02 - A Secretary Wannabe

232 11 16
                                    

Mari kita mundur ke beberapa minggu lalu, di rumah mewah keluarga Saputro yang sekarang hanya dihuni tiga anggota keluarga. Cukup disayangkan rumah di atas tanah ribuan meter ini kini telah menjadi sepi.

Sisa penghuninya bersantai di ruang bersantai dengan pemandangan taman rumah yang sangat indah. Rumah yang tempat bersantainya saja lebih luas daripada rumah pada umumnya, memiliki high ceiling dengan sirkulasi udara yang sangat baik dan segar karena banyak pohon-pohon yang sengaja ditumbuhkan di area rumah ini. Tentu saja taman kesayangan Sekar. Dari tempat ini, Harold juga dapat melihat kandang burung-burung kesayangannya.

"Papa lihat, ada lowongan sekretaris. Baru banget di posting," kata Sueny yang duduk di antara sang ayah dan ibu sembari menunjukkan layar ponselnya.

Harold langsung mengernyitkan keningnya. Tak paham apa yang anak bungsunya ini maksud. "Memangnya kenapa Sueny Sayang?" tanya Harold lembut.

Sueny tampak berseri, "Jadi Sueny punya pengumuman buat Mama dan Papa. Sueny sudah mengalami character development, jadi Sueny akan berkerja sendiri, cari kerja sendiri, cari uang sendiri."

Pernyataan itu memang membuat Harold dan Sekar tercengang. Rasanya seperti mendengar seorang anak kecil berkata ia pernah menaklukan monster luar angkasa. Ya, seaneh itu.

"Maksudnya kamu mau kerja di perusahaan papa?" tanya Harold.

"No no no. Bukan di perusahaan Papa, gak seru banget dong. Aku mau di perusahaan lain, perusahaan yang gak tau aku anak Papa dan Mama," jawab Sueny.

"Kamu mau dibelikan saham di perusahaan lain? Sueny, papa membuat Heirs Capital ya untuk memastikan anak-anak papa sampai keturunan-keturunannya bisa hidup nyaman apapun yang terjadi. Kamu tidak usah khawatir soal saham."

"Bukan Papa, astaga, Sueny mau kerja beneran kerja, datang ke tempat, nine to five."

"Sueny ... buat apa sayang?" tanya Sekar—ibu Sueny—kaget.

"Bosan, Ma. Sueny benar-benar bosan."

"Kalau bosan ya tinggal shopping atau liburan seperti biasanya saja," kata Harold.

"Bosan, Pa. Ini Sueny sekarang looking for thrill okay, something new, mencari keseruan baru yang belum pernah dialami."

Tidak salah kalau Sueny bosan. Anak satu ini memang kerjaannya hanya berfoya-foya. Berlibur ke sana ke mari. Pergi dari satu negara ke negara lainnya hanya untuk berburu barang yang ia sukai, utamanya fashion dan kosmetik. Perkumpulan sosialita pun sudah tak menyenangkan Sueny lagi. Apalagi sekarang banyak teman-temannya yang sudah menikah.

Ketika hal-hal seperti itu sudah menjadi makanan sehari-hari Sueny, maka ia tak benar-benar terkesan lagi. Rasanya seperti anak sekolah yang mencari jajanan setelah lelah bersekolah. Ya, kemewahan-kemewahan itu sudah seperti jajanan sehari-hari bagi putri bungsu keluarga Saputro, keluarga konglomerat yang masuk sepuluh orang terkaya di Indonesia.

Kini, Sueny butuh suasana baru yang asing. Mungkin dengan itu hidupnya tak lagi membosankan.

Harold menghela napasnya berat. "Mau kerja di mana sih, kamu?" tanya Harold.

"Apa tadi nama perusahaannya." Sueny mengecek ponselnya sekali lagi. "Sheonn's Company. Papa tahu?"

"Hmm .... Kayak pernah dengar," Harold berpikir beberapa saat. "Oh iya, waktu dulu perusahaan pernah hadir di seminar bisnis yang papa jadi pembicaranya. Perusahaan agensi pemasaran ya, sejenis Oxalis Bloom cuma setahu papa dia fokus kliennya ke perusahaan kecil dan menengah untuk pemasaran digital dan bangun identitas merek. Kamu mau kerja di situ?" tanya Harold.

[SS] - Touch the Cold Boss [On Going Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang