BAB 4 Pukul Dua Malam

44 30 4
                                    


Nada bicara Arav menjadi sangat formal, membuat April mengerti sesuatu.

"Terima kasih atas bantuannya, Kak. Internet saya sudah bisa kembali."

"Baik, Bu April. Terima kasih telah menghubungi Terabig Net. Selamat malam, selamat beristirahat."

Arav langsung menekan tombol off, lalu bangkit dari duduknya. Dia langsung berjalan ke ruang pengawas.

Elang, supervisor yang berjaga malam itu memberi isyarat pada Arav untuk duduk saat melihat Arav berdiri di ambang pintu ruangannya.

"Malam, Pak," tanya Arav sesaat setelah mendaratkan bokongnya di kursi.

"Kamu sudah tahu, salah kamu apa?" tanya Elang.

"Iya, Pak."

"Kenapa lakukan itu?"

"Hanya tak ingin terlalu kaku saat melayani pelanggan. Karena, pelanggan itu sering menelpon untuk dipandu. Jadi, lumayan mengenalnya."

"Tidak ada alasan untuk itu. Malah, jika pelanggan yang sama sering menghubungi kita. Itu artinya ada masalah dengan jaringan kita. Bukankah seharusnya ada teknisi yang datang agar permasalahan itu tak terulang kembali?"

Arav hanya menunduk. "Baik, Pak."

"Ya sudah, jangan diulang lagi. Beruntung kamu shift malam hingga tak banyak yang memperhatikan. Jika sedang masuk pagi. Bagaimana?"

"Iy, Pak. Saya tak akan mengulangi lagi."

Elang melirik sekilas pada Arav. "Bagaimana kuliah kamu? Apa masih ambil cuti?"

"Iya, Pak."

"Jangan terlalu lama ambil cuti. Dulu kamu minta masuk shift malam karena di siang hari kamu kuliah. Untuk apa ambil shift malam kalau siangnya tak kuliah?"

"Semester depan saya daftar kembali. Untuk saat ini, saya tidak masalah ditempatkan di shift malam."

Arav tak masalah shift malam. Para agent laki-laki memang mendapat rolling shift pagi dan malam. Berbeda dengan agent perempuan yang tidak diperbolehkan mengambil shift malam.

***

Arav menunggu seharian telepon dari April. Namun, sama sekali ponselnya tak berdering.

"Kenapa tak menghubungiku?" gumamnya.

"Lemes banget!" tegur Kenzo sembari menepuk pundak Arav.

"Iya, April nggak nelepon gua. Padahal dia udah janji."

"Memang dia tahu nomor telepon loe?"

"Kemarin, gua kasih tahu."

"Gila! Loe kasih nomor telepon pribadi ke pelanggan?"

Arav menoleh. "Ya. Karena itu juga Pak Elang manggil gua ke ruangannya."

"Itu sih, loe sendiri yang cari penyakit!"

Arav tidak menimpali lagi. Dia memasang headset di kepala. Malam ini, hampir semua agent tampak santai. Ya, malam lebih sedikit penelepon, karena itu pula agent yang bertugas tidak akan sebanyak layanan di pagi hari. Cukup dua belas orang yang bertugas di malam hari. Itu pun sudah terhitung supervisor.

Tut!

Arav langsung memberi sambutan pada pelanggan yang menelepon.

"Kak Arav," sapa April setelah mendengar suara Arav.

"Selamat malam, Ibu April," jawab Arav. Dia sudah sangat mengenal suara April. Ingin sekali menanyakan pada gadis itu mengapa tak menghubunginya hari ini. Namun, dia tak akan mencari masalah dengan menanyakan urusan pribadi.

April's Voice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang