk menyusul Rose ke Jepang, menghabiskan waktu berdua di negara asal Ayahnya itu.







Maaf ya pendek, biar update aja gitu dan kalian ga lupa sama alur cerita ini.

Story With You (Pharita x Ruka) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang