BAB 14 Suara April

4 2 2
                                    


💞🥰😍Happy Reading 😍🥰💞

"Apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya Brisa, Ibu April. Seraya menyentuh dahi April dengan punggung tangan untuk memeriksa suhu tubuh anaknya.

"Sudah membaik, Mah," jawab April.

"Kenapa dia bisa menemuimu?"

"Aku tidak tahu."

"Kamu pasti menggunakan kemampuanmu hingga memancing mereka mendekatimu."

"Aku tidak melakukan apapun," elak April.

"Benarkah?"  Brisa meragukan pengakuan anaknya.

"Ya, hanya tiba-tiba bertemu di jalan saja."

"Beruntung jiwamu masih bisa diselamatkan. Jika Papa-mu tidak menemukanmu? Mama tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padamu. Kamu tahu, kita sudah melewati masa-masa kelam. Mama tidak ingin mereka merampasmu. Kita sudah berusaha untuk menutup diri agar kamu tetap di sini."

"Ya, April tahu."

"Kamu tidak menyembunyikan apapun pada Mama, bukan?" telisik Brisa. Matanya memicing, mencecar jawaban dari anaknya.

"Tidak," jawab April bohong.

"Jangan pernah berhubungan dengan mereka lagi. Kita punya kehidupan sendiri begitupun dengan mereka."

"April paham."

"Kalau begitu, mulai sekarang kita akan tinggal di sini."

Setelah malam itu, April hampir saja kehilangan jiwa oleh sosok menyeramkan itu. Beruntung dirinya masih bisa diselamatkan. Dia dibawa orang tuanya ke rumah salah satu kerabat mereka.

"Mah! Aku ingin kita pulang saja."

"Rumah di sana sudah tidak aman."

"April mau kembali. Rumah itu sudah yang paling aman. Rumah itu sudah ada perisai. April mohon ...."

Brisa diam sejenak. April adalah kesayangannya. Tentu dia ingin yang terbaik untuknya. "Baiklah, sore ini kita akan pulang."

Wajah April seketika cerah. Dia sudah sangat merindukan Arav. Brisa menepati janji, dan mereka menuju rumah mereka sebelumnya.

Mereka naik mobil hitam dengan kaca riben di seluruh kaca jendela mobil. Hal itu bertujuan agar sinar matahari tidak masuk ke dalam mobil.

April menoleh, menatap pemandangan di luar jendela. Pikirannya berkelana. Dia harus mengatakan pada Arav tentang dirinya. Mereka tak mungkin bersama. Tembok besar menghalangi mereka untuk bersama. Namun, ada ketidakrelaan menyelimuti hati untuk berpisah dari Arav.

Mereka tiba di rumah. Ayah April membuka gerbang, dan mereka masuk ke dalam rumah tersebut. Rumah yang terlihat sekilas menampilkan kesan menyeramkan. Namun, bagi April adalah tempat ternyaman.

April langsung masuk ke dalam kamar, dia langsung membuka buku harian untuk mencatat setiap kejadian. Tidak hanya itu, dia pun akan menulis keluh kesah dan segala perasaannya.

Malam pun tiba, Arav masih menunggu kabar dari April. Namun, sampai saat ini, kekasihnya tak kunjung memberi kabar.

Arav memutuskan ke taman, dia tak mendapati keberadaan April. Memberanikan diri untuk mengunjungi rumah kekasihnya. Tersungging senyum di bibir Arav saat melihat pintu gerbang April tak tergembok.

Arav langsung menyelinap, dia ingin mengetuk pintu. Namun, teringat pesan April bahwa orang tuanya belum setuju dengan hubungan mereka. Dia memutuskan ke arah samping, menuju kamar April berada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 10 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

April's Voice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang