1. Ospek

1.4K 41 1
                                    

Dear diary..

Gue Rini, iya gue cewek, yang suka curhat sama lo, gue curhat lagi, gak papakan? Hari ini gue masuk SMA loh, malah ini ospek terakhir, gue harap semuanya, baik-baik aja ya? Guenya juga enggak kena jemur. Elo bantu doa juga dong.

----


1 . Ospek

Ospek, bukan suatu yang dianggap remeh oleh gadis yang bernama lengkap, Rini safira. Pasalnya ia tidak rela dijemur, namun sekarang ia harus merelakan diri, berpanas-panasan dibawah terik matahari. Seolah dipaksa, bahwa dirinya memang harus dan wajib untuk itu.

Hari sudah menunjukan pukul 15.00 WIB. Namun acara gila ini, belum juga disudahi. Hingga seorang kakak kelas memanggilnya untuk segera sadar dan tidak lagi merutuki, acara yang sedang terlaksana ini.

"Woy, Dik"

"Iya, Kak" jawab gadis itu, sambil memperhatikan kakak kelas,yang kini telah berdiri disampingnya.

"Nama lo, siapa?" Tanya Kakak kelas itu lagi

"Rini" jawabnya ogah-ogahan, karena sudah tidak tahan lagi akan sinar matahari yang seolah bersemangat untuk membuatnya jatuh pingsan, sangking panasnya.

"Lo bisa baca?"

Sungguh itu pertanyaan retoris yang ujung-ujungnya, tidak memerlukan jawaban apapun. Gila saja, dia sudah SMA, jadi tidak mungkin tidak bisa baca.

"Bisa, enggak?" Tanya ulang kakak kelas, yang diketahui bernama Yusra tersebut

"Bisa" jawab Rini akhirnya. Ia tidak mau dicap tidak sopan

"Nah, gitu dong. Kalau ditanya, dijawab"

Kelas berapa sih, lo? Ngasih sama jawab pertanyaan orang? Kok bego banget, Rini terus merutuki Yusra, yang menurutnya, sok penting

"Oke, jadi lo harus bacain surat cinta ini, buat waketos. Lo tau siapakan?" Tanya yusra dan segera memberi surat yang ada ditangannya, ke tangan Rini

"Tau" ketusnya, ia terlanjur kesel, karena pertanyaan yang diberikan Yusra itu berbau retoris semua. Mana mungkin, Rini tak mengenali waketos tersebut, kalau sejak ospek pertama hingga kini, ia selalu hadir.

"Siapa emang?"

Duh, telinganya bisa mengeluarkan asap seketika, saat berhadapan dengan orang jenis ini.

"Aldo wijaya, eh Kak Aldo wijayakan?"

"Pinter, yang mana coba?"

Demi tuhan, telinganya gatel. Kalau nonjok orang itu sesuatu hal yang lumrah, mungkin sudah ditonjojnya saat Yusra mendekatinya tadi. Namun, berusaha bersikap ramah, sopan, dan sabar. Rini menjawab "Yang itu, kan?"

"Iya, eh do, sini lo" instrupsinya ke Aldo dan Aldo langsung menghampirinya, dengan wajah yang bingung "Nih, Adik ini, mau nembak lo" jawab Yusra sambil memegang kedua bahu Rini "lo baca yang kenceng" bisiknya ke Rini "Semua, diem! Ada yang mau nembak, nih" instrupsinya ke semua orang yang ada dilapangan

Rini sudah tidak tahan lagi akan panas, hanya diam saja, doanya bersama buku diary-nya kini, tidak terkabul. Dia sudah kering disini, bibirnya juga sudah kering dan berakhir menjadi pecah-pecah.

"Baca" bisik Yusra lagi ke Rini

Namun, Rini tidak mengikuti bisikan Yusra, melainkan dia memberi surat tersebut, ke Aldo "Nih, kak"

"Lah? Elo nyuruh Aldo baca? Wah, engga waras lo" bagi Rini, tidak waras, tidak masalah, asalkan jangan tidak nyambung seperti Yusra, karena mampu membuat orang yang berbicara dengannya, bertindak kriminal sangking retorisnya pertanyaan Yusra.

"Udah, biar gue aja yang baca" Aldo mengambil surat yang tadi Rini kasih "lo enggak perlu buat beginian,Yus. Gue juga tau, waktu yang tepat buat nembak Rini, nama lo, Rini safira kan?"

Rini hanya mengangguk sambil tak henti mengucapkan Alhamdulillah, akhirnya kakak kelasnya ini, sadar juga.

Aldo membuka surat itu dan mulai mencoba membaca, namun sebelum itu, ia mencerna lebih dulu isi suratnya, kali-kali alay, kan dia yang malu "Denger ya, gue enggak butuh surat ini buat nembak lo, Rin" Aldo menatap gadis itu dalam

Namun bocah yang ditatap, hanya memandangnya datar, mungkin terlalu lelah akibat panas, atau mungkin juga tidak berniat untuk mendengarkannya

"Lo mau enggak, jadi pacar gue?" Ucap Aldo, tanpa melihat isi suratnya, mungkin alay, mungkin terlalu bertele-tele. Entahlah, itu rahasia Aldo, Tuhan, dan Penulis suratlah yang tau.

"Gue enggak bisa jawab sekarang" jawab Rini, masih dengan wajah datar "Enggak papa kan?" Walaupun menolak, Rini berusaha sopan ke kakak kelasnya itu.

Aldo tersenyum "Gue tunggu" jawab Aldo dan meninggalkan lapangan, mungkin malu atau mungkin sakit hati, entahlah

Dan, tidak lama dengan itu, bel berbunyi berkali-kali, pertanda kalau detik ini juga, anggota ospek, boleh pulang ke rumah masing-masing

"Cie, ditembak Kak Aldo, cie" goda kawan dekat, satu-satunya dikelompok ospek. Yang bernama Vina "Terima, Rin. Ganteng" sambungnya lagi, seolah dialah yang ditembak barusan

"Apaan sih, Vin" jawab Rini sambil melihat-lihat tempat parkir, kali aja mamanya jemput, dan Rini benar. Mobil mamanya sudah ada dilapangan parkir "Vin, nyokap gue jemput. Diluan ya?"

Yang ditinggalin malah mengangguk sambil sesekali berteriak "Kalau lo kelamaan jawab, Kak Aldonya buat gue ya?" Canda Vina

Rini hanya menoleh, dan kembali fokus untuk menaiki mobil mamanya, sesampainya dimobil, ia menyalam tangan mamanya dan segera memundurkan kursi mobil, supaya dia bisa selonjoran dengan pulas.

"Capek, ya?" Tanya mamanya. Putri, yang berusaha membuka komunikasi dengan anaknya itu

"Banget, ma"

"Nih, minum" ucap Putri memberi sebotol air mineral ke anaknya

Rini yang melihat air, langsung meminum habis minuman tersebut

Putri menjalankan mobilnya dengan santai, sebenarnya bukan santai, tapi biasalah, jalanan Jakarta macet parah kalau udah sore begini "Gimana ospek hari terakhir?" Tanya Putri yang masih fokus ke jalan raya "Mama lihat, tadi ada yang ditembak kakak kelas ya? Wah, beruntung banget

Rini diam saja, malas menanggapi dan lebih pentingnya ia malas mengingat hal tadi, ia tidak mau dianggap PHP atau apapun, atau terlalu berharap? Bisa saja kakak kelasnya tadi, terjebak permainan ToD. Huh! Entahlah dia pusing akibat sinar matahari yang sengaja jatuh, rasanya sekarang ia ingin cepat-cepat sampai rumah, mandi dan segera curhat dengan diary-nya

Dear diaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang