Sandiwara Dunia

17 3 0
                                    

Dunia ini penuh peranan

Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan

Mengapa kita bersandiwara

Lagu Panggung Sandiwara yang dinyanyikan oleh Nicky Astria itu mengalun bersamaan dengan suara ketikan pada keyboard. Lagu ini diciptakan oleh Taufiq Ismail dengan musik garapan Ian Antono. Sebelum dinyanyikan oleh Nicky Astria, lagu Panggung Sandiwara lebih dulu dipopulerkan oleh Achmad Albar, salah satu penyanyi legendaris. Sejak pertama kali di rilis tahun 1978, makna lagu ini rasanya masih relevan hingga saat ini.

Suara musik ini berasal dari komputer milik atasan Sabira. Mengalun cukup kencang hingga terdengar di semua sudut ruangan. Sabira tengah sibuk dengan pekerjaannya, membereskan data kepegawaian. Jari lentik itu menari dengan lincah di atas keyboard, sedang bibirnya bergumam pelan turut bernyanyi lagu Panggung Sandiwara.

"Bi, nanti bakal ada dosen yang ke sini mau urus NIDN. Tong dibantu ya, Bi?" ucap Bu Dania. Seorang kepala divisi Sumber Daya Manusia. "Namanya Pak Alderon. Saya mau meeting dulu sudah ditunggu Pak Rektor," sambungnya langsung berlalu dengan tergesa-gesa.

NIDN merupakan Nomor Induk Dosen Nasional yang diterbitkan oleh Kementerian. Setelah seorang dosen sudah berstatus sebagai dosen tetap di suatu Perguruan Tinggi, maka dosen harus mengurus pendaftaran NIDN. Salah satu syarat penerbitan NIDN, dosen tersebut tidak sedang menjadi pegawai di instansi lain.

"Baik, Bu," jawab Sabira pasrah. Memangnya jawaban apalagi yang bisa Sabira katakan sebagai bawahan.

"Pak Alderon dosen sastra yang ganteng itu?" tanya Lavia ketika Ibu Dania tak terlihat lagi di ruangan. Lavia merupakan salah seorang rekan kerja Sabira di divisi SDM.

"Iya, Vi," jawab Sabira seadanya. Sabira fokus menghadap pada layar komputernya.

Lavia hanya mengangguk. Dia mulai meraih kaca di meja kerjanya, melihat penampilannya. Lipstik di bibirnya yang telah luntur, segera ia timpah dengan olesan yang baru.

"Centil banget sih, Vi," komentar Mas Rafi. Rekan kerja Sabira yang lain.

"Terserah gue dong. Kenapa lo cemburu?" tanya Lavia.

Mas Rafi menggelengkan kepalanya,"Dih, malas," sanggah Mas Rafi.

Tak berselang lama, terdengar suara pintu diketuk dua kali. Lalu disusul suara derit pintu, menandakan pintu dibuka. Seorang laki-laki dengan kemeja hitam digulung sampai sikut, celana bahan hitam, dan rambut yang disisir rapi muncul dibalik pintu.

"Permisi, Bu Danianya ada?" ucap Alderon yang baru saja sampai diruang divisi SDM.

"Lagi meeting, Pak. Pak Alderon ya? Mari masuk," sapa Sabira ramah. Dia menggeser salah satu kursi di depan meja kerjanya, mempersilakan Alderon duduk di kursi tersebut.

Alderon berjalan masuk ke dalam ruangan divisi SDM. Dia mendudukkan dirinya di kursi yang terletak persis di depan meja kerja Sabira. Kursi yang memang dipersilakan Sabira untuk Alderon. Mata Alderon fokus mengamati perempuan di hadapannya. Cantik. Batin Alderon.

"Mau urus NIDN ya Pak? Tadi Bu Dania sempat titip pesan," tanya Sabira memastikan. Suara Sabira berhasil menyadarkan Alderon.

"Iya, emm.. Bu?" jawab Alderon ragu. Pasalnya perempuan ini lebih muda darinya.

"Panggil Sabira saja, Pak," ucap Sabira tersenyum ramah. "Ini saya berikan salinan persyaratan yang harus Bapak Alderon penuhi. Kalau sudah lengkap semua persyaratannya Bapak bisa ke sini lagi. Untuk SK Dosen tetapnya sudah ada, Pak?"

Alderon mengangguk pasti. Dia berkata, "Sudah. SK Dosen tetap saya sudah keluar satu tahun lalu."

"Loh kalau sudah satu tahun, kok baru mau urus NIDN sekarang sih, Pak?" tanya Sabira. Senyumnya tak pernah luntur menghiasi wajah cantiknya.

LAKONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang